MAKALAH SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL SATU ABAD KEBANGKITAN NASIONAL KE MANA INDONESIA MULIA


MAKALAH SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL

 SATU ABAD KEBANGKITAN NASIONAL

KE  MANA INDONESIA MULIA



Toynbee:” Pergerakan nasional  adalah jawaban terhadap tantangan zaman dalam suatu kurun waktu  sejarah tertentu, Ia merupakan panggilan sejarah untuk mengatasi  tantangan zaman tertentu yang bergerak dari satu titik kegelapan ke titik  terang yang menderang. Cita-citanya adalah    terciptanya orde social baru  ”.
            
           Peryataan Toynbee  di atas memberikan gambaran bahwa  pergerakan nasional adalah suatu  momentum perubahan   dari  suatu titik   ke suatu titik  cita-cita perjuangan. Setiap pergerakan  mempunyai  jiwa zaman  yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Misalnya jiwa  zaman masa pergerakan nasional 1908 adalah  Dari perjuangan yang tidak terorganisir menjadi terorganisir; Dari perjuangan  yang tidak terencana menjadi terencana: dari  perjuangan yang sifatnya ke daerahan menjadi perjuangan yang sifatnya nasional; Dari bangsa yang tidak ber parlemen  menjadi bangsa yang berparlemen. Akumulasi dari  berbagai makna zaman itu bercita-cita mencapai Indonesia mulia.
             Lalu yang menjadi pertanyaan adalah   Jiwa  zaman apa yang dimiliki bangsa ini  setelah 100 tahun kebanngkitan nasional, masih adakah nilai kesetiakawanan sosial,  Apakah masih dibutuhkan kebangkitan nasional di tengah kemerdekaan, apakah kebodohan dan  kemiskinan  bukan dianggap sebagai persoalan kebangsaan, apakah ketergantungan  yang menghilangkan  kemandirian bangsa kita bukan suatu persolan. Jika pertanyaan itu dicermati membangun Keindonesiaan kita  ke depan  semakin berat.  
Di usia 100 tahun, sebuah negara bangsa  yang namanya “awal pergerakan Indonesia” tentu sudah   merupakan momentung sejarah yang penting. Itulah  sebab dalam dalam teori Lingkaran  Agraria Besar yang diperkenalkan oleh h Imanuel Le Roiladurie satu abad perjalanan suku bangsa itu adalah momentung perubahan besar, paling tidak dua hal yang harus dicermati  yaitu kontinuitas dan diskontinuitas keberlangsungan negara itu. Bagaimana dengan bangsa Indonesia sekarang, setelah genap 100 tahun merumuskan kata Indonesia Mulia yang pada tahun 1918 kata Indonesia Mulia yang diperkenalkan Budi Utomo itu berubah menjadi Indonesia merdeka. Makalah ini akan menjelaskan selukbeluk terbentuknya pergerakan nasional tahun 1908 yang berimplikasi pada munculnya kelembagaan politik dan konsep kelembagaan ekonomi dalam membangun cita-cita pergerakan. Untuk menjelaskan makna pergerakan tahun 1908 maka diperlukan refleksi perjalanan kebangssan kita sekarang ditenganh krisis global dan rapuhnya rasa kesetiakawanan yang melahirkan suatu zaman baru kebangkitan nasional kedua yaitu perang melawan kebodohan kemiskinan.

