BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati
makanan. Asupan gizi pada
anak sekolah dasar di beberapa wilayah di Indonesia sangat memprihatinkan,
padahal asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya mereka memiliki
pertumbuhan, kesehatan dan kemampuan intelektual yang lebih baik sehingga
menjadi generasi penerus bangsa yang unggul dan dapat mengharumkan nama bangsa
di dunia Internasional. Pada dasarnya
asupan gizi yang diterima pada anak-anak sekolah dasar masih menunjukkan kurang
menerima asupan gizi yang baik untuk perkembangan tubuh dan intelektualitas
yang tinggi, oleh karena itu sudah selayaknya pemerintah, masyarakat terutama
keluarga untuk dapat memberikan asupan gizi yang cukup untuk pekembangan dan
pertumbuhan anak.
Kenyataan status gizi anak-anak sekolah dasar yang memprihatinkan ini
terungkap berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 440 siswa
Sekolah Dasar berusia 7 sampai 9 tahun di Jakarta dan Solo, yang di paparkan
dalam diskusi soal status gizi anak sekolah di Jakarta. Saptawati Bardosono, seorang Ahli Gizi dari Universitas
Indonesia, menjelaskan dari penelitian terhadap 220 anak sekolah di lima SD di
Jakarta, asupan kalori anak-anak umumnya di bawah 100 persen dari kebutuhan
mereka. Dari total anak yang diteliti, sebanyak 94,5 persen anak mengkonsumi
kalori di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan (Recommended Dietary
Allowances/RWA), yakni di bawah 1.800 kcal.
Dalam kaitannya dengan kesehatan, dari anak yang
diteliti, 40 persen anak sering menderita infeksi tenggorokan, memiliki berat
badan yang kurang sebanyak 56,4 persen, bertubuh pendek sebanyak 35
persen, bertubuh kurus 29,5 persen, dan CED 62,7 persen. Ada sebanyak 7,3
persen anak yang terindikasi gizi buruk.Temuan status gizi anak sekolah yang
berasal dari keluarga tidak ammpu di Solo, menurut Endang Dewi Lestari dari
Universitas Sebelas Maret Solo, kondisinya tidak jauh berbeda dengan di
Jakarta. Tetapi yang mengejutkan, sebanyak 220 anak dari 10 SD yang diteliti
semuanya menderita defisiensi zat seng. Padahal, zat seng merupakan
co-faktor hampir 100 enzim yang mengkatalisasi fungsi biologis yang penting.
Seng juga dibutuhkan untuk memfasilitasi sintesis DNA dan RNA (metabolisme
protein). Dari penelitian ini juga terungkap jika anak-anak itu jarang sarapan
pagi di rumah. Mereka mengandalkan jajan di sekolah yang kondisi kemanan dan
kesehatannya belum terjamin untuk kebutuhan gizi dan energi selama
beraktivitas.
1.2
Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas Gizi Kesehatan Masyarakat kelas Aula G hari Selasa jam
10.00-11.40 sebagai syarat untuk dapat mengikuti ujain akhir semester. Tujuan
yang kedua adalah untuk memberikan gambaran bagaimana status asupan gizi yang
diterima pada anak-anak sekolah dasar khususnya di Jakarta. Tujuan yang ketiga
untuk memberikan masukan kepada pemerintah sehingga dapat memberikan solusi
bagi permasalahan asupan gizi yang kurang untuk dapat menciptakan generasi
penerus bangsa yang unggul. Tujuan yang keempat memberikan masukan mengenai asupan
gizi yang baik setiap harinya yang dibutuhkan anak memiliki pertumbuhan,
kesehatan dan kemampuan intelektualitas yang tinggi.Tujuan yang terakhir agar pemerintah memperhatikan standariasi keamanan dan
kesehatan makanan di warung sekolah, menggerakkan makan siang bersama di
sekolah dengan asupan gizi yang disyaratkan, melanjutkan program
pemberian makanan bergizi di sekolah, dan mensosialisasikan soal gizi
kepada kepada orang tua.
