CONTOH MAKALAH DASAR KOMUNIKASI | DAN MODEL KOMUNIKASI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Komunikasi sangat
dibutuhkan untuk interaksi sesama manusia, oleh karena itu komunikasi tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari, sehingga tanpa adanya
komunikasi, kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan sempurna. Karena
komunikasi itu memiliki peranan sangat penting, dibuatlah suatu model
komunikasi.
Komunikasi memiliki
beberapa model, dan setiap modelnya memiliki definisi yang berbeda pula. Model
komunikasi dibuat supaya mempermudah dalam memahami proses komunikasi dan
melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi. Komunikasi juga
merupakan suatu proses. Hal ini terlihat dari setiap gejala / peristiwa yang tidak luput dari adanya suatu komunikasi
yang terjalin antarmanusia.
Dalam makalah ini,
kami menjelaskan beberapa model komunikasi yang didefinisikan oleh para ahli
dan juga menjelaskan tentang komunikasi sebagai proses.
2. Tujuan
Makalah ini dibuat
dengan tujuan agar pembaca mengetahui dan memahami maksud dari beberapa model
komunikasi yang kami sajikan dan juga mempermudah memahami proses komunikasi
dan melihat komponen dasar yang perlu ada dalam suatu komunikasi.
BAB
II
ISI
1. Definisi Model Komunikasi
Model komunikasi adalah
gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan
antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya.
Menurut Sereno
dan Mortensen, suatu model komunikasi
merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya
komunikasi. Suatu model merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan
menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu dalam “dunia nyata”.
B. Aubrey
Fisher mengatakan, model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih
bagian dari fenomena yang dijadikan model.
Werner J.
Severin dan James W. Tankard, Jr. mengatakan bahwa model membantu merumuskan
suatu teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan
teori begitu erat, model sering dicampur dengan teori.
2. Model - Model
Komunikasi
a.
Model
Stimulus - Respons
Model ini merupakan model yang paling dasar dalam
ilmu komunikasi. Model ini menunjukan komunikasi sebagai sebuah proses aksi
reaksi. Model ini beranggapan bahwa kata-kata verbal, tanda-tanda nonverbal,
gambar-gambar, dan tindakan akan merangsang orang lain untuk memberikan respon
dengan cara tertentu. Kita dapat juga mengatakan bahwa proses ini merupakan
perpindahan informasi ataupun gagasan. Proses ini dapat berupa timbal balik dan
mempunyai efek yang banyak. Setiap efek dapat merubah perilaku dari komunikasi
berikutnya.
Model ini mengabaikan komunikasi sebagai sebuah proses.
Dengan kata lain, komunikasi dianggap sebagai hal yang statis. Manusia dianggap berprilaku karena
kekuatan dari luar ( stimulus ), bukan berdasarkan kehendak, keinginan, atau
kemauan bebasnya.
b.
Model Aristoteles
Model ini
merupakan model yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Bisa juga disebut
sebagai model retorikal. Model ini membuat rumusan tentang model komunikasi
verbal yang petama. Komunikasi terjadi saat pembicara menyampaikan pesannya
kepada khalayak dengan tujuan mengubah perilaku mereka. Aristoteles menerangkan
tentang model komunikasi dalam bukunya Rhetorica, bahwa setiap komunikasi akan
berjalan jika terdapat 3 unsur utama : pembicara (speaker), pesan (message), dan pendengar (listener). Model ini
lebih berorientasi pada pidato. Terutama pidato untuk mempengaruhi orang lain.
Menurut Aristoteles, pengaruh dapat dicapai oleh seseorang yang dipecaya oleh
publik, alasan, dan juga dengan memainkan emosi publik. Tapi model ini juga memiliki
banyak kelemahan. Kelemahan yang pertama adalah, komunikasi dianggap sebagai
fenomena yang statis. Kelemahan yang kedua adalah, model ini tidak
memperhitungkan komunikasi non verbal dalam mempengaruhi orang lain. Meskipun
model ini mempunyai banyak kelemahan, tapi model ini nantinya akan menjadi
inspirasi bagi para ilmuwan komunikasi untuk mengembangkan model komunikasi
modern.
c.
Model
Lasswell
Model ini
menggambarkan komunikasi dalam ungkapan who, says what, in which
channel, to whom, with what effect atau dalam bahasa Indonesia
adalah, siapa, mengatakan apa, dengan medium apa, kepada siapa, pengaruh apa? Model ini
menjelaskan tentang proses komunikasi dan fungsinya terhadap masyarakat.