A.         Budi Utomo Sebuah Pergerakan .
        Kata Pergerakan Nasional, mengandung suatu pengertian, yaitu merupakan perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern kearah perbaikan taraf hidup bangsa Indonesia yang disebabkan karena rasa tidak puas terhadap keadaan masyarakat di bawah tekanan imeprilisme. Dengan demikian istilah ini mengandung arti yang sangat luas, bukan hanya memperbaiki derajat bangsa tetapi meliputi gerakan  kesetiakawanan sosial melalui pendidikan.   Raden Soeweji ayah Soetomo, boleh berbangga hati karena ia melahirkan  seorong putra yang kemudia hari menjadi pelopor pergerakan nasional Indonesia
            Pergerakan Nasional yang diawali gerakan Budi Utomo. , mendapat sprit dari  para pelajar yang belajar di Negeri Belanda. Para pelajar  mendirikan suatu perkumpulan pelajar yang namanya “Indische Vereniging”. Pada awalnya Perkumpulan ini tidak mempunyai tujuan politik. Tetapi pada prinsipnya adalah  ingin memperhatikan kepentingan bersama penduduk Hindia Belanda yang berada di negeri Belanda.  Raden Soeweji ayah Soetomo, boleh berbangga hati karena ia melahirkan  seorong putra yang kemudia hari menjadi pelopor pergerakan nasional Indonesia
            Istilah Nasional berarti bahwa pergerakkan-pergerakkan tersebut merupakan pergerakkan yang bercita-cita nasional yaitu cita-cita mencapai kemerdekaan bangsa. Seusai Perang Dunia I tahun 1918, jumlah pelajar dan mahasiswa dari Indonesia yang belajar ke negeri Belanda bertambah banyak . Diantara mahasiswa mahasiswa tersebut terdapat dua aliran :
a.         Aliran yang moderat yaitu aliran yang tidak menginginkan Indonesia lepas dari negeri Belanda, aliran ini dipimpin oleh Notosuroto;
b.         Aliran progressif, aliran ini berhasil merubah Indishe Vereniging pada tahun 1922 menjadi Perhimpunan Indonesia.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pergerakkan nasional, ada 2 faktor :
a.           Faktor Yang berasal dari luar negeri, yaitu adanya reaksi terhadap imperialisme atas bangkitnya nasionalisme Asia. Selain itu kemenangan Jepang terhadap Rusia juga merupakan bukti bahwa bangsa timur dapat mengalahkan bangsa barat.
b.           Faktor yang berasal dari dalam negeri yaitu adanya rasa tidak puas dari bangsa Indonesia terhadap penjajahan dan penindasan kolonial, misal reaksi-reaksi/ perang melawang Belanda yang dipimpin oleh Pattimura, Cuk di Tiro, P. Diponegoro, Hasanuddin dll.
Adanya gerakan-gerakan yang timbul berupa “gerakan emasnsipasi” yang menginginkan, adanya suatu pembaharuan.
                 Dengan terbentuknya organisasi seperti  Budi Utomo, Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong Celebes dan sebagainya terciptalah suatu kerangka dalam  mana para anggotanya dapat menjalankan peranan masing-masing terkoordinir  agar organisasi berfungsi seefektif mungkin untuk membela kepentingan bersanma  serta mencapai tujuannya. Disamping integrasi  teleofungsional  yang dapat dihasilkan,  Organisasi juga menciptakan suatu arena politik  di mana dapat dilaksanakan komunikasi intra dan interorganisasi untuk membentuk tujuan kolektif yang tidak berdasarkan kekuasaan otoritarian  tetapi melalui musyawarah.
                   Dengan demikian organisasi Budi Utamo bertujuan  dua hal, pertama sosialisasi-nilai-nilai politik   seperti demokrasi dan yang kedua  memupuk pengalaman atau kesetiakawanan soisial yang tidak dapat dihasilkan  masa-masa sebelumnya. Tambahan pula arena tersebut secara selektef dan kompetitif  menyaring kepemimpinan secara otoritasnya, otoritas mana sangat produktif  untuk memupuk solidaritas di satu pihak dengan mengembangkan identitas gologan di lain pihak
           Sudah tentu partai politik  berfungsi untuk membangun solidaritas sebagai nilai dasarnya dilaksanakan tidak hanya secara politik membentk konsensus, tetapi juga secara terampil mengelolah konflik-konflik yang muncul. Pendeknya dalam kerangka organisasi terjadi proses politisasi atau pemulaan pelakuan politik  terarah ke pelembagaan politik.Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa  Budi Utomo yang pada awalnya bersifat politik sepuluh tahun kemudian sudah berwajah  sebagai partai politik.