1.3
Metode penelitian
Metode yang digunakan untuk menyelesaikan pembuatan
makalah ini yaitu dengan cara metode kepustakaan atau studi literatur. Data
diambil dari buku-buku maupun artikel-artikel di internet yang berhubungan
dengan tema yang diangkat pada makalah ini. Serta Telaah artikel yang membahas
tentang asupan gizi pada anak-anak sekolah
dasar dengan menggunakan sesuai dengan teori-teori yang didapat selama dalam
proses pembelajaran Gizi Kesehatan Masyarakat.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pengertian Anak Sehat
Anak yang sehat akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan
fisik anak pada umumya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak
seusianya. Selain itu, anak yang sehat tampak senang, mau bermain, berlari,
berterik, meloncat, memanjat, tidak berdiam diri saja. Anak yang sehat terlihat
berseri-seri, kreatif, dan selalu ingin mencoba sesuatu yang ada di
sekelilingnya. Jika ada sesuatu yang tidak diketahuinya ia bertanya, sehingga
pengetahuan yang dimilikinya selalu bertambah. Anak
yang sehat biasanya akan mampu belajar dengan baik. Ia banyak berkomunikasi
dengan teman, saudara, orang tua, dan orang lain di lingkungannya. Anak yang
banyak bergaul, ia banyak pengetahuan dan pengalaman. Anak tidak mudah puas
atas sesuatu yang kurang dipahami dan ingin mendapatkan contoh. Anak yang sehat
membutuhkan asupan gizi yang baik agar status gizinya baik, yaitu tidak kurang
dan tidak lebih.
2.2 Definisi Zat Gizi dan Status Gizi
Zat gizi adalah ikatan kimia
yang diperukan tubuh untuk melakukan fungsinya, membangun dan memelihara
jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Status gizi adalah keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi
dibedakan antara status gizi kurang, baik, dan lebih. Secara
klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk
menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur
proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai
pengertian lebih luas; disamping unutk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi
ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan
belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia yang sekarang
sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor lain dianggap penting untuk
memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya
manusia berkualitas.
Masalah gizi kurang tersebar
luas di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Anak usia sekolah
membutuhkan asupan gizi yang baik agar kelak dapat menjadi generasi penerus
yang unggul dan lebih baik dari yang sekarang. Pada sisi lain, masalah gizi
lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat di negara
berkembang, termasuk Indonesia, sebagai dampak dari keberhasilan di bidang
ekonomi. Banyak kita temukan anak usia sekolah yang overweight atau obesitas. Penyuluhan gizi
secara luas perlu digerakkan bagi masyarakat guna perubahan perilaku untuk
meningkatkan keadaan gizinya.
Konsep-konsep baru yang
ditemukan akhir-akhir ini antar lain adalah keturunan terhadap kebutuhan gizi,
pengaruh guzu terhadap perkembangan otak dan perilaku, terhadap kemampuan
bekerja dan produktivitas serta daya tahan terhadap penyakit infeksi. Di
samping otu ditemukan pula pengaruh stres, faktor-fkator lingkungan seperti
polusi dan obat-obatan terhadap status gizi, serta pengakuan terhadap
faktor-faktor gizi yang berperan dalam pencegahan dan penobatan terhadap
penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, hati, dan
kanker.
2.3 Definisi Angka Kecukupan Gizi dan Angka Kebutuhan Gizi
Angka kecukupan gizi adalah
nilai yang menunjukan jumlah zat izi yang diperlukan tubuh unutk hidup sehat
setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dna
kondisi fisiologi tertentu. Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan
gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan gizi adalah jumlah zat-zat gizi
minimal yang dibutuhkan seseorang unutuk mempertajankan status gizi adekuat.
AKG yang dianjurkan didasarkan
pda patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, dan
aktivitas fisik. Dalam penggunaannya, bila kelompok penduduk yang dihadapi
mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan,
maka diperlukan penyesuaian. AKG tidak dipergunakan untuk individu. Dalam menentukan
AKG, perlu dipertimbangkan setiap faktor yang berpengaruh terhadap absorpsi
zat-zat gizi atau efisiensi penggunaannya di dalam tubuh. Untuk sebagian zat
gizi, sebagian dari kebutuhan mungkin dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suatu
zat yang di dalam tubuh kemudian dapat diubah menjadi zat gizi esensial. Pada
kebanyakan zat gizi, pencernaan dan atau absorpsinya tidak komplit, sehingga
AKG yang dianjurkan harus sudah memperhitungkan bagian zat gizi yang tidak di
absrorpsi.