Lasswell berpendapat bahwa di dalam komunikasi terdapat tiga fungsi. Yang pertama adalah pengawasan lingkungan, yang mengingatkan anggota – anggota masyarakat
akan bahaya dan peluang dalam lingkungan. Kedua adalah korelasi berbagai bagian
terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan. Ketiga adalah transmisi warisan sosial dari suatu generasi ke
generasi lainnya.
Model ini sering digunakan pada
komunikasi massa. Who menjadi pihak yang mengeluarkan dan
menyeleksi berita, says
what adalah bahan
untuk menganalisa pesan itu. In
which channel adalah
media. To whom adalah khalayak. Dan with what effect adalah pengaruh yang diciptakan pesan
dari media massa kepada pembaca, pendengar, dan pemirsa. Sama seperti model
komunikasi lainnya, model ini juga mendapat kritik. Hal itu dikarenakan model
ini terkesan seperti menganggap bahwa komunikator dan pesan itu selalu
mempunyai tujuan. Model ini juga dianggap terlalu sederhana. Tapi, sama seperti
model komunikasi yang baik lainnya, model ini hanya fokus pada aspek-aspek
penting dalam komunikasi.
d. Model Shannon dan Weaver
Model ini membahas tentang masalah dalam mengirim
pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model ini mengandaikan sebuah sumber
daya informasi (source
information) yang
menciptakan sebuah pesan (message)
dan mengirimnya dengan suatu saluran (channel) kepada penerima (receiver) yang kemudian membuat ulang (recreate) pesan tersebut. Dengan kata lain,
model ini mengasumsikan bahwa sumber daya informasi menciptakan pesan dari seperangkat pesan yang
tersedia. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang
sesuai dengan saluran yang dipakai. Sasaran (destination)
adalah orang yang menjadi tujuan pesan itu. Saluran
adalah media yang mengirim tanda dari pemancar kepada penerima. Di dalam
percakapan, sumber informasi adalah otak, pemancar adalah suara yang
menciptakan tanda yang dipancarkan oleh udara. Penerima adalah mekanisme
pendengaran yang kemudian merekonstruksi pesan dari tanda itu. Tujuannya adalah
otak si penerima. Dan konsep penting dalam model ini adalah gangguan.
Model ini menganggap bahwa komunikasi adalah fenomena statis dan satu arah. Dan juga, model ini terkesan terlalu rumit. Meskipun model ini sangat terkenal dalam penelitian komunikasi selama bertahun-tahun, tulisan-tulisan Shannon dan Weaver sulit dipahami. Misalnya, formula Shannon untuk informasi (1948) adalah sebagai berikut :
H = - [P1 log p1 + p2 log p2 + … = pn log pn],
Atau
H = - Σpi log pi
e. Model
Schramm
Wilbur Scheram
membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model komunikasi manusia
yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan
pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi
yang dianggap interaksi dua individu.
Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver
Model yang kedua Schramm memperkenalkan
gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang
sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh
sumber dan sasaran.
Model yang ketiga Schramm menanggap komunikasi
sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi (encode), menafsirkan
(interpret), menyandi
ulang (decode), mentransmisikan (transmit), dan menerima sinyal (signal). Schramm berpikir bahwa
komunikasi selalu membutuhkan setidaknya tiga unsur : sumber (source),
pesan (message), dan tujuan (destination).
Disini kita melihat umpan balik dan lingkaran yang berkelanjutan untuk berbagi
informasi.
Sumber dapat menyandi pesan, dan tujuan dapat
menyandi balik pesan, tergantung dari pengalaman mereka masing-masing. Jika
kedua lingkaran itu mempunyai daerah yang sama, maka komunikasi menjadi mudah.
Makin besar daerahnya akan berpengaruh pada daerah pengalaman (field
of experience) yang dimiliki oleh keduanya. Menurut Schramm, setiap
orang di dalam proses komunikasi sangat jelas menjadi encoder dan decoder. Kita
secara konstant menyandi ulang tanda dari lingkungan kita, menafsirkan tanda
itu, dan menyandi sesuatu sebagai hasilnya. Proses kembali di dalam model ini
disebut feedback, yang
memainkan peran penting dalam komunikasi. Karena hal ini membuat kita tahu
bagaimana pesan kita ditafsirkan.
f.
