BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
berdasarkan pengalaman atau latihan.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia selama hidupnya.
Belajar bukanlah hanya mengumpulkan atau mengahafalkan fakta-fakta yang tersaji
dalam bentuk informasi dari materi pelajaran. Akan tetapi, belajar merupakan
tahapan perubahan tingkah laku yang berlangsung secara meningkat. Gredel
seperti yang dikutip oleh Angkowo dan A.
Kosasih (2007: 47) mendefinisikan
‘belajar sebagai proses memperoleh berbagai kemampuan, keterampilan, dan
sikap.’ Melalui proses belajarlah siswa akan memiliki pengalaman, melalui
interaksi dengan lingkungan siswa akan memperoleh berbagai pengalaman pula.
Winkel seperti yang dikutip oleh Angkowo dan A.Kosasih
(2007:48) membuat kesimpulan tentang belajar itu merupakan ‘suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
demi menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Setelah mengalami proses belajar maka ia akan
memperoleh berbagai pengertian dan pengetahuan, keterampilan, serta sikap.
Dengan kata lain, siswa akan memiliki berbagai kemampuan-kemampuan.
Kemampuan-kemampuan itu tidak hanya sekedar pengetahuan saja, akan tetapi yang
paling berperan penting adalah adanya perubahan perilaku nyata yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar menurut Bloom terdiri
dari tiga kategori, yakni kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa hasil belajar yang
berkenaan dengan sikap dan nilai kurang mendapat perhatian dari guru. Guru
lebih memberi perhatian pada penguasaan konsep atau siswa hanya mengetahui
berbagai pengetahuan saja. Dengan demikian, di lapangan banyak ditemukan siswa
yang memiliki hasil belajar di atas rata-rata atau membanggakan namun dalam
ranah afektif mereka memilki sikap dan
nilai yang minim atau rendah. Terutama kepedulian terhadap lingkungan hidup contohnya
lingkungan sekolah ternyata masih rendah. Misalnya dalam hal sederhana membuang
sampah pada tempatnya, ternyata masih terdapat siswa yang membuang sampah tidak
pada tempatnya. Hal ini dikarenakan wawasan atau pengetahuan dan pemahaman
siswa mengenai pentingnya lingkungan masih dikatakan rendah. Kurangnya
kesadaran guru untuk menjadi contoh teladan juga turut menjadi penyebab
rendahnya kesadaran dankepedulian siswa terhadap lingkungan sekolah.
Berdasarkan pengamatan di lapangan sering ditemui
siswa yang memiliki kepedulian yang rendah terhadap lingkungan sekolah. Mereka
memiliki kesadaran yang juga terbilang rendah. Misalnya saja dalam hal cinta
dan melestarikan lingkungan sekolah, masih ada siswa yang tidak berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut. Padahal telah kita ketahui bahwa lingkungan itu sangat
berperan penting bagi kehidupan manusia. Manusia sangat bergantung pada
lingkungan untuk menjalankan hidupnya, dengan kata lain manusia tidak dapat
terlepas dari lingkungan, sedangkan lingkungan pun bergantung pada aktifitas
manusia. Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1982, tentang
ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup, Bab 1 pasal 1 (dalam
Tim Dosen PGSD UPI, 2005) dirumuskan ‘Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang,
semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya.’ Jika tidak ada atau sedikit sekali
manusia yang peduli dengan lingkungan hidup maka akan kerusakan lingkungan akan
terjadi yang mengakibatkan kerugian bagi kehidupan manusia itu sendiri. Seperti
yang akhir-akhir ini terjadi yakni maraknya kerusakan atau pencemaran
lingkungan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Oleh karena itulah, pentingnya
penerapan ranah afektif dalam proses pembelajaran untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kesadaran atau kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup yang
memberi peranan penting bagi kelangsungan hidupnya.
