MAKALAH
KONSEP RUANG LINGKUP PENGANTAR STUDI (AGAMA) ISLAM
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang
Maha pengasih lagi Maha penyayang, yang telah memberi rahmat serta hidayahNya
kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat
serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang pilihan
dan sang pemilik ukhwah.
Penulis membuat makalah ini
bertujuan untuk melatih mahasiswa dslm menyusun karya ilmiah, yang berdasarkan
atas tuntutan KBK.
Penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak dosen pembimbing Mukhlisin
S.Ag
2. Bapak dosen yang lain di Fakultas
Tarbiyah yang telah memberikan referansi/buku penyusunan karya ilmiah.
3. Semua staf dan pegawai
perpustakaan yang banyak memberikan refensi buku sehingga kita mudah menyusun
makalah.
Penulis menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan karena masih tetap
belajar. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka akan menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan. Penulis berharap makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Tasikmalaya, 17 Januari 2015
Tim Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengantar studi Islam (PSI) merupakan sebuah
mata kuliah yang berupaya mengkaji keislaman dengan wilayah telah materi ajaran
agama dan fenomena kehidupan beragama, sedangkan kajian tentang Islam yang
bersifat historis-empiris biasanya dilakukan di berbagai perguruan tinggi
meliputi bukan saja yang dianggap kebenaran oleh kaum muslimin melainkan juga
yang hidup di tengah masyarakat yang merupakan ekspresi-ekspresi keagamaan kaum
muslimin yang faktual.
Untuk penulis mencoba untuk mengkaji
pengantar study Islam lewat makalah dengan judul “ruang lingkup study Islam”
yang di dalamnya terdapat asal-usul perkembangan Islam dan pengertian tentang
study Islam.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa arti dan identifikasi konsep agama
2.
Manusia dan agamanya
3.
Pengertian studi (agama) Islam
4.
Asal-usul dan pertumbuhan studi Islam
5.
Apa tujuan studi Islam
6.
Aspek-aspek sasaran studi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Arti Dan Identifikasi Konsep Agama
Tidak mudah bagi kita untuk menentukan
pengertian agama, karena agama bersifat batiniah, subyektif, dan
individualistis. Kalau kita membicarakan agama akan dipengaruhi oleh pandangan
pribadi, juga dari pandangan agama yang kita anut. Untuk mendapatkan pengertian
tentang agama, religi, dan din kita mengutip pendapat seperti: Bozman, bahwa
agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaan terhadap aturan-aturan dari
pada kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.
H. Moenawar Cholil lm bukunya “Definisi dan
sendi agama” kata dien itu masdar dari kata kerja “daana” yad i enu”. Menurut
Jughat kata “dien mempunyai arti :
1.
Cara atau adat kebiasaan
2.
Peraturan
3.
Nasihat
4.
Agama dan lain-lain
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan :
1.
Baik agama, religi, dan dien kesemuanya
mempunyai pengertian yang sama.
2.
Aktivitas dan kepercayaan agama, religi, dan
dien mencakup masalah: kepercayaan kepada Tuhan.
Agama bertitik tolak dari adanya suatu
kepercayan terhadap suatu yang lebih berkuasa, lebih agung, lebih mulia dari
pada makhluk. Agama berhubungan dengan masalah ketuhanan, dimana manusia yang
mempercayainya harus menyerahkan diri kepada-Nya, mengabdikan diri sepenuhnya
karena manusia mempercayainya, ada 4 ciri yang dapat kita kemukakan yaitu :
1.
Adanya kepercayaan terhadap yang ghaib, kudus
dan Maha Agung dan pencipta alam semesta (Tuhan).
2.
Melakukan hubungan dengan berbagai cara seperti
dengan mengadakan upacara ritual, pemujaan, pengabdian dan do'a.
3.
Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan
oleh setiap penganutnya.
4.
Ajaran Islam ada Rasul dan kitab suci yang
merupakan ciri khas daripada agama.
5.
Agama tidak hanya untuk agama, melainkan untuk
diterapkan dalam kehidupan dengan segala aspeknya.
B.
Manusia Dan Agamanya
Kebanyakan pemikiran modern melihat agama
merupakan sekumpulan doktrin yang dilegatimasi oleh “prasangka-prasangka”
manusia di luar rasionalitas. Sementara ilmu pengetahuan yang mengedepankan
rasionalitas sangat keras menolak doktrin. Semakin rasional seseorang semakin
menjauh dien dari ritual agama, sebaliknya manusia yang kurang tersentuh
rasionalitas, dengan sendirinya akan kuat meyakini ajaran agama. Karena
modernitas tidak selalu memberi perbaikan bagi kondisi umat manusia, tak mampu
mengatasi berbagai problem dan bahkan hanya memberikan kontribusi positif bagi
kelas yang dominan. Mereka yang pinggirkan mengalami marginalisasi/leterasingan
dari kemajuan zaman.