Model
Newcomb
Theodore Newcomb (1953) melihat komunikasi dari
pandangan sosial psokologi. Model ini juga dikenal dengan nama model ABX. Model ini menggambarkan
bahwa seseorang (A) mengirim informasi kepada orang lain (B)
tentang sesuatu (X). Model ini mengasumsikan bahwa orientasi A ke B atau
ke X tergantung dari mereka masing-masing. Dan ketiganya memiliki sistem yang
berisi empat orientasi.
1. Orientasi A ke X
2. Orientasi A ke B
3. Orientasi B ke X
4. Orientasi B ke A
1. Orientasi A ke X
2. Orientasi A ke B
3. Orientasi B ke X
4. Orientasi B ke A
Dalam model ini, komunikasi adalah suatu hal yang
lumrah dan efektif yang membuat orang-orang dapat mengorientasikan diri mereka
kepada lingkungannya. Ini adalah model tindakan komunikasi yang disengaja oleh
dua orang.
g.
Model
Westley dan Maclean
Model ini berbicara dalam dua konteks, komunikasi interperonal dan massa.Dan perbedaan yang paling penting diantara komunikasi
interpersonal dan massa adalah pada umpan balik (feedback). Di
interpersonal, umpan balik berlangsung cepat dan langsung, sedang di komunikasi
massa, umpan baliknya bersifat tidak langsung dan lambat. Dalam komunikasi interpersonal model
ini, terdapat lima bagian : orientasi objek (object orientation),
pesan (messages), sumber (source), penerima (receiver),
dan umpan balik (feedback). Sumber (A) melihat objek atau aktivitas lainnya di
lingkungannya (X). Yang lalu membuat pesan tentang hal itu (X') dan kemudian
dikirimkan kepada penerima (B). Pada kesempatan itu, penerima akan memberikan
umpan balik kepada sumber. Sedang komunikasi massa pada model ini mempunyai
bagian tambahan, yaitu penjaga gerbang (gate keeper) atau opinion leader
(C) yang akan menerima pesan (X') dari sumber (A)atau dengan melihat kejadian
disekitarnya (X1, X2. Lalu opinion leader membuat pesannya sendiri (X")
yang akan dikirim kepada penerima (B). Sehingga proses penyaringan telah
terbentuk. Ada beberapa konsep yang penting dari model ini: umpan balik,
perbedaan dan persamaan antara komunikasi interpersonal dan massa dan opinion
leader yang menjadi hal penting di komunikasi massa.Model ini juga membedakan
antara pesan yang bertujuan dan tidak bertujuan.
h.
Model
Gerbner
Model ini merupakan perluasan dari model komunikasi
milik Lasswell, terdiri dari model verbal dan model diagramatik.
Model Verbal : Seseorang (sumber) mempersepsi
kejadian dan bereaksi dalam situasi melalui suatu alat (saluran, media,
rekayasa fisik, fasilitas administrative, dan kelembagaanuntuk distribusidan
control) untuk menyediakan materi dalam suatu bentuk dan
konteks yang mengandung isi dengan konsekuensi yang ada.
Model Diagramatik : Seseorang mempersepsi kejadian dan mengirim beberapa pesan
untuk pemancar yang akan mengirim sinyal kepada penerima. Pada transmisi ini,
sinyal akan menghadapi gangguan dan menjadi SSSE untuk si tujuan.
i.
Model
Berlo
Model ini hanya memperlihatkan proses komunikasi satu arah dan
hanya terdiri dari empat komponen yaitu sumber (Source), pesan (Message),
saluran (Channel), dan penerima (Receiver). Sumber adalah pembuat pesan. Pesan
adalah gagasan yang diterjemahkan atau kode yang berupa simbol-simbol. Saluran adalah media yang membawa pesan.
Dan penerima adalah target dari
komunikasi itu sendiri. Menurut model ini, sumber dan penerima dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut : kemampuan berkomunikasi, perilaku, pengetahuan, sistem
sosial, dan budaya. Pesan merupakan perluasan yang berdasarkan elemen,
struktur, isi, pemeliharaan, dan kode. Dan saluran adalah panca indera manusia.
Hal yang positif dari model ini adalah, model ini dapat mencakup perlakuan dari
komunikasi massa, publik, interpersonal, dan komunikasi tertulis. Model ini
juga bersifat heuristic. Tapi, model ini juga memiliki kelemahan. Model ini
menganggap komunikasi sebagai fenomena yang statis. Tidak ada umpan balik. Dan
komunikasi nonverbal dianggap sebagai hal yang tidak penting.
