PENDIDIKAN NILAI ANAK USIA DINI


PENDIDIKAN NILAI ANAK USIA DINI



POKOK BAHASAN
1.           Pengertian Nilai dan Moral
2.           Macam-macam nilai
3.           Fungsi dan Kedudukan nilai
4.           Perkembangan Pendidikan Nilai
5.           Perkembangan moral Anak Usia Dini
6.           Nilai-nilai untuk Anak Usia Dini
7.           Pembelajaran nilai moral untuk Anak Usia Dini

PENILAIAN
1.           Kehadiran Perkuliahan
2.           Tugas individu dan kelompok
3.           Presentasi makalah
4.           Partisipasi dalam diskusi
5.           Ujian tengah semester
6.           Ujian  akhir semester

BUKU ACUAN :
1.         KRECH D,& CRUTCHFIELD, R(1962). INDIVIDUAL IN SOCIETY, TOKYO:Mc GRAWHILL KOGAKUSHA –LTD.
2.         KOHLBERG, L.(1997). THE COGNITIVE- DEVELOPMENTAL APPROACH TO MORAL EDUCATIONAL. ISSUE IN ADOLESCENT PSYCHOLOGY : NEW JERSEY:PRENTICE HALL.INC.
3.         LAWRENCE  E METCALF. (1971). VALUES EDUCATION. WASHINGTON, DC: A NATIONAL AFFILIATE OF THE NATIONAL EDUCATION ASSCOCIATION.
4.         LOUIS, F. RATHS. ET AL. (1966), VALUES AND TEACHING, COLOMBUS, OHIO : CHARLES E. MERRILL PUBLISHING CO.
5.         KOENTJARANINGRAT (1990). KEBUDAYAAN MENTALITAS DAN PEMBANGUNAN. JAKARTA : PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
6.         ROHMAT MULYANA.(2004). MENGARTIKULASIKAN PENDIDIKAN NILAI. BANDUNG: ALPABETA, CV..
7.         Br .Theo Riyanto. (2004). Pendekatan pembinaan watak usia dini . Diambil pada tanggal 4 April 2007, dari http://bruderfic.or.id/h-61/pendekatan-pembinaan-watak-usia-dini.httml
8.         Hasnawati. Pendidikan social untuk anak Usia Dini. Diambil pada tanggal 4 Juli dari http://talia.blog.m3-access.comp/
9.         Maria J Wantah. (2005). Pengembangan disiplin dan pembentukan moral pada anak usia dini. Jakarta : Dirjen Dikti.
10.     Masitoh. (2004). Strategi Pembelajaran Taman Kanak-kanak. Jakarta Pusat Penerbitan Universitas terbuka.
11.     Sofyan Sauri.( 2006). Agama menghadapi perubahan nilai.Internet. http://www.freelists.org/archives/ppi/07-2006/msg00076.html,
12.     Timo Teweng. (2005). Penanaman pendidikan nilai. Internet.http://www.freelists.org/archives/ppi/09-2005/msg00225.html.
13.     Teuku Ramli Zakaria. Pendekatan-pendekatan Pendidikan nilai dan Implementasi dalam pendidikan budi pekerti. Diambil pada tanggal 7 Juli 2007, Dari http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2001/08/31/014.html.
14.     Teuku Ramli Zakaria. Pendekatan-pendekatan Pendidikan nilai dan Implementasi dalam pendidikan budi pekerti. Diambil pada tanggal 10 Juli 2007, Dari http://www.depdiknas.go.it/jurnal/26/pedekatan-pendidikan-teukuramli.htm.
15.     Undang-Undang. (2003). Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 Tentang  Pendidikan Nasional
16.     Berten, K,(1999). Etika. Seri filsafat: Atmajaya 15, Jakarta. PT Gramedia.








BATASAN NILAI
Mengacu pada makna etimologis, kata nilai berasal dari bahasa inggris Value yang diturunkan dari kata latin Valere yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang di pandang baik, disukai dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang.

FUNGSI NILAI
1.           Sebagai penunjuk arah, pemandu dan pemersatu
2.           Sebagai benteng perlindungan
3.           Sebagai pendorong dan penuntun orang untuk berbuat baik.

FRANKEL .
Nilai adalah standar tingkah laku keindahan, keadilan, kebenaran dan efisiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya dijalankan dan dipertahankan.

KRECH.
Nilai adalah keyakinan tentang apa yang diinginkan atau sesuatu yang baik seperti halnya kebebasan berbicara dan apa yang tidak diinginkan atau yang buruk seperti ketidakjujuran nilai mencerminkankebudayaan suatu masyarakat dan di amalkan secara luas oleh anggot masyarakat pemilik kebudayaan tersebut. Jika seorang individu menerima suatu nilai untuk dirinya boleh jadi menjadi suatu tujuan yang berguna untuk dirinya.

Nilai menurut Frankel maupun Krech pada prinsipnya menekankan pada sisi kebaikan yang mana bila dijalankan akan bermanfaat bagi yang menjalankannya, dalam hal ini masyarakat pendukung nilai atau masyarakat penganut nilai bersangkutan, sehingga dalam prakteknya sebagai standar atau pengendali perilaku masyarakat secara umum.





KOENTJARANINGRAT.
Pengertian sistim nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus dipandang mereka sangat bernilai dalam hidup, sehingga system nilai suatu budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.

Batasan nilai yang dikemukakan Koentjaraningrat tidak jauh berbeda dengan Frankel dan Krech, karena Koentjarningratpun menekankan sistim nilai sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Nilai menjadi panduan dengan sendirinya nilai secara substansial memberikan hal-hal yang baik dan mulia yang patut dijalankan oleh penganut nilai bersangkutan.

KONSEP UMUM MENGENAI NILAI.
Nilai merupakan ukuran atau konsepsi tentang baik buruknya tingkah laku yang telah berlangsung dalam kehidupan masyarakat.
Nilai merupakan pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat dimana sistim nilai tidak hanya mempengaruhi tingkah laku dan tindakan seseorang melainkan lebih jauh dari pada itu menjadi dasar untuk mencapai tujuan hidupnya.
Pada tataran ini nilai dan konsep nilai budaya suatu masyarakat diwariskan untuk dilestarikan sebagai identitas budaya masyarakat bersangkutan.

Nilai adalah standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana kita hidup, dan bagaimana kita memperlakukan orang lain.
Tentu saja nilai-nilai yang baik bisa menjadikan orang lebih baik, hidup lebih baik, dan memperlakukan orang lain secara lebih baik.

“Nilai” yang benar dan diterima secara universal adalah nilai yang menghasilkan suatu perilaku, dan perilaku itu berdampak positif baik bagi yang menjalankan maupun bagi orang lain.
Inilah prinsip yang memungkinkan tercapainya ketentraman atau tercegahnya kerugian atau kesusahan.
Inilah sesuautu yang membuat orang lain senang atau mencegah orang lain sakit hati.
Nilai adalah suatu kualitas yang dibedakan menurut :
1.         Kemampuan untuk berlipat ganda atau bertambah meskipun sering diberikan kepada orang lain.
2.         Kenyataan bahwa makin banyak nilai diberikan  kepada orang lain, makin banyak pula nilai serupa yang dikembalikan dan diterima dari orang lain.