                  Ada dua segi yang mulanya ditegakkan oleh  dua pemimpin pergerakan kebangkitan nasional adalah, pertama masalah hak berserikat  dan berkumpul , kedua masalah perwakilan rakyat.  Dalam  hal petama,  artikel 111 Regeringsreglemen (peraturan pemerintah) yang masih berlaku pada masa itu  tidak membenarkan bangsa kita hak berserikat  dan berkumpul dalam arti politis. Itulah sebabnya antara lain mengapa serikat Islam  yang didirikan pada tahun 1911 tidak terang-terangan menamakan dirinya  sebuah partai, meskipun tuntutannya bersifat politik. Tetapi harus diakui bahwa berangsur-angsur tersebut ditelerir oleh pemerintah Hindia Belanda, tentu dalam batas-batas yang ketat, tergantung pada masa tertentu. Maksud untuk membentuk  Dewan rakyat umpamanya memberikan kelonggaran hak tersebut apalagi mengambil hati rakyat untuk menghadapi perang Dunia Pertama.
                    Dalam hal  kedua yaitu perwakilan rakyat (Volksraad) tidak dapat memenuhi keinginan pejuang  para pergerakan kebangsaan . pada tahun 1918 sesudah volksraad dibentuk suatu mosi yang terkenal dengan nama mosi Cokroaminoto menuntuk agar secepatnya disusun suatu parlement yang dipilih oleh rakyat dengan hak menentukan hukum sepenuhnya dan dibangunkan suatu pemerintahan  yang bertanggungjawab kepada parlement. Cokroaminito sebagai perseden Serikat Islam  memang  menjadi angoota Volskraad pada saat itu dan mendapat dukungan dari berbagai anggota. Mulanya mereka berharap bahwa Vollksraad ini  mencerminkan mengenai sistem perwakilan dan ketika harapan tak terkabul seperti yang diberi cap H. Agussalim, kemudian para pemimpin tidak sadar membiarkan volskraad berkembang. Mosi tersebut menuntut bahwa hak pilih sepenuhnya harus diakui pada rakyat, badan perwakilan volksraad  mempunyai hak legislatif penuh dan ketiga parlemen  mempunyai kekuasaan tertinggi terhadap siapa pmerintah harus bertanggungjawab

B.       Budi Utomo Gerakan kesetikawanan Sosial

           Pada awalnya  Budi Utomo adalah sebuah gerakan kesetikawanan sosial  yang cita-citanya membangun masyarakat Jawa dan Madura. Ia bercita-cita mewujudkan Gerakan Indonesia Mulia. Cita-cita tersebut diawali dengan kepeloporan Soetomo sebagai pendiri Budi Utomo (BU). Kesan sepintas bila kita mempelajari perilaku Soetomo sebagai pendiri BU. adalah  mencapai cita-cita  Indonesia mulia. Untuk mencapai itu Soetomo membentuk  oraganisasi Budi Utomo, Persatuan bangsa Indonesia (PBI)  Rukun Tani dan sebagainya. Sangat tepat kalau perestasi tersebut  sebagai langkah maju langkah seorang pembaharu  dengan hasilnya sebuah organisasi yang berstandar modern paling tidak pada masa pergerakan nasional.
                Dalam bidang politik, Soetomo dikenal sebagai seorang kooperator, hal ini dapat dipahami sebagai sikap praktis Soetomo. Ia sadar bahwa bangsa Indonesia masih memerlukan bantuan pemerintah Belanda. Hal  itu dianggapnya bermanfaat tanpa perlu merendahkan martabat sendiri. Namun bukan Soetomo sama sekali tidak  bersikap non kooperasi. Sebab ketika itu ia yakin  bahwa cara parlementer bukan lagi  merupakan hal-hal yang terbaik saat itu. Ia rela berkorban keluar dari  Dewan kota Praja Surabaya. Demikian juga pada waktu peristiwa penolakannya untuk menjadi anggota Dewan rakyat (volksraad) adalah karena Gubernur Jenderal tidak menempati janjinya untuk  memberikan konsesi pada Soetomo
             Soetomo sangat dibenci oleh golongan komonis karena pernaytaa-pernyataanya yang menentang tindakan komunis, terutama gerakan-gerakan fisik yang dekat dengan keberutalan pada saat itu. Dari Seluruh aktivitasya ia pernah menjadi penasehat Muhammadiyah dan banyak teman-temanya dari nahdatul Ulama. Komite Kolliyh Islam Islam pernah didirikannya sewaktu ia pulang dari lawatannya ke Eropa.