Model komunikasi Berlo
menekankan komunikasi sebagai suatu proses. Disamping itu, juga menekankan ide
bahwa meaning are in the people atau arti pesan yang dikirimkan pada orang yang
menerima pesan bukan pada kata – kata itu sendiri. Melainkan dari arti atau
makna kata pesan yang ditafsirkan si pengirim bukan pada apa yang ada dalam
komponen pesan itu sendiri. Berlo juga mengubah pandangan orang menjadi
menginterpretasikan komunikasi.
j.
Model
Defleur
Model ini merupakan model komunikasi massa. Dengan
menyisipkan perangkat media massa (mass medium device) dan perangkat umpan balik (feedback
device). Model ini menggambarkan sumber (source), pemancar (transmitter),
penerima (receiver), dan tujuan (destination) sebagai fase yang terpisah dalam proses komunikasi massa, serupa dengan fase – fase yang
digambarkan Schramm. Fungsi dari penerima dalam model
Defleur adalah menerima informasi dan menyandikannya. Menurut Defleur, komunikasi bukanlah
sebuah pemindahan makna. Komunikasi terjadi dengan seperangkat komponen operasi
di dalam sistem teoritis, dengan konsekuensinya adalah isomorpis diantara internal
penerima kepada seperangkat simbol kepada sumber dan penerima.
k. Model Komunikasi Linear
Model
komunikasi ini dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun
1949 dalam buku The Mathematical of Communication. Mereka mendeskripsikan komunikasi sebagai
proses linear karena tertarik pada teknologi radio dan telepon dan ingin
mengembangkan suatu model yang dapat menjelaskan bagaimana informasi melewati
berbagai saluran (channel). Hasilnya adalah konseptualisasi dari komunikasi
linear (linear communication model). Pendekatan ini terdiri atas beberapa
elemen kunci: sumber (source), pesan (message) dan penerima (receiver). Model
linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu saja
hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan
dalam proses komunikasi.
l.
Model Interaksional
Model
interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954 yang menekankan
pada proses komunikasi dua arah di antara para komunikator. Dengan kata lain,
komunikasi berlangsung dua arah: dari pengirim dan kepada penerima dan dari
penerima kepada pengirim. Proses melingkar ini menunjukkan bahwa komunikasi
selalu berlangsung. Para peserta komunikasi menurut model interaksional adalah
orang-orang yang mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial,
tepatnya melalui pengambilan peran orang lain (role-taking). Patut dicatat bahwa model ini
menempatkan sumber dan penerima mempunyai kedudukan yang sederajat. Satu elemen
yang penting bagi model interkasional adalah umpan balik (feedback), atau tanggapan terhadap suatu pesan.
m. Model Transaksional
Model
komunikasi transaksional dikembangkan oleh Barnlund pada tahun 1970. Model ini
menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara
terus-menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi bersifat
transaksional adalah proses kooperatif: pengirim dan penerima sama-sama
bertanggungjawab terhadap dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Model
transaksional berasumsi bahwa saat kita terus-menerus mengirimkan dan menerima
pesan, kita berurusan baik dengan elemen verbal dan nonverbal. Dengan kata
lain, peserta komunikasi (komunikator) melalukan proses negosiasi makna.
3. Komunikasi
sebagai
Proses
Komunikasi sebagai suatu
proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa
yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau konsekuensi) serta berkaitan
satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
Proses komunikasi adalah
bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga
dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan
komunikatornya. Proses Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi
yag efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).
Secara ringkas, proses
berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut.
1.
Komunikator (sender) yang mempunyai maksud
berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang
dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk
bahasa
ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.
2.
Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa
melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung.
Contohnya berbicara langsung melalu telepon, surat, e-mail, atau media lainnya.
Media (channel) alat yang
menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.
1.
Komunikan (receiver) menerima pesan yang
disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang
dimengerti oleh komunikan itu sendiri.
2.
Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback)
atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau
memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
Proses
komunikasi adalah panduan untuk mewujudkan komunikasi yang efektif. Ini adalah
melalui proses komunikasi yang berbagi makna umum antara pengirim dan penerima berlangsung.
Individu yang mengikuti proses komunikasi akan memiliki kesempatan untuk
menjadi lebih produktif dalam setiap aspek profesi mereka. Komunikasi yang
efektif mengarah pada pemahaman.
Proses
komunikasi terdiri dari empat komponen kunci. Komponen – komponen termasuk encoding,
media transmisi, decoding, dan umpan balik.