Rendahnya kesadaran dan kepedulian siswa akan
pentingnya lingkungan hidup yakni lingkungan sekolah dikarenakan guru kurang menumbuhkan kecintaan
siswa terhadap lingkungan hidup. Siswa tersebut kurang mampu memberdayakan
hasil belajar yang didapatkannya agar dapat diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Selain itu, pribadi siswa itu sendiri yang tidak tahu atau pun tidak mau tahu
mengenai yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Alternatif solusi yang dapat dilakukan oleh siswa agar
rasa kepedulian terhadap lingkungan sekolah dapat tumbuh dan meningkat dengan
upaya antara lain menciptakan proses belajar yang tidak hanya menerapkan penguasaan konsep
ranah kognitif yang berupa penguasaan konsep dan ranah psikomotorik saja
melainkan juga kontribusi dari ranah afektif perlu diciptakan dalam proses belajar
mengajar. Adanya contoh atau tindakan yang nyata dari guru yaitu berupa sikap
yang peduli dengan lingkungan sekolah. Guru bersama-sama siswa di sekolah rutin
melakukan kegiatan yang dapat menumbuhkan kecintaan siswa terhadap lingkungan
hidup sehingga memiliki kesadaran dan kepedulian akan pentingnya lingkungan,
misalnya dengan melakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan lingkungan
sebagai media, menganjurkan agar membuang sampah pada tempatnya, menjaga
kelestarian ekosistem maupun melakukan kegiatan yang memberi motivasi yang baik
bagi siswa misalnya mengadakan lomba kebersihan kelas atau sekolah, membuat
kebun sekolah, melaksanakan kegiatan menanam sejuta pohon dan sebagainya.
Dengan berbagai upaya atau kegiatan tersebut di atas diharapkan
kecintaan dan kesadaran siswa akan
pentingnya lingkungan hidup lebih meningkat. Dengan demikian hasil belajar
siswa yang berupa afektif benar-benar terwujud dalam kehidupan sehari-hari yang
pada akhirnya siswa memberikan kontribusi yang baik bagi kelestarian lingkungan
hidup. Penerapan kepedulian terhadap lingkungan yang dilakukan sejak dini oleh
siswa akan memberikan dampak yang positif bagi kelangsungan kehidupan manusia
saat ini dan di masa yang akan datang.
Pengetahuan mengenai lingkungan hidup sangat penting
sebagai dasar bagi siswa agar memliki kesadaran akan kepeduliannya terhadap
lingkungan. Oleh karena hal tersebut, peneliti memilih topik tentang Hubungan antara
Pengetahuan dengan Kepedulian terhadap
Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas III SDN Darmajaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas permasalahan
yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
“Bagaimanakah profil pengetahuan siswa kelas III SDN
Darmajaya mengenai lingkungan?”
2.
“Bagaimanakah profil kepedulian siswa kelas III SDN
Darmajaya mengenai lingkungan sekolah?”
3.
“Seberapa kuat hubungan antara pengetahuan dengan kepedulian
siswa kelas III SDN Darmajaya tehadap lingkungan sekolah?”
C. Definisi Operasional
Berbagai definisi yang berkaitan erat dengan judul
diantaranya: Pengetahuan sering diartikan sebagai segala sesuatu yang kita
kenal atau kita ketahui mengenai sesuatu hal atau obyek. Sadulloh, (2007:30)
berpendapat “pengetahuan dapat juga dijelaskan sebagai hasil dari mengetahui
obyek-obyek di alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan.” Pengetahuan adalah informasi yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. “Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan inderawi.” (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan).
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan variabel bebas (X) yang merupakan pengetahuan tentang lingkungan.
umtuk mengkur variabel tersebut digunakan tes objektif.
Menurut WS Ibrahim, dkk. (2000:75) “Kepedulian adalah sikap tanggap terhadap keadaan
disekitarnya dan kesediaan untuk memperhatikan keadaan serta membantunya.”
Orang yang memiliki kepedulian tidak hanya mementingkan diri sendiri, kelebihan
yang dimilikinya selalu diusahakan agar dapat dinikmati oleh orang lain.
Purwowibowo (2008) menjelaskan bahwa Secara umum lingkungan:
•Secara harfiah lingkungan berarti
keadaan sekitar atau kondisi sekitar.
• Lingkungan
ekonomi misalnya juga menunjuk kondisi sekitar yang berhubungan dengan fungsi
ekonomi, yang berhubungan erat dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga, dan
lainnya.