               Kontrasnya seotomo juga dikenal sebagai  seorang taradisionalis. Dalam polemiknya dengan Sultan takdir Alisyahbana dia dengan tegas menolak pendidikan Barat yang dianggapnya telah mengagsingkan Indonesia dari kebudayaan sendidiri dan mencetak manusia-manusia yang tidak sosial. Model pendidikan yang diinginkan Soetomo adalah  seperti yang terdapat dalam berbagi pondok pesanteren.
.            Hanya ada satu jalan  untuk mewujudkan  satu negara modern , Indonesia mulia, sebagai pengganti kata Indonesia medeka. Yaitu keluar dari lingkungan tardisonal. Sesuai dengan anak zamannya Budi Utomo  telah menampilakn diri sebagai Organisasi modern pertama meskipun masih bersifat lokal, terbatas pada Jawa dan Madura saja.  Suatu organisasi yang dikelolah berdasarkan teknik-tekni berorganisasi . Pengaruh tradisi Jawa memang sangat kuat terhadap pribadi sang tokoh ini, meskipun oraganisasinya sedang bergulat menuju cita-cita Indonesia mulia. Sebagai orang Jawa Soetomo enggang mengungkapkan dirinya secara terbuka. Ia  melihat fakta sebagai hal yang samar-samar, tidak eksplisit, kehalusan budinya dan tata kramanya menyebabkan selalu merahasiakan serangan-serangan dan fitna-fitnah dari rekan –rekan seperjuangannya yang merasa diri dan peranannya yang menonjol.
              Kekaguman dan penghayatan Soetomo  terhadap tradisi Jawa tidak hanya tersirat dalam tindakannya, melainkan juga secara tersurat jua ia berani  megungkapkan dirinya sebagai  Pantaisme monoisme Jawa. Panteisme in  terungkap secara jelas  dalam catatan perbicangan dengan seorang  teman karabnya  Kyai H. Mansoer dengan tandas dikatakan:  Penjelmaan tuhan yang terahir  adalah ummat manusai. Soetomo percaya  bahwa saya adalah dia dan dia adalah saya. Aku dan dia adalah satu dalam hakekat yakni penjelmaan tuhan. Aku penjelmaan tuhan yang sadar . Itulah sebabnya kau harus menolong  menyadarkan aku yang belum sadar . akau harus berbuat baik kepada diriku
                 Dengan terbentuknya organisasi seperti  Budi Utomo, Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong Celebes dan sebagainya terciptalah suatu kerangka dalam  mana para anggotanya dapat menjalankan peranan masing-masing terkoordinir  agar organisasi berfungsi seefektof mungkin untuk membela kepentingan bersanma  serta mencapai tujuannya. Disamping integrasi  teleofungsional  yang dapat dihasilkan,  Organisasi juga menciptakan suatu arena politik  di mana dapat dilaksanakan komunikasi intra dan interorganisasi untuk membentuk tujuan kolektif yang tidak berdasarkan kekuasaan otoritarian  tetapi melalui musyawarah. Dengan demikian organisasi Budi Utamo  terwujud dua hal, pertama sosialisasi-nilai-nilai politik   seperti demokrasi dan yang kedua  memupuk pengalaman tau kesetiakawanan soisial yang tidak dapat diperoleh masa-masa sebelumnya. Tambahan pula arena tersebut secara selektef dan kompetititif  menyaring kepemimpinan secara otoritasnya, otoritasmana sangat produktif  untuk memupuk solidaritas di satu pihak dengan mengembangkan identitas gologan di lain pihak
Sudah tentu partai politik  berfungsi untuk membangun solidaritas sebagai nilai dasarnya dilaksanakan tidak hanya secara politik membentk konsensus, tetapi juga secara terampil mengelolah konflik-konflik yang muncul. Pendeknya dalam kerangka organisasi terjadi proses politisasi atau pemulaan pelakuan politik  terarah ke pelembagaan politik.Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa  Budi Utomo yang pada awalnya bersifat politik sepuluh tahun kemudian sudah berwajah  sebagai partai politik.