Dalam memenuhi kebutuhan AKG
seriap harinya, perlu dilakukan memberi variasi makanan yagn berbeda setiap
harinya yang nantinya diharapkan cukup dapat memenuhi semua kebutuhan gizi. Di
Indonesia pola menu seimbang tergambar dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Saat ini dikenal juga menu pelangi, yaitu
menu makanan yang berwarna-warni seperti pelangi untuk memenuhi kebutuhan
vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh seperti sayur-sayuran. Perlu
pendidikan khusus bagi anak usia sekolah atau sekolah dasar dalam memilih makanan
yang berwarna-warni. Peran orang tua sangat diperlukan, jangan sampai anak
memilih makanan yang berwarna-warni yang menggunakan zat pewarna. Dalam
menyusun menu, selain AKG perlu pula dipertimbangkan aspek akseptibilitas makan
yang disajikan, karena selain sebagai sumber zat-zat gizi, makanan juga
mempunyai nilai sosial dan emosional.
2.4 Makanan dan Anak
Gizi yang diperoleh seorng
anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak
tersebut. Untuk dapat memenuhi dengan baik dan cukup, ternyata ada beberapa
masalah yang berkaitan dengan konsumsi zat gizi untuk anak. Contoh masalah gizi
masyarakat mencakup berbagai defisiensi zat gizi atau zat makanan. Seorang anak
juga dapat mengalami defisiensi gizi atau makanan. Seorang anak juga dapat
mengalami deisiensi zat gizi tersebut yang berakibat pada berbagai aspek fisik
maupun mental. Masalah ini dapat ditanggulangi secara cepat, jangka pendek, dan
jangka panjang serta dapat dicegah oleh masyarakat sendiri sesuai dengan
klasifikasi dampak defisiensi zat gizi antara lain melalui pengaturan makan
yang benar.
Makanan merupakan kebutuhan
mendasar bagi hidup manusia. Makan yang dikonsumsi beragam jenis dengan
berbagai cara pengolahannya. Di masyarakat dikenal pola makan atau kebiasaan
makan dan selera makan, yang terbentuk dari kebiasaan alam masyarakatnya. Jika
menyusun hidangan untuk anak, hal ini perlu diperhatikan di samping kebutuhan zat
gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini
berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan
mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang sangat amat penting.
2.5 Kebutuhan Gizi Berkaitan dengan Proses Tubuh
Makanan sehari-hari yang
dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi
normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan
mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat gizi esensial adalah
zat gizi yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan, ada tiga
fungsi zat gizi dalam tubuh.
1. Memberi Energi
Zat-zat gizi yang dapat
memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi
ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk beraktivitas.
2. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh
Protein, mineral, dan air
adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu, diperlukan unutk membentuk
sel-se baru, memelihara, dan mengganti sels-sel yang rusak. Dalam fungsi ketiga
ini zat gizi dinamakan zat pembangun.
3. Mengatur Proses Tubuh
Protein, mineral, air, dan
vitamin deiperlukan untuk mengatur prose tubuh. Protein mengatur keseimbangan
air di dalam sel. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam
peroses-proses oksidasi, fungsi normal saraf dan otot serta banyak peroses lain
yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua.
2.6 Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh
Akibat kurang gizi terhadap
proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi
secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan
pada proses-proses sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut
potensialnya. Protein sebagai zt pembakar, shingga otot-otot menjadi lembek dan
rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat lemak juga dapat
menyebabkan tubuh menjasi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai
kegiatandan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbukan
kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari
makanan, mentababkan seorang kekurangnan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan
melakukan aktivitas. Orang menjadi malasm merasa lemah, dan produktivitas kerja
menurun.
3. Pertahan Tubuh
Daya tahan terhadpa taekanan
atai stres menutun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang
mudah terserang infekasi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal
ini dapat membawa kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda
dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan
berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi
dapat berakibta terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang
dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah
tersunggung, cengang, dan apatis.
