CONTOH MAKALAH PAUD 5 KUMPULAN DONGENG | KERA BODOH YANG TERTIPU

KATA PENGANTAR



Puji syukur hanya kepada Alloh SWT, dengan segala hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan 5 kumpulan dongeng untuk anak ini tepat sesuai waktunya.
Banyak hal yang penulis rasakan manfaat dari penulisan kumpulan dongeng anak ini, selain dapat menambah ragam cerita yang bisa diberikan kepada anak didik juga dapat menambah wawasan penulis tentang cerita-cerita dongeng anak.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada pada penulis dalam menyusun 5 kumpulan dongeng anak ini, sehingga makalah ini tentunya punya banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Dengan segala kerendahan hati penulis, penulis berharap adanya suatu perbaikan dan evaluasi terutama kepada yang terhormat dosen pembimbing Bapak Dayat, S.Pd., MM.Pd. dan kepada beliau penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga semua aktifitas kita mendapat ridlo Alloh SWT. Amien.


Tasikmalaya,    April 2014


Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mendongeng adalah kegiatan ritual yang mampu mendekatkan hati dan jiwa anak-anak kepada kita selaku pendidik atau pun orang tua. Mendongeng adalah komunikasi dua arah, anak secara kritis akan bertanya terhadap sesuatu yang tidak masuk akal, kita sebagai guru PAUD atau pun orang tua bisa menjawab dan mengomentari secara bijaksana dan berpesan kepada anak agar meniru tokoh yang baik dan benar tidak meniru tokoh yang jahat.
Penulis berusaha memiliki cerita yang mengandung unsur pendidikan budi pekerti, bahwa siapapun harus bersikap baik kepada sesama manusia dia akan ditolong tuhan. Setiap kejahatan pasti akan di balas setimpal. Maka anak-anak diharapkan meneladani tokoh-tokoh yang baik dalam setiap dongeng yang di dengarnya.
Ada baiknya kita sebagai guru PAUD harus bisa mendongeng atau bercerita supaya pengajaran yang kita berikan kepada anak didik kita lebih bervariasi dan dapat memberikan kesan yang lebih mendalam. Dengan mendongeng seorang guru PAUD akan lebih mudah memberi kesan kepada si anak dan lebih komunikatif menyampaikan gagasan dan buah pikirannya.
Cerita atau dongeng yang baik sama dengan pendidikan yang baik. Cerita yang baik haruslah mengandung nilai-nilai moral seperti: kejujuran, kesalehan, mencintai sesama makhluk tuhan, sabar, mensyukuri nikmat dan nilai-nilai terpuji lainnya.

B.     Tujuan
Adapun penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
·         Memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengembangan bahasa
·         Menambah wawasan dongeng bagi para guru PAUD, terutama bagi penulis sendiri.

C.    Ruang Lingkup
Pembahasan makalah ini mencakup pada cerita dan sumbang saran atau nilai yang dapat dipetik dari dongeng-dongeng yang tersusun.
BAB II
5 KUMPULAN DONGENG