Berarti kondisi alam sekitar kita, terutama tentang tanah, air, udara,
tumbuhan,
binatang, sinar matahari, dan lainnya yang mengisi planet bumi ini, atau
sebagian dari planet bumi yang berada di daerah tertentu.
Adapun variabel terikat (Y)
dalam penelitian ini adalah kepedulian siswa terhadap lingkungan sekolah. Untuk
mengukur variabel tersebut penulis menggunakan pedoman observasi untuk
mengungkap aplikasi pengetahuan siswa mengenai lingkungan sekolah. Peneliti
juga menggunakan angket untuk mengungkap profil pengetahuan dan profil kepedulian
siswa terhadap lingkungan sekolah.
D.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam
penelitian ini sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui
profil pengetahuan siswa kelas III SDN Darmajaya mengenai lingkungan.
2.
Untuk mengetahui
profil kepedulian siswa kelas III SDN Darmajaya mengenai lingkungan sekolah.
3.
Untuk mengetahui
kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan kepedulian siswa kelas III SDN
Darmajaya terhadap lingkungan sekolah.
E.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan informasi baik untuk
peneliti, bagi pembaca maupun untuk kepentingan peningkatan pendidikan.
Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan
mampu dijadikan motivasi agar dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan untuk
keperluan penelitian berikutnya.
Bagi pembaca, hasil
penelitian diharapkan mampu memberikan informasi bahwa untuk mencapai hasil
belajar yang optimal siswa tidak hanya mengetahui pengetahuan ataupun
penguasaan konsep saja, tetapi siswa
harus memiliki nilai afektif yang baik diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
lebih meningkatkan rasa kepeduliannya terhadap lingkungannya.
Bagi kepentingan pendidikan, hasil penelitian ini
diharapkan dijadikan pertimbangan dan informasi dalam peningkatan hasil belajar
siswa yang bermakana yakni tidak hanya berupa pengetahuan ataupun penguasaan
konsep saja melainkan memiliki nilai
afektif yang baik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan lebih
meningkatkan rasa kepeduliannya terhadap lingkungan sekolah.
F.
Hipotesis
Menurut Sugiyono (2007 : 64)
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan.
Berdasarkan rumusan masalah
dalam penelitian, maka hipotesisnya adalah
Ho : Tidak
terdapat hubungan yang sangat kuat antara pengetahuan dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan
sekolah.
Ha : Terdapat hubungan yang sangat kuat antara
pengetahuan dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan sekolah.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu jalan yang digunakan
penulis dalam mengumpulkan data. Menurut Sugiyono (2007 : 2) “Metode penelitian
pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
deskriptif berupa studi korelasi untuk mengetahui hubungan diantara dua
variabel. Menurut Arikunto (2002:239) “Studi korelasi adalah bertujuan untuk
menemukan ada tiadanya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta
berarti atau tidaknya hubungan itu.”
H.
Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di SDN Darmajaya
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. Pemilihan lokasi ini dikarenakan peneliti
ingin mengetahui lebih jauh mengenai profil pengetahuan dan profil kepedulian
siswa tersebut serta seberapa kuat hubungan antara pengetahuan siswa terhadap
lingkungan sekolah. Adapun sampel
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Darmajaya. Sampel penelitian ini
kelas III dikarenakan materi dan pengetahuan tentang lingkungan diberikan di
kelas tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Studi Teoritis
1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
Belajar adalah kegiatan mengorganisir lingkungan,
adanya perubahan perilaku dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Whiterington (1950 : 165) yang dikutip oleh Suherman (2000 : 45) mengemukakan
bahwa
Belajar adalah
suatu perubahan dalam kepribadian sebagaimana yang dimanifestasikan ke dalam
bentuk perubahan penguasaan-penguasaan pola respon atau perilaku baru yang
nyata dalam perubahan keterampilan, sikap, kebiasaan, kesanggupan atau
pemahaman.
