RELEVANSI CINTA SEBAGAI MODAL BISNIS RASULULLAH
Oleh :
Adi Mochamad Priyanto ( Siswa Kelas XII IPS SMA Plus Muallimin Persis )
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Siklus kehidupan Manusia tidak akan lepas dari kebutuhan untuk menunjang kehidupannya, baik kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier sekalipun. Salah satu kegiatan yang fenomenal dan presentatif agar terpenuhinya hal itu adalah berbisnis.
Wikipedia bahasa Indonesia (2011) mendefinisikan, bisnis dalam ilmu ekonomi adalah suatu organisasi yang menjual barang dan jasa kepada konsumen, atau bisnis lainnya untuk mendapatkan keuntungan. Secara historis,kita tahu bahwa dunia pernah memiliki seorang businessman yang luar biasa hebatnya, yaitu Rosulullah Saw. Alokasi beliau dalam berbisnis pun lebih lama dibandingkan dengan berdakwah, yaitu 25 tahun. Ini menjadi sebuah indikasi bahwa kegiatan berbisnis sudah dibudayakan sejak zaman dulu dan menjadi kegiatan yang presentatif dalam mencari keuntungan. Dan dalam waktu 25 tahun itu Rosulullah berhasil membangun kerajaan bisnisnya.
Semua itu bisa dilalui beliau dengan gemilang, lantaran energi cinta yang menjadi modal dasar dan utama beliau, selalu beliau pelihara hingga Allah memanggilnya; cinta pada diri sendiri, cinta pada pekerjaan, cinta pada konsumen, cinta pada bawahan, cinta pada pimpinan, cinta pada pesaing, hingga cinta pada Allah Swt.
Cinta merupakan segala sesuatu yang dilakukan, pengorbanan yang dibuat, pemberian diri, seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya ke dunia. Maka apa jadinya bila bisnis tanpa warna cinta didalamnya, semua itu hanya akan menjadi nihil tanpa makna. Dunia bisnis akan penuh dengan kecurangan, kejahatan dan kebohongan serta persaingan yang tidak sehat dan menghalalkan segara cara dengan alasan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan alasan tersebut banyak orang melakukan kegiatan berbisnis dengan segala macam cara tanpa memperhatikan halal dan haramnya. Padahal ketika sesuatu yang kita kerjakan telah melanggar ketentuan Allah, maka tidak ada berkah didalamnya. Dan yang akan didapatkan dari gaya bisnis seperti itu, hanyalah orang-orang berharta yang miskin hatinya. Maka tak heran jika belakangan ini, banyak kasus-kasus kejahatan dalam dunia bisnis, baik dalam skup Lokal maupun Global, baik dalam segi transaksi atau pun barang yang diperdagangkan yang tentunya merugikan banyak pihak, terutama konsumen. Misalnya, bahaya susu formula akibat bakteri, penipuan dan kasus lainnya yang lumayan miris unntuk didengar. Hal ini terjadi dikarnakan tidak dikaitkan prinsip cinta dan kasih saying dalam bisnisnya, sehingga tidak memperhatikan kepentingan orang lain, baik relasi maupun konsumen karena terlalu sibuk memikirkan keuntungan.
Rosulullah Saw. memrintahkan kepada ummatnya agal selalu memulai sesuatu dangan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Jika penulis analisa, perintah diatas mengandung ajaran cinta dan kasih saying yang luar biasa, sebagaimana yang termaktub dalam sifat Allah Swt.
Namun paradigm berfikir para pembisnis sekarang selalu mengklaim bahwa modal bisnis yang paling utama adalah uang. Padahal uang bukanlah sesuatu yang menjadi proritas utama dalam menjalankan bisnis. Bos Primagama, Prudie E.Chandra (2010 : 108) mempopulerkan jurus jitu dalam berbisnis, jika seseorang tidak memiliki modal untuk memulai bisnisnya. Jurus tersebut dikenal dengan BODOL (Berani, Optimis, Duit, Orang Lain). Konsep ini ternyata uang tidak selalu memjadi prioritas utama dalam memulai bisnis, dan apabila dikorelasikan dengan cinta dan kasih saying maka akan tercipta suatu konsepsi bisnis yang luar biasa.