I.             Kera Bodoh yang Tertipu

Di suatu lereng hutan, terlihat seekor kera sedang asyik berjalan-jalan sendiri. Sambil bersenandung ia pun terus berjalan menyusuri lereng hutan. Hingga akhirnya sampailah si kera di suatu kebun pisang yang amat luas. Dan alangkah terkejut dan bahagianya si kera saat melihat di kebun pisang sudah banyak buah pisang yang masak. Dan ia pun meloncat-loncat kegirangan.
Si kera berkata “wah, ada kebun pisang punya siapa  yach!” Si kera terus berjalan pelan, “waduh yang setelah sini buahnya masak-masak sekali kalau ku makan pasti manis rasnya,” guman si kera kembali sambil tertawa gembira. Tanpa berfikir panjang lagi sikera langsung naik pohon pisang dan memakan buah pisang dengan lahapnya.
Sementara itu di tempat lain, terlihat seekor kancil sedang duduk sendiri di dalam hutan sambil memegangi perutnya. Lalu terdengar si kancil merintih “aduuh, lapar sekali sudah seharian ini aku belum makan….!” kata si kancil sambil terus memegangi perutnya yang lapar.
Ketika si kancil sedang merintih-rintih sendiri, tiba-tiba datang seekor burung gagak menghampiri si kancil. Hai…kancil, sedang apa kamu ? siang-siang begini kamu kok melamun sich, nanti kesurupan lho..!! “tanya si gagak. Kancil pun menjawab. “Begini gak! sudah seharian ini aku belum makan, sedangkan di hutan ini susah sekali mencari makanan karena si harimau terus saja menghabiskan makanan di hutan ini tanpa menyisahkannya untuk binatang lain !” Lho kalau begitu kenapa kamu tidak pergi saja ke lereng gunung, disana ada kebun pisang yang masak-masak sekali buahnya” Kata si gagak. “Wah benar gak?” Kalau begitu aku mau kesana ah, hari ini aku pasti bisa makan enak.” Jawab kancil dengan gembira,
Si kancil pun berlari menuju ke lereng hutan. Sesampainya di lereng hutan si kancil terlihat kebingungan. “Aduh ternyata benar kata si gagak bahwa dilereng gunung ini ada kebun pisang yang masak-masak buahnya, tapi aku bingung bagaimana caranya aku bisa makan buah ini, sedangkan aku kan tidak bisa manjat.” Guman si kancil kebingungan. Ketika si kancil terus berpikir, tiba-tiba si kancil melihat seekor kera yang sedang asyik makan pisang di atas pohonnya. Dan si kancil pun langsung mendapatkan ide untuk memakan buah pisang itu. “Ahaa… aku punya ide sekarang…” Gumannya dengan tersenyum.
Lalu si kancil pun berjalan mondar-mandir di bawah pohon pisang itu untuk mencari perhatian si kera. Dan ternyata  pun melihatnya. “Wah celaka nih di bawah ada si kancil, jangan dia mau makan buah pisang juga.” Guman si kera dengan khawatir, “Ah aku lempar saja dengan cangkang pisang ini, pasti dia lari ketakutan,” Gumannya lagi.
Si kera pun melempar kancil dengan cangkang pisang yang sudah ia makan. Dan cangkang itu pun kena tepat di badan si kancil. Lalu si kancil berkata, “aduh siapa yang melempar cangkang pisang ini? Oh, ternyata kamu kera tapi kamu tahu tidak lemparanmu itu tidak mengenai tubuhku, coba kamu lemparnya pakai buah pisang, jangan pakai cangkang pisang pasti mengenai tubuhku” Ejek si kancil, “Wah masa sih gak kena, awas ya aku lempar pakai buah pisang ini..” Jawab si kera lantang,” Awas kamu kancil..” Teriak si kera gak kena, gak kena”, Ejek si kancil kembali. Dan si kera pun terus saja melempari kancil dengan buah pisang. Alangkah terkejutnya si keraketika menyadari buah pisang yang hendak dimakannya sudah habis. “Wah…. buah pisang ku habis, aduh itu buah pisangnya ada di bawah semua…” Teriak kera kecewa. “Bagaimana ini aku jadi gak makan pisang, mana perutku masih lapar,” Rintih si kera kembali.
Dasar kera bodoh, ternyata gampang juga ya menipu kamu” Ejek si kancil sambil mengumpulkan buah pisang yang ia dapat dari lemparan si kera. “Eh kancil berani-beraninya kamu menipuku, awas yach aku kejar kamu.” Teriak kera sambil meloncat dari pohon pisang. Namun sayang si kancil sudah lari sambil membawa buah pisang hasil tipuannya.
Selesai…

Pesan dari cerita iini:
·         Jangan mudah percaya dengan perkataan orang lain.
·         Harus  mau belajar agar kita tidak dibodohi  oleh orang lain.
·         Tidak boleh menipu/membohongi orang lain.
·         Tanamkan sikap jujur dari sedini mungkin.

