MAKALAH
KERAJAAN GOWA TALLO
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
puji syukur kami ucapkan kehadirat allah swt, yang telah memberikan rahmat,nikmat,taufik serta hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Sholawat dan salam tetap kami ucapkan kepada baginda nabi agung muhammd SWT.
Tidak lupa kami ucapakan terima kasih kepada pembimbing kami yang telah meluangkan waktu untuk membimbing kami dalam menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih juga kami ucapakan kepada bapak serta ibu guru yang telah memberi pengetahuan kepada kami, serta kepada teman-teman yang juga bekerja sama dalam menyelesaikan karya tulis ini. Mudah-mudahan karya tulis ini dapat berguna dan menambah pengetahuan bagi para pembacanya.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Tasikamlaya 30 Januari 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa,
adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah
Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang
berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi.
Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan daerah
sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan RI dimekarkan menjadi Kotamadya
Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal
bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal
dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap Belanda yang dibantu oleh Kerajaan
Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Tapi perang ini
bukan berati perang antar suku Makassar – suku Bugis, karena di pihak Gowa ada
sekutu bugisnya demikian pula di pihak Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya.
Politik Divide et Impera Belanda, terbukti sangat ampuh disini. Perang Makassar
ini adalah perang terbesar Belanda yang pernah dilakukannya di abad itu.
RUMUSAN MASALAH
Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki
posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan
Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik
yang berasal dari Indonesia
bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian Barat. Dengan
posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan
besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. Masing-masing kerajaan
tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. Kerajaan
Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu
kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar.
BAB II
AWAL BERDIRINYA KERAJAAN GOWA TALLO
AWAL BERDIRINYA
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan
komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang
kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data,
Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai
maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa.
Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana
Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan
empat orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah
Batara Guru dan saudaranya
Gambar di bawah merupakan peta Sulawesi Selatan. Di
Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan di antaranya Gowa,
Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Untuk mengetahui letak
kerajaan-kerajaan tersebut, silahkan diamati gambar peta tersebut.
Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan
sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan
Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan
yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya
adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama
ibukota propinsi Sulawesi Selatan.
Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki
posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan
Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik
yang berasal dari Indonesia
bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian Barat. Dengan
posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan
besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
MASA PERKEMBANGAN KARAJAAN GOWA TALLO
Kehidupan Ekonomi
Seperti yang telah Anda ketahui bahwa kerajaan Makasar
merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia
bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti letak yang
strategis, memiliki pelabuhan yang baik serta didukung oleh jatuhnya Malaka ke
tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang yang
pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai
pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing
seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang
untuk berdagang di Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur
berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA
PABBALUE (ket : artinya apa), sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka
perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.
Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena
Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi
Selatan.
Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah
kemakmuran hidupnya.
Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut,
kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari
Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk
Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa
Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian hampir seluruh
penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam
adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari Minangkabau.
Raja Gowa Tallo sangat besar perannya dalam
menyebarkan Islam, sehingga bukan rakyat saja yang memeluk Islam tapi
kerajaan-kerajaan disekitarnya juga menerima Islam, seperti Luwu, Wajo, Soppeg,
dan Bone. Wajo menerima Islam tahun 1610 M. Raja Bone pertama yang menerima
Islam bergelar Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan
untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya
mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma
kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang
disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap
norma-norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga
mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan
golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”,
sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah
yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak
menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka
terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar
dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo merupakan
kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.
Kehidupan Politik Dan Masa Kemunduran
kerajaan Gowa -Tallo
Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh
Datuk Robandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang
pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam.
Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah
Karaeng Matoaya (Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah
Makasar tahun 1593 – 1639 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) sebagai
Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan
Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa
pemerintahan raja Malekul Said (1639 – 1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak
kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa
pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan
menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang
keperluan perdagangan Makasar. Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa
Tenggara Barat.
Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur
perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal
sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang
kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia
(pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon
terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul
pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin
memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di
Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan
Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan
dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu
dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah
kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar
meminta bantuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar.
Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat
menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus
mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang
isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
a. VOC memperoleh hak monopoli
perdagangan di Makasar.
b. Belanda dapat mendirikan benteng
di Makasar.
c. Makasar harus melepaskan
daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
d. Aru Palaka diakui sebagai raja
Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan
Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan
Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan
Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan
pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya
kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa,
adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah
Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang
berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi.
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan
nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan
Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero
dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini
menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja
Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal.
Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam
mulai masuk ke kerajaan ini.
Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo
memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir
Khotib Tunggal yang berasal dari Minangkabau. Makasar mencapai puncak
kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Daerah
kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada
dominasi asing. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin
sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku.
Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin
tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari
Timur.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.e-dukasi.met/mol/mo_full.php?moid=121&fname=sej107_10.htm
http://id.Wikipedia.org/wiki/kesultanan_Gowa
http://blog.unila.ac.id/redha/2009/01/04/kerajaan-islam-nusantara-kerajaan-islam-di-Sulawesi/