Relevansi cinta sebagai modal bisnis ternyata sangat berpengaruh terhadap proses sirkulasi guna tercapainya kesuksesan dalam berbisnis. Sehingga tidak terjadi berbagai kejahatan ataupun kecurangan dan kebohongan dalam dunia bisnis. Karena dengan cinta dan kasih saying yang diaplikasikan dalam bisnis tersebut akan memberikan pengaruh positif serta harmonisasi antar pihak-pihak yang terkait didalamnya, serta akan tercipta kegiatan bisnis yang didasari kejujuran.
Melihat fenomena diatas, penulis terisnpirasi untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang masalah itu, yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, dengan memberi judul “ RELEVANSI CINTA SEBAGAI MODAL BISNIS RASULULLAH ”. Penulis berharap apa yang dibahas didalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, bisa memberikan manfaat terutama untuk kalangan Bisnisman, serta bisa mencintai bisnis sebagaimanna Rosulullah mencintainya.
- Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini guna untuk membatasi pembahasan yang akan penulis bahas, adalah sebagai berikut :
1. Apa Hakikat Cinta ?
2. Apa Hakikat Bisnis ?
3. Bagaimana relevansi Cinta sebagai modal bisnis Rasulullah ?
- Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan Penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui hakikat Cinta.
b. Untuk mengetahui hakikat Bisnis.
c. Untuk mengetahui relevansi cinta sebagai modal bisnis Rasulullah.
2. Kegunaan Penelitian
Serta yang menjadi kegunaan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk menambah wawasan penulis tentang metodologi bisnis Rosulullah yang bermodalkan Cinta.
b. Untuk mencoba memberikan informasi kepada para pembisnis tentang apa yang penulis bahas.
- Metode Penelitian dan Penulisan
1. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penyusuna karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adala metode penelitian kepustakaan (Library Rsearch), yaitu melakukan penelusuran terhadap buku – buku, dokumen – dokumen, serta referensi lainya yang relevan dengan masalah yang penulis bahas dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, yang terdiri dari dua sumer :
a. Sumber Primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan masalah yang dibahas.
b. Sumber Sekunder, yaitu buku – buku atau dokumen – dokumen lain, yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas.
2. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan penulis gunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah metode penulisan Deskriftif, yaitu penulis mencoba mendiskripsikan masalah yang dibahas dari hasil penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
- Pengertian dan Hakikat Cinta
1. Pengertian Cinta
Selama ribuan tahun perjalanan kehidupan manusia, terdapat sesuatu yang hingga saat ini begitu memikat manusia. Sesuatu yang kehadirannya mampu menumbuhkan bunga–bunga keindahan. Sesuatu yang kedatangannya menghamparkan perasaan sejuk dan damai. Sesuatu itu adalah Cinta.
Sungguh tidak bisa dibayangkan, apabila dunia ini tidak ada warna cinta didalamnya. Hati manusia menjadi keras dan kaku, jiwanya gersang, dan hubungan yang terjalin dengan sesama akan terasa hambar. Dunia pun akan kehilangan pesonanya.
Secara etimologis, kata cinta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu citta yang berarti yang selalu dipikirkan, disenangi, dan dikasihi.berangkat dari term ini, lantas dalam bahasa Indonesia seperti yang didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa kata cinta dapat berarti suka sekali, sayang benar, kasih sekali, terpikat, ingin sekali, berharap sekali, atau khawatir. Sedangkan secara psikologos, cinta adalah perasaan khusus yang menyangkut kesenangan terhadap atau melekat pada objek, cinta berwarna emosional apabila muncul dalam pikiran dan dapat membangkitkan kaseluruhan emosi primer, sesuai dengan emosi dimana objek itu terletak.
Cinta sebenarnya sulit untuk diungkapkan atau didefinisikan. Sebab, jika didefinisikan akan membatasi ruang lingkupnya. Cinta dapat dirasakan oleh setiap individu, tetapi tidak menjamin masing – masing individu mampu mengungkapkannya dalam bahasa verbal.
Cinta merupakan terjemahan dari bahasa Inggris love, atau dari bahasa Arab al-hubb atau al-mahabbah. Kata mahabbahsebagaimana yang disebut al-Hujwiri, dalam kitabnya Kasyf Al-Mahjub, berasal dari kata habbah, berarti benih-benih yang jatuh di padang pasir. Diartikan demikian, karena ia merupakan sumber kehidupan; sebagaimana benih yang ditebar di gurun pasir, lalu menyelusup ke dalam tanah.