Ada dua segi yang mulanya ditegakkan oleh  dua pemimpin pergerakan kebangkitan nasional adalah, pertama masalah hak berserikat  dan berkumpul , kedua masalah perwakilan rakyat.  Dalam  hal petama,  artikel 111 Regeringsreglemen (peraturan pemerintah) yang masih berlaku pada masa itu  tidak membenarkan bangsa kita hak berserikat  dan berkumpul dalam arti politis. Itulah sebabnya antara lain mengapa serikat Islam  yang didirikan pada tahun 1911 tidak terang-terangan menamakan dirinya  sebuah partai, meskipun tuntutannya bersifat politik. Tetapi harus diakui bahwa berangsur-angsur tersebut ditelerir oleh pemerintah Hindia Belanda, tentu dalam batas-batas yang ketat, tergantung pada masa tertentu. Maksud untuk membentuk  Dewan rakyat umpamanya memberikan kelonggaran hak tersebut apalagi mengambil hati rakyat untuk menghadapi perang Dunia Pertama..
Dalam hal  kedua yaitu perwakilan rakyat (Volksraad) tidak dapat memenuhi keinginan pejuang  para pergerakan kebangsaan . pada tahun 1918 sesudah volksraad dibentuk suatu mosi yang terkenal dengan nama mosi Cokroaminoto menuntuk agar secepatnya disusun suatu parlement yang dipilih oleh rakyat dengan hak menentukan hukum sepenuhnya dan dibangunkan suatu pemerintahan  yang bertanggungjawab kepada parlement. Cokroaminito sebagai perseden Serikat Islam  memang  menjadi angoota Volskraad pada saat itu dan mendapat dukungan dari berbagai anggota. Mulanya mereka berharap bahwa Vollksraad ini  mencerminkan mengenai sistem perwakilan dan ketika harapan tak terkabul seperti yang diberi cap H. Agussalim, kemudian para pemimpin tidak sadar membiarkan volskraad berkembang. Mosi tersebut menuntut bahwa hak pilih sepenuhnya harus diakui pada rakyat, badan perwakilan volksraad  mempunyai hak legislatif penuh dan ketiga parlemen  mempunyai kekuasaan tertinggi terhadap siapa pmerintah harus bertanggungjawab.         

.C.Perhimpunan Indonesia Sebagai Oraganiasi  Politik

               Tujuan Perhimpunan Indonesia pada tahun 1922 adalah agar Pemerintah Hindia Belanda bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia, karena meskipun sudah ada Volksraad, tetapi pemerintah Hindia Belanda tidak bertanggung jawab pada Volksraad, tetapi bertanggung jawab kepada Pemerintah Pusat di Negeri Belanda. Dengan demikian hal ini berarti bahwa Volksraad harus diganti dengan Parlemen yang sebenarnya, sehingga pemerintah bertanggung jawab kepada Parlemen Indonesia. Tujuan ini hanya berlangsung dua tahun karena pada tahun 1924 karena tujuan Perhimpunan Indonesia berubah menjadi kemerdekaan Indonesia. Pada waktu itupun majalah Perhimpunan Indonesia yang semula bernama “Hindia Putra” diganti dengan nama “Indonesia Merdeka”.

Selain mengadakan propaganda kemerdekaan Indenesia, Perhimpunan Indenesia juga mengadakan hubungan dengan gerakan-gerakan nasional negeri lain. Antara lain Liga Penentang Tindasan Penjajah, Internasionale Komunis dan ikut serta pada Kongres-kongres Internasional yang bersifat humanistis.
Pada tanggal 10-15 Februari 1927 Liga Penentang Tindakan Penjajahan mengadakan Kongres sedunia pertama  yang  tujuannya menentang imperialisme di dunia dan tindakan penjajahan di Brussel. Pada kongres tersebut hadir wakil-wakil bahsan tanah jajahan dan setengah jajahan. Indonesia diwakili oleh Mohammad Hatta, Nazir Pamuntjak, Gatot, Achama Soebardjo dan Samaun.