2.7 Faktor yang Berperan dan Permasalahan pada Tumbuh Kembang
Ada dua faktor utama yang
mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam merupakan faktor-faktor yang ada dalam diri anak itu
sendiri, baik faktor bawaan maupun faktor yang diperoleh. Faktor luar yaitu
faktor-faktor yang ada di luar atau berasal dari luar diri anak, mencakup
lingkungan fisik dan sosial serta kebutuhan fisik anak.
Selain kedua faktor tersebut,
faktor yang berperan dalam proses tumbuh kembang anak dapat ditentukan oleh keluarga,
status gizi, budaya, dan teman bermain. Keluarga hendaknya menunjang proses
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Status gizi anak dapat ditentukan
oleh tingkat konsumsi atau kualitas makanan. Kualitas makanan ditentukan oleh zat-zat
bergizi yang dibutuhkan oleh anak. Permasalahan tumbuh kembang anak ada dua
macam, yaitu gizi lebih dan gizi kurang.
Akibat dari status gizi yang buruk,
maka dapat menimbulkan penyakit. Lingkungan masyarakat dalam hal ini asuhan dan
kebiasaan suatu masyarakat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Tata cara dan kebiasaan yang diberlakukan masyarakat tidak selalu sesuai
dengan syarat-syarat kebersihan dan kesehatan. Teman bermain dan sekolah juga
berperan dalam mempengaruhi makanan yang dikonsumsi oleh anak. Ketika mereka
berinteraksi dengan teman bermain atau teman sekolahnya, makanan atau jajanan
yang dipilih biasanya sejenis dengan yang dipilih oleh teman dekat atau
lingkungan sekitarnya.Makhluk hidup memerlukan makanan untuk melangsungkan
kehidupannya. Makanan itu terdiri atas bagian-bagian yang berbentuk
iktan-ikatan kimia atau unsur-unsur anorganik yang disebut zat-zat makanan atau
zat gizi.Manusia mendapatkan zat makanannya dalam bentuk bahan makanan. Yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Satu macam saja bahan makanan tidak
dapat memenuhi semua keperluan tubuh akan berbagai zat makanan, karena
masing-masing bahan makanan mengandung zat makanan yang berlainan macam maupun
banyaknya.
2.8 Penyakit-penyakit Defisiensi Gizi
Penyakit-penyakit gizi di
Indonesia terutama tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi.
1. Penyakit Defisiensi Kurang Kalori Protein (KKP)
Salah satu gejala dari
penderita KKP ialah hepatomegali yaitu pembesaran hati yang terlihat oleh ibu-ibu
sebgai pembuncitan perut. Ada berbagai variasi bentuk KKP yaitu penyakit kwashiorkor,
marasmus, dan marasmikwashiorkor. Kwashiorkor adalah penyakit KKP dengan kekurangan
protein sebagai penyakti dominan. Marasmus merupakan gambaran KKP dengan
defisiensi energi yan ekstrem. Marasmikwashiorkor merupakan kombinasi
defisiensi kalori dan protein pada berbagai variasi. Penyebab langsung dari KKP
adalah konsumsi kurang dan sebab tak langsungnya adalah hambatan absorbsi dan
hambatan utilisasi zat-zat gizi karena berbagai hal, misalnya karena penyakit.
Penyakti infeksi dan infestasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan
hambatan utilisai zat gizi yang menjadi dasar timbulnya penyakit KKP.
2. Penyakit Defisiensi Vitamin A
Gejala-gejala defisiensi
vitamin ini yang menumbulkan kekhawatiran para ahli kesehatan dn gizi adalah
berhubungan denga nkondisi mata, sedangkan gejala-gejala yang menyerang sistem
tubuh lainnya tidak memberikan gambaran yang menggugah kekhawatiran lainnya.
Gambaran defisiensi vitamin A
yang menyangkut kondisi mata, disebut Xerophtalmia. Ternyata banyak kasus
Xerophthalamia yang berakibat gangguan penglihatan yang permanen bahkan sampai
menjadi buta, terutama pada kelompok umur dewasa muda. Defisiensi vitamin A
primer disebabkan kekurangn konsumsi vitamin tersebut, sedangkan defisiensi
sekunder karena absorbsi dan utilitasnya terhambat.