Gredel seperti yang dikutip oleh Angkowo dan A.Kosasih
(2007 :47) mendefinisikan ‘belajar sebagai proses memperoleh berbagai kemampuan,
keterampilan, dan sikap.’ Melalui proses belajarlah siswa akan memiliki
berbagai pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang yang
dilandasi dengan adanya perubahan tingkah laku yang lebih baik. Tingkah laku
yang baru yang dimaksud ialah dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya
pengertian-pengertian baru, perubahan dan sikap, kebiasaan-kebiasaan,
keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-sifat sosial,
emosional dan pertumbuhan jasmani dan lain sebagainya.
Berdasarkan kepada pengertian yang dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa belajar itu adalah suatu proses usaha yang dilakukan
oleh individu secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku seperti dalam pengetahuan,
kebiasaan,keterampilan, sikap, persepsi kebiasaan dan tingkah laku afektif
lainnya sebagai hasil dari pengalaman.
Hasil belajar adalah serangkaian kemampuan yang
didapatkan setelah seseorang (siswa) melakukan kegiatan belajar. Hudoyo (1990:39)
mengemukakan pendapatnya tentang hasil belajar sebagai berikut:
“Hasil belajar dan proses belajar kedua-duanya penting, di dalam belajar
ini, terjadi proses berpikir. Seseorang dikatakan berpikir bila orang itu
melakukan kegiatan mental, bukan kegiatan motorik walaupun kegiatan motorik ini
dapat pula bersama-sama dengan kegiatan mental tersebut, dalam mental itu orang
menyusun hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai
pengertian. Karena itu menjadi memahami dan menguasai hubungan tersebut
sehingga orang itu dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran
yang dipelajari, inilah merupakan hasil
belajar”.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
ditunjukan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuannya,
pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan
kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain yang merupakan
aspek yang ada pada individu. Jadi belajar pada dasarnya adalah perubahan yang
diperlihatkan oleh individu dalam bentuk tindakan sebagai adanya interaksi
dengan lingkungannya. Seorang tidak dapat dikatakan belajar tanpa adanya tindakan.
Moh Surya (1985:23-27) seperti yang dikutip Suherman
(2000 : 46) mengemukakan beberapa cirri-ciri perubahan tingkah laku sebagai
berikut:
1) Belajar adalah sebagai
usaha memperoleh perubahan tingkah laku dengan ciri-ciri bahwa perubahan
tersebut didasari oleh individu,bersifat kontinu bukan bersifat temporer, dan
bukan karena kematangan atau perkembangan, bertujuan dan terarah;
2) Hasil belajar ditandai
dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku;
3) Belajar merupakan suatu
proses,
4) Proses belajar terjadi
karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai;
5) Belajar merupakan bentuk
pengalaman.
2. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan sering diartikan sebagai segala sesuatu
yang kita kenal atau kita ketahui mengenai sesuatu hal atau obyek. Menurut
Sadulloh (2007: 30) “Pengetahuan dapat juga dijelaskan sebagai hasil dari
mengetahui obyek-obyek di alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan.”
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan inderawi (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan).
Kita memperoleh segala sesuatu (pengetahuan) baik dari
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, yang bersumber dari pengalaman diri
sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan maupun dari
informasi atau cerita orang lain, dari kebiasaan dan adapt istiadat.
Pengetahuan juga dapat bersumber dari ajaran agama, filsafat, sejarah dan
sebagainya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Titus (1959) yang dikutip Sadulloh
(2007) mengungkapkan ada empat jenis pengetahuan atau kebenaran yang dapat
diperoleh dan dimilki manusia, yaitu :
a.
Pengetahuan biasa atau awam atau sering disebut common
sense knowledge atau akal sehat.
b.
Pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) atau secara
singkat orang menyebutnya dengan sains.
c.
Pengetahuan filsafat (philosophical Knowledge) atau
dengan singkat saja disebut filsafat, dan
d.
Pengetahuan religi (pengetahuan agama) pengetahuan yang
bersumber dari agama, yang mencangkup pengetahuan mengenai hakekat perilaku sebagai
pengungkapan supernatural melalui wahyu yang diterima utusannya yang terpilih.
3. Pengertian Kepedulian Terhadap Lingkungan
Sekolah
Menurut Ibrahim,dkk.