Cinta adalah sesuatu yang amat bermakna bagi kehidupan ini. Laksana sihir, ia begitu merangkap. Siapapun yang terjebak dengan cinta, dia akan menjumpai kehidupan yang luar biasa indahnya, dan secara bersamaan, lenyaplah pandangan negatif dari dirinya terhadap segala sesuatu. Cinta adalah energi yang mahadahsyat, laksana lampu raksasa, ia telah menerangi setiap hati manusia. Cinta adalah energi yang mampu mengubah orang lemah menjadi kuat, orang pelit menjadi dermawan dan orang keras menjadi lembut. Cinta menyinarkan keletihan, cinta juga membuat orang sabar dalam penderitaan.
Cinta membuat orang menjadi kreatif. Karena ada cinta, maka lahirlah karya sastra yang luar biasa; puisi, cerita, lirik lagu, juga film. Cinta juga mengandung energi dahsyat yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk memperoleh apa yang dicintainya. Cinta sendiri hanya mengenal kata memberi, bukan meminta. Maka kepada siapapun yang kita cintai, kita hanya berfikir bagaimana caranya kita memberikan sesuatu kepadanya.
Cinta adalah fondasi yang tertanam jauh di dalam tanah, dan perbuatan kita ibarat bangunan yang tampak dari luar. Seperti fondasi, cinta itu tidak tampak di permukaan, tetapi memiliki peran yang signifikan atas segala hal yang terlihat dalam pandangan. Tidak ada bangunan yang bisa berdiri tegak, tanpa fondasi yang tegak didalamnya. Dan tidak ada sesuatu yang bisa tumbuh subur pada batas yang maksimal, jika tidak dilandasi oleh cinta. Baik itu pekerjaan, pendidikan, karir, hubungan sosial, dan lain sebagainya. Pada titik puncaknya, cinta juga menjadi penyokong hadirnya kebahagiaan dalamm hidup kita.
Seberapapun banyaknya harta kekayaan yang telah kita peroleh, seberapapun tingginya jabatan yang kia duduki, seberapapun tingkat intelektualitaskita. Tanpa cinta, maka semua itu menjadi tidak bermakna dan terasa hambar tidak berarti.
Kita boleh memiliki harta yang melimpah, memiliki gedung pencakar langit, bahkan memiliki plau sekalipun. Namun jangan pernah bermimpi bisa merasakan nikmatnya hidup ini apabila cinta tidak bersemayam dalam diri kita. Tidak sedikit para petinggi negara yang frustasi, tidak sedikit para konglomerat yang stres, dan tidak sedikit pula para cendikia yang mengalami kehidupan dengan tragis, dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak intelektual, semua itu terjadi karena tidak ada lagi sisa cinta yang melekat dalam dirinya.
Kaitannya dengan orang lain, cinta seorang businessmankepada relasinya, merupakan aspek yang tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Karen cinta merupakan perasaan manusia yang alalmi. Setiap manusia selalu menyimpan perasaan itu dan selalu tertarik kepadanya. Manusia terus menerus membutuhkan cinta dan kasih sayang, ketika beban hidup mengalahkannya, malapetaka itu menimpa jiwanya dan ketika ia dipenuhi kepedihan, sinar harapannya berhenti menyinari jiwanya. Pada saat itu, kehausan manusia kepada cinta sangat meningkat. Kehausan itulah yang menerangi hati manusia dengan harapan kelegaan dan kelapangan. Pada saat itu, ia tidak akan dapat menjamin ketentraman dan ketenangan dalam hati nuraninya kecuali dalam naungan cinta.
Islam sangat menghargai cinta, dalam ajaran islam, kasih sayang yang ditunjukkan kepada orang lain dinilai pahala, dengan mengasihi orang lain sesungguhnya dia juga mengasihi dirinya sendiri, karena apabila seseorang menganugerahkan perasaan cinta itu kepada orang lain, dia pun akan mengalami hal yang serupa.