Konsumsi vitamin A kurang
adalah karena kebiasaan makan yang salah, tidak suka sayur dan buah, atau
karena daya beli rendah, tidak sanggup membeli bahan makanan hewani maupun
nabati yang akaya akan vitamin A dan karoten tersebut. Hamabtan absorbsi
vitamin Adaam kroten terjadi karena hidangan rata-rata rakyat umum di Indonesia
mengandung rendah lemak dan protein yang diperlukan dalam metabolisme vitamin
A.
3. Penyakit Defisiensi Yodium
Salah satu manifestasi
gambaran penyakit kekurangan zat gizi yodium yang meninjol ialah pembesaran
kelenjar gondok yang disebut penyakit gondok oleh awam atau nama ilmiahnya
struma simplex. Karena terdapat endemik di wilyah-wilayah tertentu yang
kekurangan yodium, disebut juga endemic goitre. Defisiensi yodium memberikan
juga berbagai gambaran klinik lainnya yang disagak ada hubungan dengan kondisi
kekurangan zat gizi yodium itu, sehingga disebut Iodine Deficiency Diseases
(IDD). Ada 4 jenis IDD yaitu gondok endemic, hambatan pertumbuhan fisik dan
mental yang diebut cretinism, hambatan neuromotor, dan kondisi tuli disertai
bisu.
4. Anemia Defisiensi Zat Besi
Pengaruh defisiensi Fe,
terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin. Merupakan alat
transportasi O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh. Pada anak
sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan
kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya
konsentrasi dalam belajar menurun.
Defisiensi Fe dapat
didiagnosisi berdasrkan data klinik dan data laboratorik yang ditunjang oleh
data konsumsi pangan. Gambaran klinik memperlihatkan kondisi anemia. Muka
penderita terlihat pucat, jug selaput lendir kelopk mata, bibir, dan kuku.
Penderita terlihat dan merasa bandannya lemah, kurang bergairah, dan cpeat
merasa lelah, serta sering menunjukkan sesak napas. Data
laboratorik memperlihatkan kadar hemoglobin menurun di bawah 11%, bahkan pada
yang berat penurunan hemoglobin ini dapat mencapai tingkat di bawah 10% atau
lebih rendah lagi, sampai di bawah 4%. Data konsumsi mungkin memperlihatkan
hidangan yang kurng mengandung daging atau bahan makanan hewani lain, dan juga
kurang sayur serta daun yang berwarna hijau.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Asupan Gizi Anak Rendah
Kasus rendahnya asupan gizi anak-anak sekolah dasar di
beberapa wilayah Indonesia merupakan permasalahan yang sangat serius. Jika
tidak ditanggapi dengan serius oleh pemerintah maka akan menimbulkan
dampak-dampak yang semakin memperburuk status gizi dan status kesehatan
anak-anak sekolah dasar. Anak-anak sekolah dasar memiliki pertumbuhan yang relatif
stabil jika dibandingkan dengan usia bayi, pra-sekolah dan remaja. Pada masa
ini terjadi proses kematangan, pertambahan fungsi kognitif dan sosial
emosional. Asupan gizi yang baik sangat dibutuhkan pada anak usia sekolah (6-12
tahun) karena mereka memerlukan energi dan kalori yang cukup besar untuk beraktifitas
selama di sekolah. Mereka memerlukan karbohidrat, protein, lemak, vitamin-vitamin, zat besi,
zat seng dan mineral-menaral lain yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses
pertumbuhan.