(2000:75) “Kepedulian adalah sikap tanggap terhadap keadaan di sekitarnya dan kesediaan untuk memperhatikan
keadaan serta membantunya.” Orang yang memiliki kepedulian tidak hanya
mementingkan diri sendiri, kelebihan yang dimilikinya selalu diusahakan agar
dapat dinikmati oleh orang lain.
Purwowibowo
(2008) menjelaskan bahwa Secara umum lingkungan:
•
Secara harfiah lingkungan berarti keadaan sekitar atau
kondisi sekitar.
•
Lingkungan ekonomi misalnya juga menunjuk kondisi
sekitar yang berhubungan dengan fungsi ekonomi, yang berhubungan erat dengan
pemenuhan kebutuhan rumah tangga, dan lainnya.
Berarti kondisi alam sekitar kita, terutama tentang tanah, air, udara,
tumbuhan,
binatang, sinar matahari, dan lainnya yang mengisi planet bumi ini, atau
sebagian dari planet bumi yang berada di daerah tertentu.
Ini berarti orang dalam hal ini siswa yang memilki
kepedulian terhadap lingkungan berarti ia memilki kesadaran yang tinggi untuk
selalu tanggap dengan kondisi lingkungan sekolah. Jika siswa memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai lingkungan dan meneladani guru
yang selalu berperilaku sadar lingkungan, misalnya saja selalu menjaga
kebersihan kelas dan membuang sampah pada tempatnya, maka dia tidak akan
bertindak sewenang-wenang dalam memperlakukan lingkungan sekitarnya, melainkan
dia akan memiliki kepedulian yang tinggi untuk selalu menjaga dan melestarikan
lingkungan sekitarnya dan selalu berusaha agar lingkungan yang di tempatinya
dari segala gangguan dan pengrusakan. Sebaliknya
jika siswa tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai
lingkungan, serta tidak adanya contoh tindakan nyata dari guru dalam hal
kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan, maka kepedulian siswa terhadap
lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitarnya akan rendah. Untuk
mengembangkan diri dan menghidupkannya, individu selalu membutuhkan lingkungan,
karena dengan lingkungan inilah individu mengadakan interaksi untuk
mengusahakan terjadinya proses belajar proses belajar terjadi secara bertahap
dan saling berhubungan antara tahap-tahap kegiatan belajar itu.
Pada dasarnya manusia dan lingkungan hakekatnya satu
bangunan yang seharusnya saling menguatkan. Manusia dalam menjalankan
aktivitasnya sangat bergantung pada lingkungan, demikian juga halnya lingkungan
juga bergantung pada aktivitas manusia. Oleh karena itu, sebagai makhluk yang
mendiami dan memanfaatkan lingkungan sudah seharusnya memperlakukan lingkungan
sekitar dengan sebaik-baiknya agar daya dukung lingkungan tidak terganggu.
4. Pembelajaran Konsep lingkungan di SD
a.
Dalam mata pelajaran IPA
1) Latar
Belakang
Mata pelajaran IPA memilki peranan yang penting dalam
proses pembentukan perubahan perilaku, pengetahuan dan keterampilan dan sikap peserta
didik terutama kedudukannya sebagai
manusia dalam menghadapi dan memperlakukan lingkungan di sekitarnya.
Di SD materi mengenai lingkungan ini diajarkan dikelas
III semester I dalam mata pelajaran IPA yaitu tentang lingkungan sehat dan
lingkungan yang tidak sehat dengan standar kompetensi siswa mampu memahami
kondisi yang berpengaruh terhadap kesehatan, dan upaya menjaga kesehatan.
Selain itu, materi lingkungan juga terpadu dengan mata pelajaran yang lain
dalam bentuk tema-tema karena kelas III
merupakan kelas rendah yang dalam kegiatan belajar mengajarnya menggunakan
pembelajaran tematik.
2) Tujuan
Dalam kurikulum KTSP 2006 mata pelajaran IPA di SD/MI
bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan sebagai berikut :
·
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
·
Mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
·
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan
kesadaran tentang adanyahubungan yang
saling mempengaruhi anatara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
·
Mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
·
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta
dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
·
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan
segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
·
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan
keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
3)
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi
aspek-aspek berikut.