II.          Celaka Karena Sombong
Dahulu ada seekor keledai dan seekor srigala yang berteman baik. Bersama-sama mereka berkelana mencari makanan.
“Hari ini aku ingin makan buah semangka,” kata si keledai “Ayo kita pergi dan mencari ladang semangka.”
Keledai dan srigala mencari di semua tempat dan pada akhirnya mereka menemukan sebuah ladang penuh dengan buah semangka besar-besar dan masak.
Keduanya menunggu malam tiba sehingga mereka dapat memasukinya tanpa terlihat orang.
“Wah,” kata si keledai, “Lihatlah semua semangka yang masak itu.”
Dengan cepat ia memakan buah semangka sebanyak yang dapat ia lakukan.
Setelah keledai dan srigala mengisi perutnya, si srigala berkata, “Ayo kita kembali, nanti terlambat.”
“Mengapa kita harus kembali buru-buru?”Angin bertiup sepoi-sepoi, bintang-bintang berkelip di langit, bulan bersinar cemerlang. Aku belum ingin kembali. Ternyata makan semua buah semangka yang lezat ini membuatku merasa sangat nyaman. Aku merasa ingin menyanyi.”
Dengan lagak jumawa si keledai menyanyikan sebuah lagu.
“Hentikan berisik yang sangat memekakkan itu, kamu hodoh!” teriak srigala, “Para petani akan mendengar dan datang kesini!”
“Apa, berisik katamu. Kamu sebut nyanyianku yang merdu ini sebagai berisik?” kata keledai dengan marah. “Aku rasa kamu iri padaku, karena kamu tak dapat menyanyi separuh saja dan kemampuanku.”
“Kalau demikian, kamu menyanyilah terus. Aku lebih baik menunggu di luar kebun,” kata srigala cepat-cepat keluar dari kebun.
“Hii Haw. hoek, hoekkk?” teriak si keledai, “Hii, Haw, hoek, hoekkk”
Keledai mengira suaranya amat merdu. Dia bahkan menuduh temannya yaitu srigala sengaja keuar hanya karena tak bisa menyanyi seperti dirinya.
Ketika Pak Tani mendengar ringkikan keledai yang melengking itu, dia merasa heran.
Ada apa ya? Siapa yang bersuara di kebunku....?”
“Kurang ajar! Ada seseorang atau sesuatu yang memasuki kebun semangkaku, awas ya ! Tidak akan kuampuni kau !“ kata Pak Tani sambil berlari cepat.
“Kamu pencuri!” teriak Pak Tani memukul si keledal dengan keras. “Rasakan pentungan ini karena mencuri semangka kami.’
“Bak! Buk! Bak! Buk!” berkali-kali Pak Tani menggebuki Si keledai. Si keledai ambruk akibat pukulan Pak Tani.
“Bagaimana? Klenger nggak kamu? Kukira keledai ni telah mati, hem aku masih banyak pekerjaan, terpaksa kau kutinggalkan saja di sini!” kata Pak Tani.
Setelah para petani meninggalkannya, Sang srigala mendekati Si keledai dan berkata, “Bukankah aku telah memperingatkanmu?”
“Yah, karena kebodohanku sendirilah menyebabkan aku dipukuli,” rintih Si keledai menahan sakit sambil berusaha berdiri. “Lain kali aku akan mendengarkan nasihat baik yang diberikan kepadaku secara lebih cermat.”

Pesan dari cerita ini:
·         Sebagai makhluk kita tidak boleh sombong dan mau mendengarkan nasihat dari orang lain.

III.       Bangau yang Serakah dan Ikan Kecil yang Cerdik
Ketika masih kecil, Nabi Muhammad diceritakan oleh ayahnya tentang kecerdikan seekor ikan kecil yang tinggal di sebuah danau. Saat itu, ikan kecil sedang bermain-main dengan lincah di sisi danau, datanglah seekor burung bangau terbang melesat kearahnya dan siap untuk melahapnya. “Hup. Kutangkap kau ikan kecil yang nakal,” kata bangau
Sang ikan yang berada dalam paruh bangau tidak mau menyerah. Dengan kecerdikan yang dimilikinya, Ia melakukan strategi untuk bisa lepas dari cengkraman bangau. “Bangau yang perkasa, apalah artinya tubuhku yang kecil ini. Tentu kau tidak akan kenyang. Oleh karena itu, akan kuberitahu kepada kamu tempat bermainnya kakak-kakakku yang bertubuh besar dan tambun. Pasti kau akan kenyang.”
Karena serakah, burung bangau akhirnya terpengaruh dengan ucapan ikan. “Demi Tuhan, katakanlah wahai ikan kecil,” kata Bangau sambil membuka lebar paruhnya yang digunakan untuk menjepit ikan kecil. “Byuarrr.” Seketika saja ikan kecil itu melompat dari paruh burung Bangau dan berenang ke tengah danau. Burung Bangau hanya tertegun, ia menyadari kebodohannya. ‘ikan kecil itu sungguh cerdik. Ia mampu lolos dari paruhku,” gerutusi Bangau.

Hikmah Cerita:
Kecerdikan yang dimiliki ikan kecil telah menyelamatkan dirinya dari sang Bangau. Ikan kecil tersebut tidak berniat untuk berbohong, tetapi ia harus menggunakan kecerdikannya untuk menyelamatkan kelangsungan hidupnya. Rasulullah bersabda, “Orang mukmin yang kuat (cerdas) disukai Allah dari pada  mukmin orang yang lemah (bodoh).