Sarapan pagi dengan asupan gizi yang baik sangat
dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan kalori. Seperti yang telah
disebutkan pada bab sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang berperan dalam
menentukan tumbuh kembang anak seperti dalam hal pola makan anak. Pada anak
usia sekolah, faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan pola makan mereka
adalah faktor di luar rumah yaitu lingkungan masyarakat dan teman sekolah. Lingkungan
masyarakat yang memiliki kebiasaan buruk dalam hal mengkonsumsi makanan atau
jajanan akan ditiru oleh anak pada usia ini. Ketika teman di sekitar rumahnya
atau teman sekolahnya sering mengkonsumsi suatu makanan atau jajanan maka anak akan mengikuti makanan atau jajanan yang
dipilih oleh teman-teman di sekitarnya. Dampak yang dikhawatirkan adalah ketika
temannya memilih makanan yang buruk atau rendah asupan gizinya. Dalam ilmu
teori perilaku-perilaku kesehatan, Skinner mengklasifikasikan perilaku
kesehatan menjadi 6 kelas. Perilaku anak usia sekolah yang meniru makanan atau
jajanan temannya termasuk dalam perilaku yang berhubungan dengan lingkungan (Environmental behavior).[1]
3.2 Asupan Gizi Anak Kurang
Kalori adalah satuan tenaga yang dapat diperoleh dari
makanan. Jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh seseorang bergantung pada
usia, berat badan, dan tinggi badan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
kasus yang ditemukan di sepuluh sekolah dasar yang ada di Jakarta dan Solo
bahwa anak sekolah dasar memiliki jumlah kalori yang nilainya berada di bawah
100% jumlah kalori yang diperlukan oleh tubuh. Pada anak laki-laki diperlukan
asupan kalori yang lebih dibanding pada anak perempuan yang sudah mengalami
haid pada usia ini sehingga lebih banyak memerlukan asupan protein dan zat besi
dari usia sebelumnya. Seperti yang disebutkan dalam sumber yang terlampir dalam
makalah ini,
“Dari
total anak yang diteliti, 94,5% mengonsumsi kalori di bawah angka kecakupan
gizi yang dianjurkan yakni 1.800 kilo kalori. Untuk asupan protein sebanyak
64,5% di bawah batas kecukupan, zat besi sebesar 91,8% dan seng sebanyak 98,6%
dibawah kebutuhan seharusnya..”
Permasalahan rendahnya asupan gizi anak sekolah dasar
diakibatkan rendahnya kalori. Kalori dalam tubuh dihasilkan melalui proses
pembakaran zat-zat yang terkandung dalam makanan seperti karbohidrat, lemak,
dan protein. Apabila asupan kalori rendah maka akan berdampak pada buruknya
status gizi anak sekolah dasar dan berakibat pada berkurangnya kemampuan untuk
menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah. Kalori sangat
dibutuhkan sebagai energi yang digunakan oleh manusia untuk beraktivitas.
Apabila jumlah energi kurang maka kerja otak akan terganggu dan mengakibatkan
anak malas untuk belajar.
Pada jumlah asupan protein yang ditemukan di lapangan
ternyata asupan protein anak sekolah dasar sangat jauh dari jumlah yang
dibutuhkan, hanya 64,5% dari kebutuhan tubuh. Protein adalah salah satu sumber
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan kalori dari protein sering
disebut defisiensi Kurang Kalori Protein (KKP). Ada berbagai variasi bentuk KKP yaitu
penyakit kwashiorkor, marasmus, dan marasmikwashiorkor. Kwashiorkor adalah
penyakit KKP dengan kekurangan protein sebagai penyakti dominan. Marasmus
merupakan gambaran KKP dengan defisiensi energi yang ekstrem.
Marasmikwashiorkor merupakan kombinasi defisiensi kalori dan protein pada
berbagai variasi.
Zat besi yang ditemukan pada
anak usia sekolah ternyata masih kurang dari 100% kebutuhan tubuh, yaitu 91,8%.
Defisiensi zat besi akan mengakibatkan gangguan fungsi hemoglobin. Apabila
fungsi hemoglobin terganggu maka transportasi O2 keseluruh tubuh
yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh akan terganggu. Pada anak
sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan
kesanggupan anak untuk belajar. Ketika mereka mengalami defisiensi hemoglobin
pada kondisi anemia, daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun.
Temuan lain dalam penelitian
mengenai asupan gizi anak sekolah dasar rendah adalah asupan zat seng yang
masih di bawah 100%, yaitu 98,6%. Zat seng merupakan ko-faktor sekitar 100
macam enzim yang tugasnya mengatalisasi fungsi biologis yang penting. Selain
itu seng juga dibutuhkan untuk memfasilitasi metabolism protein yaitu sintesis
DNA dan RNA.