Kongres itu (diadakan sesudah pemberontakan Komunis di Indonesia) mengabil keputusan antara lain :
a.       Menyatakan simpati sebesar-besarnya kepada Pergerakan Kemerdekaan Indonesia dan menyokong pergerakan itu terus menerus dengan segala daya upaya apa pun juga;
b.       Menuntut dengan keras kepada Pemerintah Belanda agar pergerakan Rakyat Indonesia diberi kebebasan  bergerak, menghapus keputusan-keputusan hukuman mati dan pembuangan dan menuntut adanya pengampunan.

Keuntungan yang dapat diambil oleh Perhimpunan Indonesia dengan menjadi anggota Liga selain masalah Indonesia menjadi perhatian Internasional juga para pemuda-pemuda Indonesia berkenalan dengan orang-orang yang mempunyai sikap yang sama dari tanah-tanah jajahan lain) misalnya orang-orang India, Indo Cina, Filipina, Mesir) dan juga kaum Pasifik dari orang-orang terpelajar kiri Eropa. Tuntutan ini  membuat pemerintah kolonial Belanda mengambil tindakan tegas yang akhirnya empat anggota pengurus Perhimpunan Indonesia yaitu Mohammad Hatta, Nazir Pamuntjak, Abdul madjid, Ali Sastroamidjojo ditangkap. Mereka pun akhirnya dilepaskan pada sidang pengadilan Maret 1928 karena  pemerintah kolonial Belanda tidak berhasil membuktikan kesalahan mereka.
Kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang penting karena pengaruh Pehimpunan Indonesia ternyata semakin besar. Terlebih-lebih dengan adanya pelarangan Partai Komunis Indonesia, maka asas yang dianut oleh Pehimpunan Indonesia yaitu asas nasionalisme yang radikal telah mampu menandingi asas Partai Komunis Indonesia.
Diktum Pehimpunan Indonesia yang kemudian menjadi terkenal antaralain :
a.        Hanya suatu Indonesia yang bersatu, sambil mengenyampingkan perselisihan dan perbedaan antara gologan, dapat mematahkan kekuasaan penjajah. Tujuan bersama, kemerdekaan Indonesia itu memerlukan penghimpunan aksi massa yang sadar atas dasar kekuatan sendiri;
b.        Turut sertanya semua lapisan rakyat dalam perjuangan kemerdekaan ini, merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan tersebut;
c.        Unsur yang terpenting dalam tiap-tiap masalah pemerintahan ialah kepentingan yang berlawanan antara si penjajah dengan si terjajah. Apabila si penjajah selalu ingin mengurangi jurang antara mereka dengan si terjajah, maka si terjajah harus melawannya dengan mempertajam jurang tersebut;
d.        Segala usaha harus diusahakan untuk mengembalikan keadaan jasmani rokhani ke keadaan biasa. Akibat penjajahan maka kehidupan rohani jasmani Indonesia sangat rusak.
Cita-cita Partai Nasional Indonesia tidak berbeda dengan cita-cita Perhimpunan Indonesia, Yaitu mencapai kemerdekaan Indonesia. Nasionalisme yang radikal dipropagandakan untuk mempengaruhi rakyat.Trilogi Partai Nasional Indonesia yang ditanamkan pada rakyat adalah jiwa nasional ( nationaale geest ), rekad nasional ( nationaale wil ), dan tindakan nasional ( nationnale daad ). Dengan cara ini Partai Nasional Indonesia berusaha dengan kekuatan rakyat sendiri, memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan budaya. Agar masyarakat sadar akan kemelaratannya dalam alam penjajahan, maka kepada mereka diceritakan masa lampau Indonesia yang gemilang. Manusia Indonesia menurut Soekarno dimiskinkan oleh keadaan kolonial. Manusia Indonesia yang memiliki tanah untuk mencari nafkah, tetapi tetap miskin. Manusia Indonesia yang miskin itu dinamakan Sukarno Marhaen.