Ada juga dua faktor lain dalam proses, dan dua faktor yang hadir dalam bentuk
pengirim dan penerima. Proses komunikasi dimulai dengan pengirim dan berakhir
dengan penerima.
Pengirim adalah individu, kelompok, atau organisasi yang
memulai komunikasi. Sumber ini awalnya bertanggung jawab untuk keberhasilan
pesan. Pengalaman pengirim, sikap, pengetahuan, keterampilan, persepsi, dan
budaya pengaruh pesan. "Kata-kata tertulis, kata yang diucapkan, dan
bahasa nonverbal yang dipilih adalah hal yang terpenting dalam memastikan
penerima menafsirkan pesan sebagaimana dimaksud oleh pengirim" (Burnett
& Dollar, 1989). Semua komunikasi dimulai dengan pengirim.
Langkah
pertama pengirim dihadapkan dengan melibatkan proses encoding. Dalam rangka
untuk menyampaikan makna, pengirim harus mulai pengkodean, yang berarti
menerjemahkan informasi ke dalam sebuah pesan dalam bentuk simbol-simbol yang
mewakili ide-ide atau konsep. Proses ini menerjemahkan ide atau konsep ke dalam
pesan kode yang akan dikomunikasikan. Simbol dapat mengambil berbagai bentuk
seperti, bahasa, kata, atau isyarat. Simbol-simbol ini digunakan untuk
mengkodekan ide menjadi pesan bahwa orang lain dapat mengerti.
Saat
penyandian pesan, pengirim harus dimulai dengan memutuskan apa yang dia / dia
ingin mengirimkan. Keputusan ini oleh pengirim didasarkan pada apa yang ia /
dia percaya tentang pengetahuan penerima dan asumsi, bersama dengan informasi
tambahan apa yang dia / dia ingin penerima untuk memiliki. Hal ini penting bagi
pengirim untuk menggunakan simbol-simbol yang akrab bagi penerima yang
dimaksudkan. Sebuah cara yang baik bagi pengirim untuk meningkatkan pengkodean
pesan mereka, adalah untuk memvisualisasikan mental komunikasi dari sudut
pandang penerima.
Untuk memulai
transmisi pesan, pengirim menggunakan beberapa jenis saluran (juga disebut
medium). Saluran adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Kebanyakan
saluran baik lisan maupun tertulis, namun saluran visual yang saat ini menjadi
lebih umum sebagai teknologi mengembang. Saluran umum termasuk telepon dan
berbagai bentuk tertulis seperti memo, surat, dan laporan. Efektivitas dari
berbagai saluran berfluktuasi tergantung pada karakteristik komunikasi.
Misalnya, ketika umpan balik segera diperlukan, saluran komunikasi lisan lebih
efektif karena setiap ketidakpastian bisa dibersihkan di tempat. Dalam situasi
di mana pesan harus dikirimkan ke lebih dari sekelompok kecil orang, saluran
tertulis sering lebih efektif. Meskipun dalam banyak kasus, kedua saluran lisan
dan tertulis harus digunakan karena salah satu suplemen yang lain.
Jika pengirim
pesan relay melalui saluran yang tidak tepat, pesan yang mungkin tidak mencapai
penerima yang tepat. Itulah sebabnya pengirim perlu diingat bahwa memilih
channel yang sesuai akan sangat membantu dalam efektivitas pemahaman penerima.
Keputusan pengirim untuk memanfaatkan baik lisan atau tertulis saluran untuk berkomunikasi
pesan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengirim harus bertanya dirinya sendiri
pertanyaan yang berbeda, sehingga mereka dapat memilih channel yang sesuai.
Apakah pesan mendesak? Apakah umpan balik yang segera dibutuhkan? Apakah
dokumentasi atau catatan permanen diperlukan? Apakah konten yang rumit,
kontroversial, atau swasta? Apakah pesan akan seseorang di dalam atau di luar
organisasi? Apa keterampilan komunikasi lisan dan tertulis tidak penerima
miliki? Setelah pengirim telah menjawab semua pertanyaan ini, mereka akan dapat
memilih saluran yang efektif.