Tak bisa dipungkiri, kesuksesan Rasulullah Saw. tidak bisa lepas dari paradigma cinta yang meliputi jiwa beliau; cinta yang tulus atas pekerjaan. Cinta telah membuahkan kerja keras dan ketekunan yang mengagumkan pada diri Rasulullah Saw. Cinta yang tulus kepada para pelanggan melahirkan pelayanan Rasulullah Saw. kepada semua stakeholder-nya demikian sangat mengesankan. Dengan paradigma cinta inilah, Rasulullah Saw. berhasil mencapai titik kesuksesan yang sesungguhnya dengan gemilang dan cemerlang. Tidak hanya harta materi yang diperoleh beliau, tapi cinta dan persahabatan dari para pelanggannya pun berhasil beliau genggam. Sesuatu yang sangat tidak mungkin ditukan dengan uang sebesar apapun.
Dalam hidupnya, Rasulullah dikenal sebagai pribadi yang penuh cinta dan kasih sayang. Tidak pernah sekalipun beliau menyakiti seseorang. Sebaliknya, teramat banyak kisah yang melukiskan besarnya cinta Rasulullah kepada sesama. Bahkan epada orang yang jelas telah melukai perasaannya, beliau tetap saja menunjukkan rasa kasih sayangnya yang amat besar.
2. Hakikat Cinta
Dalam berbisnis, kita sering lupa bahwa realitas di lapangan, yang kita hadapi setiap hari, adalah manusia, buka mesin robot ataupun computer. Bukankah sukses ataupun tidaknya kita berbisnis, banyak bergantung dari dukungan orang. Terlebih orang yang ada di sekitar kita. Jika mereka mencintai kita, tentu mereka akan dengan sepenuh hati memberikan segalanya untuk kita. Begitu pun sebaliknya, ketika kita mencintai mereka, kita akan memberikan pelayanan yang maksimal kepada mereka.
Betapa pun hujan turun mengguyur, matahari membakar, dingin menerpa, biji – biji itu tidak rusak oleh perubahan musim. Melainkan akan tumbuh, merekah, berbunga dan berbuah. Demikian dengan cinta sejati. Dalam literature keislaman, untuk penentuan indicator hubb atau mahabbah lebih jauh, maka dapat ditelusuri akar kata dari kata hubb atau mahabbah itu sendiri. Setelah menelaah akar kata hubb, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (2010 : 89) menemukan lima pengertian etimologi, yaitu :
a. Habab (al-asnan) yang berarti jernih (shafa) dan putih (baydla’), seperti putihnya gigi. Cinta memerlukan kejernihan dan kesucian dari hati yang terdalam. Secara lazim cinta yang tidak jernih dan suci itu bukan cinta yang abadi. Karena cintanya dimotivasi oleh nafsu birahi atau nafsu erotik. Jika keduanya terpenuhi, maka cintanya memudar. Demikian juga, jika segala sesuatu yang mendorong tumbuhnya nafsu birahi hilang atau rusak, seperti wajah menua dan menjadi buruk rupa, maka cinta pun ikut mengkikis dan mengkerut seperti kerutan wajah yang terlihat.
b. Habab (al-ma’) yang berarti luapan (‘uluw) dan nampak jelas (zhuhur), seperti air yang meluap ketoka hujan deras. Cinta yang bersemi cenderung meluap-luap atau meledak-ledak yang sulit dibendung. Ketika cinta bersemi, maka segala rintangan dan hambatan akan dilalui. Semakin kuat rintangan yang dihadapi, maka semakin kuatlah usaha untuk melaluinya. Bahkan cinta seperti itu bias menepis segala yang berbau logika, tidak kenal waktu, bahkan tidak perduli akibat buruk yang akan dihadapi.
c. Habb (al-ba’ir) yang berarti tetap teguh (luzum) dan konsisten (tsabat), sepeti keengganan unta yang tidak mau berdiri ketika duduk. Cinta sejati memerlukan keteguhan hati dan konsistensi, tidak ragu, apalagi menduakannya. Seseorang yang berpetualang cinta umumnya tidak menemukan esensinya. Sebab ia telah membagi atau berpindah-pindah dari satu cinta menuju cinta yang lain. Rasa cinta yang bersemi perlu dipupuk dengan I’tikad yang kuat untuk menuju kepada keabadian.