Kelompok-kelompok politik di Indonesia menjadi sasaran perjuangan Partai Indonesia pula seperti nampak dalam tulisan Ir. Sukarno pada tahun 1926. Oleh karena kelompok-kelompok partai politik semakin tertanam rasa nasionalismenya maka  pada akhir tahun  1927 diadakan suatu rapat di Bandung yang dihadiri oleh wakil-wakil dari Partai Serikat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond dan kamu Betawi. Rapat yang dipimpin Partai Nasional itu  sepakat membentuk suatu badan kerjasama Politik Kebangsaan Indonesia ( PPKI ).
Lahirnya Politik Kebangsaan Indonesia  mendapat respon dalam  kongres pada tahun 1928. Dalam kongres itu dikemukakan bahwa ada pertentangan tajam antara yang dijajah dan penjajah. Belanda, merupakan suatu kekuatan imperialisme yang mengeruk kekayaan bumi Indonesia. Hal ini merusak tatanan sosial, ekonomi dan politik Indonesia. Untuk mengatasi keadaan ini perlu terlebih dahulu dicapai kemerdekaan politik. Tiada dapat disangkal bahwa ada unsur-unsur Marxiistis yang mempengaruhi sikap ini. Pemikiran ini kemudian disebar dalam rapat-rapat, kursus-kursus dan sekolahan-sekolahan serta organisasi-organisasi pemuda yang didirikan oleh PNI. Pers PNI yang terdiri dari surat-surat kabar Banteng Priangan ( Bandung ) dan Persatuan Indonesia ( Jakarta ) juga membantu penyebaran pandangan ini. Dengan demikian kegiatan PNI dengan pesat menarik perhatian massa. Jumlah anggota PNI pada tahun 1929 diperkirakan 10.000 orang, yang tersebar antara lain di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan Makassar.
Perkembangan PNI mengkhawatirkan pemerintah Hindia Belanda. Dalam pidato pembukaan voksraad 1928 gubernur Jenderal menganjurkan agar rakyat Indonesia menghindari nasionalisme yang ekstrim. Golongan konservatif Belanda mendirikan organisasi sendiri dengan Vaderiendesche Club pada tahun 1929 sebagai imbangan. Mereka mendesak pemerintah agar bertindak tegas terhadap PNI. Pers Belandapun membantu sikap ini.
Pada tahun 1929 pemerintah Hindia Belanda mulai melarang . Polisi dan tentara  memasuki organisasi ini, juga pegawai-pegawai sipil dari Departemen Perang dilarang. Meskipun demikian PNI berkembang terus. Ir. Sukarno bahkan menyatakan bahwa  Indonesia akan mencapai kemenangan bila perang Pasifik meletus.
Sementara itu tersebar desas-desus bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan. Pada tahun 1930 pemerintah Belanda percaya desas-desus ini dan memerintahkan penangkapan atas nama para pemimpin PNI di pusat maupun di cabang-cabangnya. Empat tokoh PNI, yaitu Ir.Sukarno, R. Gatot Mangkupraja, Maskoen Soemadiredja dan Soepriadinata, diajukan ke pengadilan Bandung. Ir. Sukarno kemudian dijatuhi hukuman pembuangan.
Dalam bulan April 1931 anggota-anggota PNI lain membubarkan organisasi ini, namun tidak semua anggota menyetujui tindakan ini. Sebagian mendirikan organisasi baru dengan nama Pendidikan Nasional Indonesia ( PNI-baru ) dipimpin Drs. Muhammad Hatta dan Syahrir, sebagian lagi mendirikan Partai Indonesia (Partindo) dipimpin Mr. Sartono. Kedua partai ini sepakat bahwa tujuan utamanya adalah kemerdekaan Indonesia, tetapi mereka berbeda dalam cara pencapaiannya. PNI baru menekankan perlunya pemimpin-pemimpin yang cakap berwibawa, dan jujur, sebab itu mementingkan pembentukan kader dan sebab itu pula nama organisasinya adalah Pendidikan Nasional Indonesia. Partindo ( Partai Indonesia ) tetap mementingkan pengerahan massa untuk mencapai maksud tersebut.