3.3 Hubungan Gizi dengan Kesehatan Anak
Defisiensi gizi sering
dihubungkan dengan infeksi. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan guzu
mealui beberapa cara yaitu mempengaruhi nafsu makan, dapat juga menyebabkan
kehilangan bahan makanan karena diare/muntah-muntah atau mempengaruhi
metabolisme makanan dan banyak cara lain lagi.
Secara umum, defisiensi gizi sering
merupakan awal dari gangguan sistem kekebalan tubuh. Gizi kuran dan infeksi,
kedua-duanya dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat
dengan sanitasi buruk. Selain itu juga diketahui bahwa infeksi menghambat
reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber-sumber energi.
Gangguan gizi dan infeksi
dapat saling berhubungan sehingga memberikan prognosis yang lebih buruk.
Infeksi memperburuk taraf gizi dan sebaliknya, gangguan gizi memperburuk
kemampun anak untuk mengatasi penyakit infeksi. Kuman-kuman yang kurang
berbahaya bagi anak-anak dengan gizi baik, bisa menyebabkan kematian pada
anak-anak gizi buruk.
3.4 Hubungan Gizi dengan Kecerdasan
Masalah defisiensi gizi
khususnya KKP menjadi perhatian karena berbagai penelitian menunjukan adanya
eek jangka panjang KKP ini terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak manusia.
Sebagaimana halnya dengan organ-organ lain dalam tubuh, otak terutama berkembng
pada awal kehidupan sampai periode tertentu dalam masa kehidupan seseorang. Pada
fase ini terjadi berbagao keadaan seperti pengaruhobat-obatan, radiasi,
kekurangan oksigen, dan terlebih penting ialah kekuarangn makanan atau zat
makanan/zat gizi. Dalam hal ini dapat terjadi kelainan yagn bersifat pulih
maupun tidak dapat pulih. Antara lain otak mengalami pengaruh sehingga tidak
dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetiknya.
3.5 Tingkat Konsumsi dan
Tingkat Gizi
Keadaan Kesehatan gizi
masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh
kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua
zat gizi yang deiperlukan tubuh di dalam sususnan hdangan dan perbandingannya
yang satu terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat
gizi terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh
akan mendapat kondisi kesihatan gizi yang sebaik-baiknya. Konsumsi yang
menghasilkan kesehatan gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi adekuat.
Kalau susunan hidangan
memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari sudut kualitasnya dana dalam jumlah
melebihi kebutuhan tubuh, dinamakan konsumsi berlebih, makan akan terjadi suatu
keadaan gizi lebih. Sebaliknya konsumsi yang kurang kualitasnya maupun
kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi kurang atau kondisi
defisiensi. Tingkat kesehtan gizi terbaik adalah kesehatan optimum, tubuh
terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang
sebiak-baiknya. Ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan gizi.
Penyakit-penyakit ini daat dibagi dalam beberapa golongan yaitu, penyakit gizi
lebih (obesitas), penyakit gizi kurang (malnutrition, undernutrition), penyakit
metabolik bawaan (inborn errors of metabolism), dan penyakit keracunan makanan
(food intoxication).
3.6 Masalah Sosial Ekonomi
Permasalahan rendahnya asupan gizi pada anak sekolah
tidak terlepas dari berbagai faktor lain di luar faktor makanan yang
dikonsumsi. Permasalahan ini dapat dikaitkan dengan rendahnya kondisi sosial
ekonomi keluarga. Harga-harga barang sembako yang semakin lama semakin mahal
dan sulit dijangkau oleh keluarga ekonomi ke bawah tidak memungkinkan mereka
untuk membeli makanan yang bergizi. Pada masyarakat ekonomi kelas bawah, hal
yang dipentingkan adalah kuantitas makanan, tanpa memperdulikan kualitas
gizinya baik atau buruk.