Agama sebagai salah satu ajaran yang memberi
tuntunan hidup banyak dijadikan pilihan. Karena ada indikasi dalam agama terdapat
banyak nilai yang bisa dimanfaatkan manusia ketimbang ideologi. Orang juga
lebih leluasa memeluk agama dan merasakan nilai-nilai positifnya tanpa harus
capek-capek menggunakan potensi akalnya untuk berfikir. Agama memberi tempat
bagi semua. Agama juga fenomena sosia; agama tidak hanya ritual tapi juga
fenomena di luar kategori pengetahuan akademis. Psikologi agama merupakan salah
satu cara bagaimana melihat praktek keagamaan. Sebagai gejala psikologi, agama
rupanya cukup memberi pengertian tentang perlu atau tidaknya manusia beragama
ketika agama tak sanggup lagi memberi pedoman bagi masa depan kehidupan
manusia, bisa saja kita terinspirasi menciptakan agama baru/melakukan
eksperimen baru sebagai jalan keluar dari berbagai problem yang menghimpit kehidupan.
C.
Pengertian Studi (Agama) Islam
Secara teetimologi merupakan dari bahasa Arab
Dirasah Islamiyah. Dalam kajian Islam di Barat disebut Islamic Studies secara
harfiyah adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Secara
terminologis adalah kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui,
memakai dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama
Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam maupun realitas pelaksanaannya
dalam kehidupan. Islam pada hakikatnya membawa ajaran yang bukan hanya mengenai
berbagai segi dari kehidupan manusia. sumber ajaran yang mengambil berbagai
aspek ialah Al-Qur'an dan Hadits. Kedua sumber ini sebagai pijakan dan pegangan
dalam mengakses wacana pemikiran dan membumikan praktik penghambaan kepada
Tuhan, baik bersifat teologis maupun humanistis.
Islam secara harfiyah berasal dari bahasa
Arab yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Arti pokok Islam adalah
ketundukan, keselamatan dan kedamaian. Maka studi Islam diarahkan pada kajian
keislaman yang mengarah pada 3 hal :
2.
Islam yang bermuara pada ketundukan/berserah
diri, berserah diri artinya pengakuan yang tulus bahwa Tuhan satu-satunya
sumber otoritas yang serba mutlak. Keadaan ini membawa timbulnya pemahaman
terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap
fitrah dirinya sendiri.
3.
Islam dapat dimaknai yang mengarah kepada
keselamatan dunia dan akhirat sebab ajaran Islam pada hakekatnya membina dan
membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam
kehidupan di dunia termasuk kehidupan akhirat.
4.
Islam bermuara pada kedamaian manusia harus
hidup berdampingan dengan makhluk hidup yang lain bahkan berdampingan dengan
alam raya. Dengan demikian kedamaian harus dilakukan secara utuh dan multi
dimensi.
Dari 3 dimensi di atas studi Islam
mencerminkan gagasan tentang pemikiran dan praktis yang bernuasan pada
kedudukan pada Tuhan, selamat di dunia dakhirat dan berdamai dengan makhluk
lain. Dengan demikian studi Islam tidak hanya bermuara pada wacana pemikiran
tetapi juga pada praktis kehidupan yang berdasarkan pada perilaku baik dan
benar dalam kehidupan.
D.
Asal-Usul Dan Pertumbuhan Studi Islam
Pendidikan Islam di Indonesia tidak pernah
lepas dari semangat penyebaran Islam yang dilakukan secara intensif oleh para
pendahulu dalam kerangka perpaduan antara konteks keindonesiaan dengan
keislaman. Pada awalnya pendidikan Islam, dalam bentuk halaqah-halaqah,
kemudian bentuk madrasah. Selain pesantren pendidikan Islam di Indonesia
diharapkan pada tantangan semakin berkembangnya model-model pendidikan.
Pertumbuhan minat untuk memahami Islam lebih sebagai tradisi keagamaan yang
hidup, yang historis. Ketimbang “kumpulan tatanan doktrin” yang terdapat dalam
Al-Qur'an dan Hadits. Studi Islam kontenporer di Barat, berusaha keras
menampilkan citra yang lebih adil dengan mengandalkan berbagai pendekatan dan
metode yang lebih canggih dalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan.
Islam tidaklah dijadikan semata-mata sebagai
obyek studi ilmiah yang secara leluasa ditundukkan pada prinsip yang berlaku di
dunia keilmuwan, tapi diletakkan sesuai dengan kedudukannya sebagai doktrin
yang kebenarannya diyakini. Tak heran jika dekade 80-an dan 90-an terjadi
perubahan besar dalam paradigma Islam. kecenderungan pertama, terjadinya
pergeseran dari kajian Islam yang bersifat normatif. Kepada yang lebih historis,
sosiologis dan empiris. Kedua orientasi keilmuwan yang lebih luas kendatipun
orientasi studi Islam di Indonesia lebih cenderung ke Barat, studi di Timur
tengah tetap memiliki nilai penting, terutama dalam memahami aspek doktrinal
yang menjadi basis ilmu pengetahuan dalam Islam.