IV.       Alloh Maha Mengetahui Perbuatan Sekecil Apapun
Di Kota Mekah, hidup seorang lelaki tua yang menjabat sebagai pemimpin kabilah. Ia memiliki tiga orang putra yang telah dewasa. Suatu hari, Ia memanggil ketiga putranya untuk menggantikan dirinya sebagai penjaga kabilah. Namun, ia belum dapat memutuskan siapa penggantinya. “Wahai anak-anakku, Ayah akan memilih saah satu di antara kalian untuk menggantikan diriku sebagai penjaga kabilah. Karenanya, aku akan bagikan peti ini. Kuburlah! jangan sampai diketahui oleh siapa pun. Nah, sekarang berangkatlah!” katanya. Mendengar perintah ayahnya, ketiga anak muda itu berangkat dengan arah yang berbeda.
Beberapa hari telah berlalu, anak pertama kembali dan menghadap ayahnya. “Ayah, peti itu telah aku sembunyikan di atas bukit yang rimbun dan gelap. Tidak seorang pun tahu karena aku menguburnya di tengah malam gelap yang tidak ada penerangan bulan atau bintang, “ujarnya dengan nada serius. Mendengar penjelasan anak tertuanya, si ayah hanya mengangguk-angguk.
Hari berikutnya anak kedua datang dan berkata, “Ayah, peti itu telah aku tenggelamkan di tengah padang pasir yang luas. Tidak ada siapa pun yang mengetahui, karena sebelum menenggelamkannya aku berjaga-jaga kalau saja ada orang, binatang padang pasir, atau unta yang melewatinya. Selama itu tidak ada. jadi aku benar-benar yakin, siapa pun tidak akan mengetahuinya.” Mendengar cerita anak kedua, Si ayah hanya mengangguk-angguk kembali.
Pada hari berikutnya, anak ketiga yang ditunggu-tunggu belum juga datang. Kedua saudaranya sangat mengkhawatirkan keselamatan adik bungsunya. Baru pada hari ketujuh si bungsu tiba di rumah. Mereka menyambutnya dengan gembira dan kaget. Sebab, Si bungsu masih belum menyembunyikan peti yang diberikan ayahnya.
Belum sempat Si ayah mengajukan pertanyaan, Si bungsu berkata, “Maafkanlah anakku yang bodoh ini karena tidak bisa mengemban amanah ayahanda.” Lalu ayahnya bertanya, “Mengapa kau tidak bias menyembunyikan peti itu Nak?” Kemudian menjawab, “Wahai ayah, peti ini telah aku kubur di tengah hutan yang belum dijarah manusia. Tapi aku gali kembali karena masih ada sesuatu yang mengetahuinya. Kemudian aku taruh di gua yang berada di puncak bukit, masih juga ada sesuatu yang mengetahuinya. Ketika kutenggelamkan di tengah laut, aku mengambilnya kembali karena masih ada yang menyaksikannya juga.
Kedua saudara sibungsu yang sejak tadi memerhatikan tingkah lakunya bertanya, “Siapakah yang kau maksud mengikutimu sehingga mengetahui peti itu?” Tanpa ragu si bungsu menjawab, “Jika manusia dan makhluk lainnya tidak mengetahui apa yang aku sembunyikan, maka itu tidak berlaku buat Tuhannya manusia dan makhluk lainnya. Dia adalah Allah yang Mahatahu.”
Mendengar jawaban itu, ayahnya menangis dan berkata lirih, “Wahai anakku, kau sungguh anak yang saleh. Aku percaya akan keimananmu. Karenanya, mulai hari ini aku wariskan kepadamu kepemimpinan kabilah ini.”

Hikmah Cerita:
Walaupun anak yang paling bungsu sudah berusaha menyembunyikan peti itu di suatu tempat yang tidak diketahui siapa pun, namun karena keimanannya begitu kuat bahwa Allah Maha Mengetahui, Ia tidak jadi menyembunyikan peti tersebut. Jadi, perbuatan sekecil apa pun apakah itu baik dan buruk, Allah pasti akan mengetahuinya.