3.7 Masalah Sosialisasi
Pengetahuan
Kurangnya sosialisasi mengenai makanan yang bergizi
kepada masyarakat terutama mereka yang tinggal di tempat yang jauh dari
fasilitas kesehatan seperti puskesmas semakin memperburuk asupan gizi anak. Bagi
mereka yang tinggal di daerah perkotaan informasi tentang makanan yang bergizi
dan asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak mudah sekali didapatkan. Sedangkan
mereka yang tinggal di daerah terpencil informasi tentang makanan yang bergizi
sulit sekali didapatkan.
Orang tua sebagai pihak yang paling bertanggung jawab
terhadap kesehatan anak atau status gizi anaknya hendaknya dapat mengawasi pola
makanan atau jajanan yang dipilih oleh anaknya. Akan tetapi dibutuhkan
informasi yang banyak mengenai makanan apa saja yang baik bagi anaknya, jajanan
apa yang baik dikonsumsi serta dampak yang ditimbulkan apabila anaknya tidak
mengkonsusmsi makanan yang bergizi. Dibutuhkan peran pemerintah dalam
mensosialisasikan pengetahuan mengenai makanan yang bergizi atau asupan yang
baik bagi anak usia sekolah kepada para orang tua terutama bagi mereka yang
tinggal di daerah terpencil.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Rendahnya asupan gizi anak usia sekolah diakibatkan oleh
banyak faktor. Anak usia sekolah sangat rentan dengan asupan gizi yang rendah
atau buruk. Pada usia ini pola makan anak dipengaruhi oleh teman dan lingkungan
sekitarnya. Jajanan yang banyak dijual di sekolah-sekolah termasuk ke dalam
makanan yang tidak bergizi sehingga dapat dikatakan bahwa anak usia sekolah
sangat rentan dengan asupan gizi yang buruk.
Asupan gizi yang buruk dapat berakibat fatal apabila
terus dibiarkan, defisiensi kalori yang dihasilkan protein akan menimbulkan
penyakit seperti marasmus dan kwashiorkor, defisiensi zat besi akan mengganggu
kerja hemoglobin dalam transportasi O2 keseluruh tubuh, defisiensi
zat seng akan mengganggu proses metabolism protein. Selain itu, buruknya status
gizi anak sekolah semakin memperburuk kondisi bangsa Indonesia karena generasi
penerusnya tidak produktif. Perbaikan status gizi dengan asupan gizi yang baik
akan memberikan banyak perubahan. Orang tua saat ini terlalu membiarkan anaknya
mengkonsumsi jajanan yang ada di sekolah. Membiasakan anak untuk sarapan pagi
sebelum berangkat sekolah merupakan cara yang efektif dalam mengurangi
kemungkinan anak membeli makanan di luar rumah.
4.2 Saran
Peran orang tua sangat diperlukan dalam memberikan
makanan yang bergizi dan mengajarkan anak untuk mengonsumsi atau memilih
makanan yang bergizi. Pendekatan yang baik dengan anak dan komunikasi atau cara
penyampain pendidikan dasar mengenai makanan yang bergizi dapat membuat anak
lebih berhati-hati dalam memilih makanan atau jajanan. Perhatian dari kedua
orang tua sangat diperlukan terutama pada jajanan dan makanan kesukaannya.
Makanan yang diberikan saat dirumah hendaknya memperhatikan nilai gizi dengan
menyesuaikan kondisi social ekonomi keluarga.
Peran guru di sekolah sangat dibutuhkan guna memberikan
pendidikan dasar dan pengawasan secara aktif mengenai makanan atau jajanan yang
baik dikonsumsi dan tidak baik untuk dikonsumsi. Perlu pengawasan di sekitar
lingkungan sekolah akan jajanan yang bergizi dan tidak bergizi dan melarang
pedagang di sekitar sekolah menjual makanan yang tidak bergizi.
Perlu penanganan secara khusus dari pemerintah untuk
menangani permasalahan ini. Sosialisasi mengenai asupan gizi yang dibutuhkan
oleh anak sekolah dasar dapat dilakukan sebagai upaya promotif untuk
meningkatkan status gizi anak sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,
Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Ayubi, Dian.
2007. Bahan Kuliah Dasar PKIP. Depok
: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat.
Depok : FKM UI Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip
Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius
[1]
Dian Ayubi, Bahan Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
(Depok : FKM UI 2007), hlm 3.