Jika dipadukan menjadi satu model pendidikan Islam,
kiranya dapat menjawab kekurangan masing-masing orientasi, yakni menguasai
khazanah intelektual Islam yang paling dasar dan otentik juga menguasai
metodologi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi di
tengah-tengah masyarakat.
E.
Tujuan Studi Islam
Bagi umat Islam, mempelajari Islam mungkin
untuk memantapkan keimanan dan mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non
muslim hanya sekedar diskursus ilmiah, bahkan mungkin mencari kelemahan umat
Islam dengan demikian tujuan studi Islam adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk memahami dan mendalami serta
membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan
secara benar, serta menjadikannya sebagai pegangan dan pedoman hidup. Memahami
dan mengkaji Islam direfleksikan dalam konteks pemaknaan yang sebenarnya bahwa
Islam adalah agama yang mengarahkan pada pemeluknya sebagai hamba yang
berdimensi teologis, humanis, dan keselamatan di dunia dan akhirat. Dengan
studi Islam, diharapkan tujuan di atas dapat di tercapai.
Kedua, untuk menjadikan ajaran-ajaran Islam
sebagai wacana ilmiah secara transparan yang dapat diterima oleh berbagai
kalangan. Dalam hal ini, seluk beluk agama dan praktik-praktik keagamaan yang
berlaku bagi umat Islam dijadikan dasar ilmu pengetahuan. Dengan kerangka ini,
dimensi-dimensi Islam tidak hanya sekedar dogmentis, teologis. Tetapi ada aspek
empirik sosiologis. Ajaran Islam yang diklain sebagai ajaran universal
betul-betul mampu menjawab tantangan zaman, tidak sebagaimana diasumsikan
sebagian orientalis yang berasumsi bahwa Islam adalah ajaran yang menghendaki
ketidak majuan dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
F.
Aspek-aspek Sasaran Studi Islam
Antara agama dan ilmu pengetahuan masih
dirasakan adanya hubungan yang belum serasi. Dalam bidang agama terdapat sikap
dogmatis, sedang dalam bidang ilmiah terdapat sikap rasional dan terbuka. Oleh
karena itu, aspek sasaran studi Islam meliputi 2 hal yaitu:
1.
Aspek sasaran keagamaan
Kerangka ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan hadits tetap dijadikan
sandaran sentralk agar kajian keislaman tidak keluar dan tercerabul dari teks
dan konteks. Dari aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan dapat
ditransformasikan secara baik dan menajdikan landasan kehidupan dalam
berperilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keislaman yang
harus dijadikan pegangan: pertama, islamn sebagai dogma juga merupakan
pengamalan universal dari kemanusiaan. Oleh karena itu sasaran study Islam
diarahkan pada aspek-aspek praktik dan emprik yang memuat nilai-nilai keagamaan
agar dijadikan pijakan. Kedua, Islam tidak hanya terbatas pada kehidupan
setelah mati, tapi orientasi utama adalah dunia sekarang. Dengan demikian
sasaran study Islam diarahkan pada pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran
Islam, pokok-pokok ajaran Islam sejarah Islam dan aplikasinya dalam kehidupan.
Oleh karena itu studi Islam dapat mempertegas dan memperjelas wilayah agama
yang tidak bisa dianalisis dengan kajian empirik yang kebenarannya relatif.
2.
Aspek sasaran keilmuwan
Studi keilmuwan memerlukan pendekatan kritis, analitis, metodologis,
empiris, dan historis. Dengan demikian studi Islam sebagai aspek sasaran
keilmuwan membutuhkan berbagai pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan tidak
kenal dan tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak dan terikat
pada pemikiran rasional. Oleh karena itu kajian keislaman yang bernuasa ilmiah meliputi
aspek kepercayaan normatif dogmatik yang bersumber dari wahyu dan aspek
perilaku manusia yang lahir dari dorongan kepercayaan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan yang sudah ada di depan dapat kita ambil kesimpulan
bahwa arti agama, dien dan religi
mempunyai pengertian yang sama dan juga studi Islam mempunyai
asal-usul dan pertumbuhan. Studi Islam sangat dibutuhkan pada ms sekarang.
Tujuan studi Islam adalah untuk memahami dan mendalami serta membahas
ajaran-ajaran Islam sebagai wacana ilmiah yang dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Aspek-aspek sasaran studi Islam yaitu
aspek keagamaan dan aspek sasaran keilmuwan.
DAFTAR PUSTAKA
-
Penyusun, Tim, 2004. Pengantar Studi Islam,
Surabaya : IAIN
Sunan Ampel Surabaya
-
Manshur, Faiz, Manusia dan Kebutuhan Agama,
www.geogle.com 15 Oktober 2006
-
Zada, Khamami, Orientasi Studi Islam di
Indonesia, www.geogle.com 27 Oktober
2006