V.          Salah Sangka
Di tengah hutan, ada sepasang srigala yang mempunyai anak. Mereka hidup tenang dan bahagia. Selalu bercanda dengan anak laki-laki mereka. Kalau malam mereka bernyanyi dengan suara yang keras. Sehingga penguni hutan lainnya terganggu.
Pak Harimau si Raja Hutan tak tahan mendengar suara bising dari keluarga srigala. Pak Harimau mengamuk sepasang suami istri srigala itu diserangnya. Pak Srigala mengadakan perlawanan, sebelum terbunuh Pak Srigala menyuruh anaknya yang masih kecil itu melarikan diri agar selamat.
Dengan penuh ketakutan Srigala kecil melornpat dan berlari sekuat tenaganya. Sementara ayah dan ibunya benjuang keras melawan Pak Harimau yang ganas. Walau bagaimana akhirnya kedua Srigala itu tak sanggup mengalahkan Pak Harimau, mereka berdua tewas Sementata Pak Harimau menderita luka-luka yang cukup parah.
Srigala kecil terus berlari dan berlari hingga akhirnya tenaganya terkuras habis dan ia terjatuh ke tanah, kakinya terkilir. Pada saat itu lewatlah sepasang Rusa, mereka kasihan melihat Srigala kecil yang kelalahan dan kakinya terkilir, Srigala itu ditolongnya.
“Bu mari kita bawa pulang saja Srigala kecil ini.” kata Pak Rusa.
“Iya Pak, nampaknya Ia tidak buas!” jawan Bu Rusa.
Srigala itu dibawa pulang dan dirawat hingga sembuh, Kebetulan keluarga Rusa belum mempunyai anak. Keluarga Rusa mengangkat Srigala itu sebagai anak mereka.
Hari berganti tahun berlalu, Srigala kecil sekarang sudah menjadi besar ia juga rajin membantu kedua orang tua angkatnya, sehingga keluarga Rusa semakin menyayanginya.
“Ah, tidak sia-sia kita dulu menolongnya Terryata dia menjadi anak yang berbakti” kata Bu Rusa pada suaminya.
Setelah hidup damai selama bertahun-tahun, BuRusa akhirnya melahirkan bayi rusa kecil yang sehat. Bukan main senangnya keluarga itu. Srigala yang menjadi anak angkat mereka pun turut bergembira mendapat seekor adik.
Beberapa bulan kemudian, Bu Rusa sudah harus membantu suaminya menanam padi di sawah. Hari itu mereka menitipkan bayi Rusa yang masih kecil kepada Srigala anak angkat mereka untuk ditunggui.
Dengan penuh setia Srigala itu menunggui adik angkatnya jangankan diganggu  hewan  besar,  nyamuk  dan  lalat  yang  mendekati  bayi  rusa  itu  pasti
dihalaunya. Sehingga bayi rusa istirahat dan tidur dengan nyenyak.
Menjelang tengah hari sepasang Rusa berjalan pulang dari sawah mereka. Mereka kaget melihat Srigala anak angkat mereka berlari-lari dengan keringat bercucuran.
“Pak Bapaaaaak! Cepat pulang !“ teriak Srigala keras-keras.
Ada apa ini?” tanya Pak Rusa dengan hati penuh curiga ketika mehat darah berlepotan di sekitar mulut dan hidung Srigala.
“Mengapa kau berlari-lari ke sawah? Bukankah aku menyuruhmu menunggui adikmu di rumah. Jangan-jangan…….hah Apakah kau lelah memakan adikmu sendiri Kurang ajar...!”
“Tid. . .tidak Pak…..!
‘Pak, rnulutnya penuh darah, jangan-jangan bayi kita emang telah dimakannya. Hajar saja dia Pak, dasar Sriglaa tak tahu balas budi !“ kata Bu Rusa.
Tanpa menunggu penjelasan anak angkatnya. Pak Rusa menghajar Srigala itu dengan pentungan hingga Srigala itu terkapar pingsan di tanah.
Lalu dengan penuh amarah yang meluap-luap Srigala itu mereka lemparkan ke sungai.
“Pak cepat tengok bayi kita!” Bu Rusa mengingatkan suaminya.
Mereka segera berlari ke rumah.
Ternyata bayi mereka masih tertidur di atas ayunan. Selamat tanpa kurang suatu apa. Di bawah ayunan bangkai nampak seekor ular besar yang putus lehernya.
“Astaga jadi Srigala tadi sebenarnya telah menyelamatkan anak kita dan terkaman ular besar ini.” kata Bu Rusa.
“Oalah Bu…..bu…...kita telah bertindak gagabah.” ucap Pak Rusa dengan penuh sesal. Mereka berdua segera menyusuri sungai tempat Srigala dihanyutkan, namun usahanya sia-sia belaka, Srigala yang malang itu tak pernah ditemukan lagi, entah sudah mati tenggelam atau dimakan buaya.
Pesan dari cerita ini:
·         Kita haruws saling hormat menghormati dengan tetangga kita
·         Mau menolong siapa pun yang membutuhkan  bantuan kita

·         Kita tidak boleh berprasangka buruk terhadap orang lain hanya dengan melihat keadaan dari luar saja. Tapi kita harus menelitinya terlebih dahulu.