             Persolan bangsa  kita sekarang adalah  masalah kemiskinan  yang tidak teratasi dan tidak terencana . Di negara-negara maju  angkatan kerjanya pindah dari  sector pertanian ke sector industri kemudian ke jasa. Di Indonesia jika  dilihat  beberapa ciri penduduk pedesaan maupun perkotaan, maka tidak memungkinkan mereka  langsung  beralih ke sector industri, terlebih industri modern yang canggih. Yang terjadi adalah perpindahan dari pertanian ke sektor jasa sehingga yang muncul adalah penggususran di kota-kota besar. Jasa yang di hasilkan  tidak banyak memerlukan keahlian, pendidikan khusus atau latihan sehingga banyak penduduk desa secara berangsur pindah pekerjaan ke jasa angkutan, perdagangan kecil seperti pedagang kakilima, buruh bangunan, tukang becak, buruh pelabuhan dan pekerjaan umum lainnya. Akibatnya adalah terhambatnya kreatifvitas masyarakat dalam menghasilkan kapasitas produksi yang mempubyai nilai advantage. 
                 Apabila kecenderungan-kecenderungan mengenai prosses yang masih tetap  diwarnai dominasi peranan Negara, rakyat masih tetap menjadi konsumen pembangunan  dan masih adanya semangat “ Politik Etis”, ternyata benar maka sebenarnya proses pembangunan  kita sangatlah memprihatinkan. Oleh karena patut ditinjau kembali strategi dan paradigma pembangunan yang mampu membawa perubahan struktural maupun institusional.
       Simpulan

     Kebangkitan Nasional 100 tahun yang silam suatu momentum sejarah yang penting. Ia merupakan barometer sejarah yang penting dalam membangun Keindonesiaan kita ke depan .   Konsep perjuangan kaum pergerakan  mampu menerobos zaman yang belum terpikirkan di kala itu. Nilai-nilai kesetikawanan sosial  menjadi perekat dan spirit  dengan melawan arus zaman,. Ia tidak mengenal pahit getirnya penjara bahkan melawan moncong senjata  untuk  mengangkat harkat dan martabat bangsanya, sayangnya di alam kemerdekaan ini  nilai-nilai kejuangan mulai redup, seperti telah sehingga visi misi ke Indonesiaan kita di pertanyakan kembali.
       Satu Abad kebangkitan nasional semestinya  rumusan kebangsaan untuk menatasi kemiskinan   sudah harus jelas. Negara harus menumbuhkan nilai-inilai ksetkawanan sosial yang berbasis pada sektor pertanian dan perkebunan seperti    yang telah di rintis oleh para kaum pergerakan. Demokrasi akan menjadi mala petak jika kekuatan ekonomi tidak ada. Kehancuran negara berbagai suku bangsa di abad ke-21 karena tidak mampu melawan kemiskinan. Itulah sebabnya, kemandirian bangsa harus diteggakkan kembali.


    
Bibliografi
John O. Sutter.
                     1959. “Indonesianisasi Politics a Changing Economy, 1940-1950 Volume II.  The Indonesian Economi During The Revolution” Department of Far Eastrn Stdies Cornell University, Itaca New York Jilid.II
John O. Sutter.
                      1959. “Indonesianisasi Politics a Changing Economy, 1940-1950 Volume III. Sovereign Indonesia Strivers for a National Economy ” Department of Far Eastrn Stdies Cornell University, Itaca New York Jilid.II
John O. Sutter. 1959. “Indonesianisasi Politics a Changing Economy, 1940-1950 Volume II. Southeast Asia Program, Volume IV. Sovereign Indonesia Strivers for a National Economy: Political Attitudes Towards the Economy, Foreign Investment and Nationalization ” Department of Far Eastrn Stdies Cornell University, Itaca New York Jilid.II
Kahin, Audrey R
                     1990, Pergolakan Daerah pada awal Kemerdekaan. Jakarta: Grafiti.
Kahin, George Mc.Turnan
                     1995,  Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik  Nasionalisme dan  Revolusi Indonesia Jakarta: Universitas Sebelas Maret Press
Noegroho Notosusanto ,dkk. Sejarah Nasional Jilid VI