1.
Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia,
hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2.
Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi
: cair,padat, dan gas
3.
Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4.
Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata
surya,dan benda-benda langit lainnya.
b. Dalam Nilai Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup
Tema atau materi tentang lingkungan ini sangat relevan
atauk erat kaitannya dengan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH).
Dimana PKLH tersebut membahas usaha manusia untuk menjawab berbagai masalah
kependudukan dan lingkungan hidup beserta dampaknya. PKLH sangat penting untuk
menanamkan kesadaran akan pemanfaatan serta pemeliharaan lingkungan secara
khusus bagi individu maupun bagi masyarakat pada umumnya.
Pratomo (2007 : 77) mengungkapkan
“PKLH adalah
suatu program pendidikan untuk membina anak atau peserta didik agar memilki
pengertian, kesadaran, sikap, dan perilaku yang rasional serta bertanggung
jawab tentang pengaruh timbal balik antara penduduk dengan lingkungan hidup
dalam berbagai aspek kehidupan manusia.”
Dengan adanya PKLH, dalam diri siswa diharapkan kesadarannya terhadap lingkungan
tumbuh dan berkembang dengan baik, untuk selanjutnya terjadi perubahan sikap,
pandangan serta perilaku terhadap lingkungannya.
Pratomo (2007 : 51) mengungkapkan
“Pendidikan
Kependudukan lingkungan bertujuan meningkatkan kesadaran dan sensitifitas
terhadap lingkungan dan berbagai masalhnya. Tujuan pendidikan lingkungan hidup
adalah menjadikan masyarakat sadar dan sensitif terhadap lingkungan dan
berbagai masalahnya. Serta memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi
dan kesediaan untuk bekerja secara perseorangan, kelompok kearah pemecahan dan pencegahan
masalah-masalah lingkungan hidup.”
PKLH bukan merupakan mata pelajaran yang berdiri
sendiri, melainkan program pendidikan yang diintegrasikan ke berbagai mata
pelajaran dalam kurikulum SD. Pelaksanaan PKLH dalam program sekolah
menggunakan pendekatan terpadu (integratif).
Adapun disiplin ilmu pengetahuan yang ditetapkan sebagai wadah perpaduan
yang utama adalah Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pemgetahuan
Alam, pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan
Pendidikan Jasmani.
Implementasi PKLH di sekolah dapat masuk ke dalam
setiap kegiatan di sekolah baik secara formal maupun informal.
1)
Secara formal, artinya dimasukan melalui mata pelajaran
terkait. Misalnya, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
2)
Secara informal, dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler
(kegiatan pramuka, UKS) atau kegiatan lain di sekolah (kebersihan kelas,
penghijauan, kerja bakti, dan lain-lain).
B. Kerangka Berpikir
Pengalaman belajar
siswa berupa pengetahuan dan pemahaman
mengenai lingkungan masih dikatakan rendah. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya
rasa kepedulian siswa terhadap lingkungan di sekitarnya (lingkungan sekolah).
Selain itu, berbagai permasalahan lingkungan tiada pernah ada habisnya.
Pencemaran tanah, pencemaran air dan pencemaran udara seakan menjadi hal yang biasa. Bahkan
dikarenakan sikap manusia yang sewenang-wenang terhadap lingkungan maka
terjadilah kerusakan lingkungan yang mengakibatkan bencana kebakaran hutan,
banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu, untuk menghadapi hal tersebut
diperlukan penanaman pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang lingkungan
kepada siswa sejak dini, agar kesadaran dan kepedulian siswa tumbuh dan selalu
meningkat.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tes objektif untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa
mengenai lingkungan kemudian melakukan
observasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai pentingnya
memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sekolah bagi kelangsungan
hidup baik bagi dirinya maupun bagi makhluk hidup di sekitarnya. Dengan
demikian jika siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai
lingkungan maka siswa akan memiliki
kesadaran dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan baik itu lingkungan
sekolah maupun lingkungan di sekitarnya.