Setelah
channel yang sesuai atau saluran yang dipilih, pesan memasuki tahap decoding
dari proses komunikasi. Decoding dilakukan oleh penerima. Setelah pesan
diterima dan diperiksa, stimulus dikirimkan ke otak untuk menafsirkan, dalam
rangka untuk menetapkan beberapa jenis makna untuk itu. Ini adalah tahap
pengolahan yang merupakan decoding. Penerima mulai menafsirkan simbol-simbol
yang dikirim oleh pengirim, menerjemahkan pesan ke set mereka sendiri
pengalaman dalam rangka untuk membuat simbol-simbol bermakna. Komunikasi yang
sukses terjadi ketika penerima dengan benar menafsirkan pesan pengirim.
Penerima adalah individu atau individu-individu kepada
siapa pesan itu ditujukan. Sejauh mana orang ini memahami pesan akan tergantung
pada sejumlah faktor, yang meliputi: berapa banyak individu atau individu tahu
tentang topik itu, penerimaan mereka ke pesan, dan hubungan dan kepercayaan
yang ada antara pengirim dan penerima . Semua penafsiran oleh penerima
dipengaruhi oleh pengalaman mereka, sikap, pengetahuan, keterampilan, persepsi,
dan budaya. Hal ini mirip dengan hubungan pengirim dengan encoding.
Umpan balik adalah link terakhir dalam rantai proses
komunikasi. Setelah menerima pesan, penerima merespon dalam beberapa cara dan
sinyal bahwa respon ke pengirim. Sinyal bisa mengambil bentuk komentar
diucapkan, menghela napas panjang, sebuah pesan tertulis, tersenyum, atau
beberapa tindakan lainnya. "Bahkan kurangnya respon, adalah dalam arti,
suatu bentuk respon" (Bovee & Thill, 1992). Tanpa umpan balik,
pengirim tidak dapat memastikan bahwa penerima telah menafsirkan pesan dengan
benar.
Umpan balik
merupakan komponen kunci dalam proses komunikasi karena memungkinkan pengirim
untuk mengevaluasi efektifitas pesan. Tanggapan akhirnya memberikan kesempatan
bagi pengirim untuk mengambil tindakan korektif untuk memperjelas pesan
disalahpahami. "Umpan balik memainkan peran penting dengan menunjukkan
hambatan komunikasi yang signifikan: perbedaan latar belakang, penafsiran
kata-kata yang berbeda, dan berbeda reaksi emosional" (Bovee & Thill,
1992).
Proses
komunikasi adalah panduan yang sempurna untuk mencapai komunikasi yang efektif.
Ketika diikuti dengan baik, proses biasanya dapat menjamin bahwa pesan pengirim
akan dimengerti oleh penerima. Meskipun proses komunikasi tampaknya sederhana,
pada dasarnya tidak. Hambatan tertentu menampilkan diri selama proses
berlangsung. Mereka hambatan merupakan faktor yang memiliki dampak negatif pada
proses komunikasi. Beberapa hambatan umum termasuk penggunaan media yang tidak
tepat (saluran), tata bahasa salah, kata inflamasi, kata-kata yang bertentangan
dengan bahasa tubuh, dan jargon teknis. Kebisingan juga lain penghalang umum.
Kebisingan dapat terjadi dalam setiap tahap proses. Kebisingan pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang mendistorsi pesan dengan mengganggu proses
komunikasi. Kebisingan dapat mengambil banyak bentuk, termasuk sebuah radio
diputar di latar belakang, orang lain mencoba untuk memasukkan percakapan Anda,
dan setiap gangguan lainnya yang mencegah penerima dari membayar perhatian.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi
yang efektif adalah bagian utama dalam mencapai
tujuan
pendidikan. Komunikasi yang sukses dan efektif berasal dari pelaksanaan proses komunikasi. Orang –
orang yang terlibat akan meningkatkan
keterampilan komunikasi mereka jika mereka mengikuti proses komunikasi, dan
tinggal jauh dari hambatan yang berbeda. Telah terbukti bahwa individu yang
memahami proses komunikasi akan berkembang menjadi komunikator yang lebih
efektif, dan komunikator yang efektif memiliki kesempatan lebih besar untuk
menjadi sukses.
DAFTAR PUSTAKA
ü Prof. Deddy
Mulyana, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar 2010, Jakarta, Rosda
ü Dr. Arni
Muhammad. Komunikasi Organisasi, Jakarta 1989, Bumi Aksara
ü Liliweri,Alo. 2003. Makna Budaya
dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta. LKiS
Yogyakarta
ü
Burgoon, M.,
Hunsaker, FG, dan Dawson, EJ (1994). Komunikasi manusia. Thousand Oaks,
CA;Sage.
ü
Dewi,
Sutrisna. 2006. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi