MAKALAH KOMPUTER SISTEM DIGITAL
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah system digital
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini
Tasikmalaya, 24 Desember 20114
AGUS HAMZAH
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
BAB 1
PENDAHULUAN
TUJUAN
BAB 2
PEMBAHASAN
1.
System digital
2.
System bilangan
BAB 3
PENUTUP
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan
Teknologi Digital saat ini yang semakin maju. Masyarakat saat ini telah
terpesona oleh komputer dan kalkulator modern. Ini mungkin karena mesin tersebut
menghasilkan fungsi aritmatika dengan ketelitian dan kecepatan yang sangat
menakjubkan. Bab ini membicarakan beberapa rangkaian logika yang dapat
menjumlahkan dan mengurangkan, penambahan dan pengurangan dikerjakan dalam
biner. Gerbang logika biasa akan kita rangkai satu sama yang lain untuk
menghasilkan penambahan dan pengurangan.
Tujuan
· Mahasiswa
dapat membentuk bilangan biner bertanda dari bilangan desimal positif dan
negatif
· Mahasiswa
dapat melakukan operasi penjumlahan bilangan-bilangan biner bertanda dengan
bentuk-bentuk complement
· Dapat
memahami operasi logika, gerbang logika, serta aljabar boolean
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sistem digital
Sistem
Digital adalah suatu sistem yang berfungsi untuk mengukur suatu nilai yang
bersifat tetap atau tidak teratur dalam bentuk diskrip berupa digit-digit atau
angka-angka. Contohnya bilangan integer dan pecahan.
1.1
Gerbang Logika
Gerbang
logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih dari suatu sinyal masukan tetapi
hanya menghasilkan satu sinyal berupa tegangan tinggi atau tegangan rendah
dikarenakan analisis gerbang logika dilakukan dengan Aljabar Boolean maka
gerbang logika sering juga disebut rangkaian logika. Gerbang logika merupakan
dasar pembentukan sistem digital. Gerbang logika beroperasi dengan bilangan
biner, sehingga disebut juga gerbang logika biner.
LOGIKA :
Memberikan batasan yang pasti dari suatu keadaan, sehingga suatu keadaan tidak
dapat berada dalam dua ketentuan sekaligus.
Dalam logika dikenal aturan sbb :
Suatu
keadaan tidak dapat dalam keduanya benar dan salah sekaligus
Masing-masing
adalah benar / salah.
Suatu keadaan disebut benar
bila tidak salah.
Dalam ajabar boolean keadaan ini ditunjukkan dengan dua
konstanta : LOGIKA ‘1’ dan ‘0’. Operasi-operasi
dasar logika dan gerbang logika :
Pengertian
GERBANG (GATE) :
Rangkaian
satu atau lebih sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal keluaran.
Rangkaian
digital (dua keadaan), karena sinyal masukan atau keluaran hanya berupa
tegangan tinggi atau low ( 1 atau 0 ).
Setiap keluarannya tergantung
sepenuhnya pada sinyal yang diberikan pada masukan-masukannya.
Tegangan yang digunakan dalam
gerbang logika adalah tinggi atau rendah. Tegangan tinggi berarti 1, sedangkan
tegangan rendah berarti 0. Ada 7 gerbang logika yang kita ketahui yang dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Gerbang logika Inverter
Inveter
( pembalik ) merupakan gerbang logika dengan satu sinyal masukan dan satu
sinyal keluaran dimana sinyal keluaran selalu berlawanan dengan keadaan sinyal
masukan. Inveter juga disebut gerbang NOT atau gerbang komplemen ( lawan ),
disebabkan keluaran sinyalnya tidak sama dengan sinyal masukan.
b. Gerbang logika NON-inverter
Berbeda
dengan gerbang logika inverter yang sinyal masukan hanya untuk gerbang
logika non-inverter sinyal masukannya ada dua atau lebih sehingga hasil (
output ) sinyal keluaran sangat tergantung oleh sinyal masukan dan gerbang
logika yang dilaluinya ( NOT, AND, OR, NAND, NOR, XO, XNO ).
Gerbang logika NOT ( Invers )
Gerbang
NOT ini merubah logika 1 ke 0 dan sebaliknya à x = x’
Gerbang logika AND
Operasi antara dua variabel
(A,B)
Gerbang AND ini akan
menghasilkan logika 1, jika kedua variabel tersebut berlogika 1
Gerbang logika OR
Operasi antara 2 variabel (A,B)
Gerbang
OR akan memberikan keluaran 1 jika salah satu dari masukannya pada keadaan 1.
Jika diinginkan keluaran bernilai 0, maka semua masukan harus dalam keadaan 0.
Gerbang OR akan memberikan sinyal keluaran tinggi jika salah satu atau semua
sinyal masukan bernilai tinggi, sehingga dapat dikatakan bahwa gerbang OR hanya
memiliki sinyal keluaran rendah jika semua sinyalmasukan bernilai rendah.
Operasi antara 2 variabel (A,B)
Gerbang logika NOR
Gerbang
NOR adalah suatu NOT-OR, atau suatu fungsi OR yang dibalikan sehiingga dapat
dikatakan bahwa gerbang NOR akan menghasilkan sinyal keluaran tinggi jika semua
sinyal masukan bernilai rendah. Gerbang NOR akan memberikan keluaran 0 jika
salah satu dari masukannya pada keadaan 1. Jika diinginkan keluaran 1, maka
masukanya harus dalam keadaan 0.
Gerbang logika NAND
Gerbang
NAND akan mempunyai keluaran 0 bila semua masukan pada logika 1. Sebaliknya
jika sebuah logika 0 pada sembarang masukan pada gerbang NAND, maka keluaran
akan bernilai 1. Gerbang NAND adalah suatu NOT-AND, atau suatu fungsi AND
yang
dibalikan. Dengan kata lain bahwa gerbang NAND akan menghasilkan sinyal
keluaran rendah jika sinyal masukan bernilai tinggi.
Gerbang logika EXOR
Gerbang
EXOR akan menghasilkan sinyal keluaran rendah jika semua sinyal masukan
bernilai rendah atau semua masukan bernilai tinggi atau dengan kata lain
bahwa EXOR akan menghasilkan sinyal keluaran rendah jika sinyal masukan
bernilai sama semua. Gerbang EXOR akan memberikan keluaran 1 jika
masukan-masukanya mempunyai keadaan yang berbeda
Gerbang logika EXNOR
Gerbang
EXNOR ini akan menghasilkan keluaran ‘1’ jika jumlah masukan yang bernilai
‘1’ berjumlah genap atau tidak ada sama sekali.
1.2. Operasi
Logika
2 Sistem
Bilangan
a. Bilangan
desimal
- Bilangan
Desimal terdiri atas 10 angka atau lambang, yaitu D = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9
- Sistem
bilangan desimal disebut juga sistem bilangan basis 10 karena mempunyai 10
digit
- Ciri
suatu bilangan desimal adalah adanya tambahan subskrip des atau 10 di akhir
suatu bilangan
Contoh:
357des = 35710 = 357
b. Bilangan
Bulat Desimal
- Representasi
bilangan bulat desimal m digit : (dm-1, … di, … , d1, d0) dengan di €
- Sehingga
suatu bilangan desimal m digit akan mempunyai nilai:
- Contoh:
Bilangan 357
Digit
3 = 3x100 = 300 (Most Significant Digit, MSD) Digit 5 = 5x10 = 50
Digit
7 = 7x1 = 7 (Least Significant Digit, LSD) Jumlah = 357
c. Bilangan
Pecahan Desimal
- Representasi
Bilangan Pecahan Desimal: (dm-1, … di, … , d1, d0, d-1, ... , dn) dengan di € D
- Sehingga
suatu bilangan desimal pecahan akan mempunyai nilai:
- Contoh:
Bilangan 245,21
- Koma
desimal memisahkan pangkat positif dengan pangkat negatifnya. Bilangan 245,21
berarti
(2
X 10+2) + (4 X 10+1) + (5 X 100) + (2 X 10-1) + (1 X 10-2)
d. Bilangan
Biner
- Digit
bilangan biner disebut binary digit
atau bit. Empat bit dinamakan nibble. Delapan bit dinamakan byte. Sejumlah bit yang terdiri dari karakter
berupa huruf, angka atau lambang khusus dinamakan word.
- Sistem
bilangan biner merupakan sistem bilangan basis dua. Pada sistem bilangan Ini
Hanya dikenal dua lambang, yaitu:
B = 0, 1.
B = 0, 1.
- Ciri
suatu bilangan biner adalah adanya tambahan subskrip bin atau 2 diakhir suatu
bilangan. Contoh: 1010011bin = 10100112.
e. Bilangan
Bulat Biner
- Representasi
bilangan biner bulat m bit adalah sebagai berikut,
(bm-1, … bi, … , b1, b0) dengan bi € B
(bm-1, … bi, … , b1, b0) dengan bi € B
- Sehingga
suatu bilangan biner m bit akan mempunyai nilai:
- Bit
paling kiri dari suatu bilangan biner disebut bit paling berarti (Most
Significant Bit, MSB), sedangkan bit paling kanan disebut bit paling tidak
berarti (Least Significant Bit, LSB). Contoh : 101 = 1x22 + 0x21 + 1x20 = 4 + 1
= 5
f. Bilangan
Pecahan Biner
- Representasi
bilangan biner pecahan: (dm-1, … di, … , d1, d0, d-1, ... , dn) dengan di € B
- Sehingga
suatu bilangan biner pecahan akan mempunyai nilai:
Contoh
: 101,01 = 1x22 + 0x21 + 1x20 + 0x2-1 + 1x2-2 = 4 + 0 + 1 + 0 + 0,25 = 5,25
g. Konversi
Bilangan Biner Ke Desimal
- Contoh
bilangan bulat:
1010011
=1 X 26 + 0 X 25 + 1 X 24 + 0 X 23 + 0 X 22 + 1 X 21 + 1 X 20 =64+0+16+0+0+2+1
= 83des
Contoh
bilangan pecahan:
111,01
= 1 X 22 + 1 X 21 + 1 X 20 + 0 X 2-1 + 1 X 2-2
= 4 + 2 + 1 + 0 + 0,25
= 7,25des
= 4 + 2 + 1 + 0 + 0,25
= 7,25des
h.Konversi
bilangan bulat desimal ke biner
Konversi
bilangan bulat desimal ke biner dilakukan dengan membagi secara berulang-ulang
suatu bilangan desimal dengan 2. Sisa setiap pembagian merupakan bit yang
didapat
Contoh:
Konversi 625des ke biner
625/2=312 1 (LSB)
312/2 = 156 0
156/2 = 78 0
78/2 = 39 0
39/2 = 19 1
19/2 = 9 1
9/2 = 4 1
4/2 = 2 0
2/2 = 1 0
1/2 = 0 1 (MSB)
Jadi 625des = 1001110001bin
i.Konversi
Bilangan Pecahan Desimal Ke Biner
Caranya
: Kalikan suatu bilangan desimal pecahan dengan 2. Bagian pecahan dari hasil
perkalian ini dikalikan dengan 2. Langkah ini diulang hingga didapat hasil
akhir 0. Bagian bulat dari setiap hasil perkalian merupakan bit yang didapat.
Contoh:
Konversi 0,75 des ke Biner
0,75
X 2 = 1,50 sisa 1 (MSB)
0,50
X 2 = 1,00 1
0 X
2 = 0,00 0 (LSB)
Jadi
0,75des = 0,110bin
j. Bilangan Bulat Oktal
Representasi
suatu bilangan oktal bulat m digit dalah sebagai berikut,
(om-1, … oi, … , o1, o0) dengan oi Î O Sehingga suatu bilangan oktal bulat m digit akan mempunyai nilai.
(om-1, … oi, … , o1, o0) dengan oi Î O Sehingga suatu bilangan oktal bulat m digit akan mempunyai nilai.
k. Bilangan Pecahan
Oktal
Representasi
bilangan pecahan oktal : (om-1, … oi, … , o1, o0, o-1, ... , on) dengan
oi Î O Sehingga suatu bilangan oktal pecahan akan mempunyai
nilai.
l. Konversi Bilangan Oktal ke Desimal
Contoh
bilangan bulat:
1161okt
= 625des
1161okt
Berarti :
= 1
X 83 + 1 X 82 + 6 X 81 + 1 X 80
=
512+64+48+1
=
625des
Contoh
bilangan pecahan:
13,6okt
= 11,75des
13,6okt
Berarti :
= 1
X 81 + 3 X 80 + 6 X 8-1
= 8
+ 3 + 0,75
=
11,75des
m. Konversi Bilangan Desimal ke Oktal
Contoh Bilangan Bulat :
625des
= 1161okt
625
/ 8 = 78 sisa 1 (LSB)
78
/ 8 = 9 6
9 /
8 = 1 1
1 /
8 = 0 1 (MSB)
Contoh Bilangan Pecahan :
0,1des
= 0,063….okt
0,1
X 8 = 0,8 sisa 0 (MSB)
0,8
X 8 = 6,4 6
0,4
X 8 = 3,2 3 (LSB)
n. Konversi Bilangan Oktal ke Biner
Konversi
bilangan oktal ke biner lebih mudah dibandingkan dengan konversi bilangan oktal
ke desimal. Satu digit oktal dikonversi ke 3 bit biner
Contoh: 1161okt = 001001110001bin
Contoh: 1161okt = 001001110001bin
1 1
6 1
001
001 110 001
Contoh:
0,063okt = 0,000110011bin
0 6
3
000
110 011
o. Konversi Bilangan Biner ke Oktal
Contoh
Bilangan Bulat:
1001110001bin
= 1161okt
001
001 110 001
1 1
6 1
Contoh
Bilangan Pecahan:
0,000110011bin
= 0,063okt
000
110 011
0 6
3
p. Bilangan
Heksadesimal
Merupakan
sistem bilangan basis enam belas. Penerapan format heksadesimal banyak
digunakan pada penyajian lokasi memori, penyajian isi memori, kode instruksi
dan kode yang merepresentasikan alfanumerik dan karakter nonnumerik.
Pada
sistem bilangan ini terdapat enam belas lambang, yaitu:
H = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F.
H = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F.
Ciri
bilangan heksadesimal adalah adanya tambahan subskrip heks atau 16 di akhir
suatu bilangan. Contoh: 271heks = 27116
Bilangan
Bulat Heksadesimal.
Representasi
suatu bilangan heksadesimal bulat adalah sebagai berikut, (hm-1, … hi, … , h1,
h0) dengan hi € H Sehingga suatu bilangan heksadesimal m digit akan mempunyai
nilai:
1.3. Aljabar
Boolean
Aljabar boolean merupakan aljabar yang
berhubungan dengan variabel-variabel biner dan operasi-operasi logik.
Variabel-variabel diperlihatkan dengan huruf-huruf alfabet, dan tiga operasi
dasar dengan AND, OR dan NOT (komplemen). Fungsi boolean terdiri dari
variabel-variabel biner yang menunjukkan fungsi, suatu tanda sama dengan, dan
suatu ekspresi aljabar yang dibentuk dengan menggunakan variabel-variabel
biner, konstanta-konstanta 0 dan 1, simbol-simbol operasi logik, dan tanda
kurung.
Suatu fungsi boolean bisa dinyatakan dalam tabel kebenaran. Suatu tabel
kebenaran untuk fungsi boolean merupakan daftar semua kombinasi angka-angka
biner 0 dan 1 yang diberikan ke variabel-variabel biner dan daftar yang
memperlihatkan nilai fungsi untuk masing-masing kombinasi biner.
Aljabar boolean
mempunyai 2 fungsi berbeda yang saling berhubungan. Dalam arti luas, aljabar
boolean berarti suatu jenis simbol-simbol yang ditemukan oleh George Boole
untuk memanipulasi nilai-nilai kebenaran logika secara aljabar. Dalam hal ini
aljabar boolean cocok untuk diaplikasikan dalam komputer. Disisi lain, aljabar
boolean juga merupakan suatu struktur aljabar yang operasi-operasinya memenuhi
aturan tertentu.
Misalkan terdapat
- Dua
operator biner: + dan ×
- Sebuah
operator uner: ’.
- B :
himpunan yang didefinisikan pada opeartor +, ×, dan ’
- 0
dan 1 adalah dua elemen yang berbeda dari B.
Tupel
(B, +, ×, ’)
disebut aljabar Boolean jika untuk
setiap a, b, c Î B berlaku
aksioma-aksioma atau postulat Huntington berikut:
1. Closure:
(i) a + b Î B
(ii) a × b Î B
2.
Identitas: (i) a + 0 = a
(ii) a × 1 = a
3.
Komutatif: (i) a + b = b + a
(ii) a × b = b . a
4.
Distributif: (i) a × (b + c)
= (a × b) + (a × c)
(ii) a + (b × c) = (a + b) × (a + c)
(ii) a × a’ = 0
Untuk
mempunyai sebuah aljabar Boolean, harus diperlihatkan:
1. Elemen-elemen
himpunan B,
2. Kaidah
operasi untuk operator biner dan operator uner,
3. Memenuhi
postulat Huntington.
Aljabar
Boolean Dua-Nilai
Aljabar
Boolean dua-nilai:
- B =
{0, 1}
- operator
biner, + dan ×
- operator
uner, ’
- Kaidah
untuk operator biner dan operator uner:
a
|
b
|
a × b
|
a
|
b
|
a + b
|
a
|
a’
|
||
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
||
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
||
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
||||
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
Cek
apakah memenuhi postulat Huntington:
1. Closure
: jelas berlaku
2. Identitas:
jelas berlaku karena dari tabel dapat kita lihat bahwa:
(i)
0 + 1 = 1 + 0 = 1
(ii)
1 × 0 = 0 × 1 = 0
3. Komutatif:
jelas berlaku dengan melihat simetri tabel operator biner.
4. Distributif:
(i) a × (b + c) = (a × b)
+ (a × c) dapat ditunjukkan benar dari tabel operator
biner di atas dengan membentuk tabel kebenaran:
a
|
b
|
c
|
b + c
|
a × (b + c)
|
a × b
|
a × c
|
(a × b)
+ (a × c)
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
(ii)
Hukum distributif a + (b × c) = (a + b) × (a + c)
dapat ditunjukkan benar dengan membuat tabel kebenaran dengan cara yang sama
seperti (i).
5. Komplemen:
jelas berlaku karena Tabel 7.3 memperlihatkan bahwa:
(i) a + a‘
= 1, karena 0 + 0’= 0 + 1 = 1 dan 1 + 1’= 1 + 0 = 1
(ii) a × a = 0, karena 0 × 0’=
0 × 1 = 0 dan 1 × 1’ = 1 × 0 = 0
Karena
kelima postulat Huntington dipenuhi, maka terbukti bahwa B =
{0, 1} bersama-sama dengan operator biner + dan × operator komplemen
‘ merupakan aljabar Boolean.
Ø Ekspresi
Boolean
Misalkan
(B, +, ×, ’) adalah sebuah aljabar Boolean. Suatu ekspresi Boolean
dalam (B, +, ×, ’) adalah:
(i)
setiap elemen di dalam B,
(ii)
setiap peubah,
(ii) jika e1 dan e2 adalah
ekspresi Boolean, maka e1 + e2, e1 × e2, e1’
adalah ekspresi Boolean
Contoh:
0
1
a
b
c
a + b
a × b
a’× (b + c)
a × b’
+ a × b × c’ + b’,
dan sebagainya
Hukum-hukum Aljabar Boolean
1.
Hukum identitas:
(i)
a + 0 = a
(ii) a × 1
= a
|
2. Hukum idempoten:
(i)
a + a = a
(ii) a × a = a
|
3. Hukum komplemen:
(i)
a + a’ = 1
(ii) aa’
= 0
|
4. Hukum dominansi:
(i)
a × 0 = 0
(ii) a +
1 = 1
|
5. Hukum involusi:
(i)
(a’)’ = a
|
6. Hukum penyerapan:
(i)
a + ab = a
(ii) a(a + b)
= a
|
7. Hukum komutatif:
(i)
a + b = b + a
(ii) ab = ba
|
8. Hukum asosiatif:
(i)
a + (b + c) = (a + b)
+ c
(ii) a (b c)
= (a b) c
|
9.
Hukum distributif:
(i) a +
(b c) = (a + b) (a + c)
(ii) a (b + c)
= a b + a c
|
10. Hukum De Morgan:
(i)
(a + b)’ = a’b’
(ii)
(ab)’ = a’ + b’
|
11. Hukum
0/1
(i) 0’ = 1
(ii) 1’ = 0
|
BAB III
PENUTUP
Sistem digital adalah suatu sistem
yang berfungsi untuk mengukur suatu nilai yang bersifat tetap atau tidak
teratur dalam bentuk diskrip berupa digit-digit atau angka-angka.
Contohnya bilangan integer dan pecahan.
Aturan
dalam logika
Ø Suatu keadaan tidak dapat
dalam keduanya benar dan salah sekaligus
Ø Masing-masing
adalah benar / salah.
Ø Suatu keadaan disebut
benar bila tidak salah.
Dalam ajabar boolean keadaan ini ditunjukkan dengan dua
konstanta : LOGIKA ‘1’ dan ‘0’.
Ada 7 gerbang logika yang kita ketahui yang
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Inveter yang disebut gerbang NOT atau
gerbang komplemen ( lawan ), sedangkan gerbang
logika non-inverter sinyal keluaran sangat tergantung oleh sinyal masukan dan
gerbang logika yang dilaluinya ( NOT, AND, OR, NAND, NOR, XO, XNO ).
DALIL
BOOLEAN ;
1. X=0
ATAU X=1
2. 0
. 0 = 0
3. 1
+ 1 = 1
4. 0
+ 0 = 0
5. 1
. 1 = 1
6. 1
. 0 = 0 . 1 = 0
7. 1
+ 0 = 0 + 1 = 0
DAFTAR
PUSTAKA
http://kalimasodo.wordpress.com/2008/05/30/gerbang-logika-dasar/
http://images.alfianaceh.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/R@6WbgoKCrwAACqNcX01/Gerbang%20Logika.pdf?nmid=88644043
http://www.scribd.com/doc/62471693/Makalah-Aljabar-Boole-arin#
http://emka.web.id/special/electro/2010/operasi-logika-dasar-and-or-dan-not/
http://materitugas.blogspot.com/2010/12/aljabar-bollean.html
http://www.gudangmateri.com/2009/12/aljabar-boolean-lanjutan.html
http://www.geocities.ws/yasmuipsht6/sistem-bilangan.html