d. Habab (al-qalb) yang berarti relung (lubb) hati yang paling dalam. Relng hati merupakan asal cinta yang sesungguhnya. Cinta bukan berasal dari mata lalu turun ke hati, melainkan dari hati lalu memancar ke mata. Cinta yang sejati bukan dari ujung rambut ke ujung kaki, melainkan dari ujung hati yang paling dalam lalu memantulkan ke seluruh tubuh. Cinta bukan melalui kata-kata yang indah, keelokan wajah, gemerlapan harta, dan ketinggian kedudukan, melainkan melalui ketulusan dari lubuk hati yang paling dalam. Cinta yang tumbuh dari relung hati merupakan ekspresi dari fitrah manusia yang suci. Cinta mengambil alih totalitas emosi manusia, sehingga tidak ada ruang atau relung hati yang kosong untuk yang lain selain yang dicintainya.
e. Hibb (al-ma’a) yang berarti menjaga (hifzh) dan menahan (imsak), seperti air yang tertahan di dalam bejana. Cinta perlu pemeliharaan dengan berbagai sarana, baik fisik maupun psikis, agar ia tetap tumbuh subur dan tidak habis-habis. Penggapaian cinta bukan berarti mengabaikan unsur-unsur yang menopangnya, seperti merawat wajah, dan juga perlu serta memberi nafkah lahir dan batin. Cinta juga perlu pengorbanan dengan cara menahan diri dari berbuat sesuatu yang merusaknya. Tanpa pengorbanan maka cintanua dipertanyakan.
Kemudian Jamea P. Chaplin (2010 : 90), seorang penulis Kamus Psiikologi mengkodifikasi arti cinta dalam lima definisi, yaitu :
a. Cinta adalah satu perasaan kuat penuh kasih sayang atau kecintaan terhadap seseorang, biasanya disertai satu komponen seksual.
b. Cinta adalah satu sentimen dengan sifat karakteristik dominant yaitu satu perasaan kuat penuh kasih sayang.
c. Cinta berasal dari psikoanalisa, naluri libidinal atau erotis yang mencari kepuasan atau pemuas pada satu objek.
d. Cinta menurut Waston, dengan kekuatan dan kemurkaan, salah satu dari ketiga emosi primer akan menjadi sifat asli.
e. Cinta dari pendekatan religius, adalah satu kualitas spiritual dan mistik yang mempersatukan individu dan tuhan.
Imam Al-Ghazali (2010 : 91) mengartikan cinta sebagai suatu kecondongan naluri kepada sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan di dalam Kamus Istilah Fikih, cinta didefinisikan dengan ruangan tanpa batas dan tanpa cakrawala. Ia harus dibedakan dengan perdamaian.
Cinta adalah kebebasan yang tidak satu pun hokum alam yang mampu mencegahnya. Ia seperti deras air, memburu muara, dan laut adalah tujuan akhir setelah melalui perjalanan panjang. Cinta adalah ketertarikan hati dan mendapat kepuasan yang dicintai, dengan tanda selalu terkenang, bersedia berkorban, perhatian yang melimpah, selalu bersemangat, dan menyenangi segala sesuatu yang datang dari yang dicintainya. Cinta bersifat timbale balik. Mencintai tumbuh-tumbuhan, binatang, lingkungan, benda-benda semuanya diperintahka, apalagi mencintai Allah dan RasulNya, serta sesama manusia.
Al-Alusi (2010 : 91)mengklasifikasikan cinta dalam beberapa tingkatan. Antara lain sebagai berikut :
a. Hawa nafsu.
b. Al-‘alaqah, yaitu perasaan cinta yang sudah menetap didalam hati.
c. Al-Khalaf, yaitu perasaan cinta yang sangat dahsyat.
d. Al-Isyqu, yaitu sebutan cinta yang melebihi takaran yang semestinya.
e. Assya’af, yaitu terbakarnya hati dibarengi perasaan nimkmat didalamnya.
f. As-Syaqaf, yaitu perasaan cinta yang meluap-luap.
g. Al-Jawa, yaitu perasaan nafsu yang mendalam.
h. Al-‘Aitamu, yaitu perasaan cinta yang sampai meracuni orang.
i. Attadullah, yaitu hilangnya akal karena cinta.
j. Al-Huyyum, yaitu tekanan nafsu cinta yang amat kuat, bahkan smpai membunuh orang.
Berbeda dengan Al-Alusi, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (2010 : 89 ) dalam salah satu bukunya, menunjukkan sepuluh kualitas atau peringkat cinta, yaitu :
a. cinta al-Alaqah, yaitu cinta karena ada rasa ketergantungan kalbu pada sang kekasih. Orang yang cinta akan bergantung pada banyak hal. Hati dan jiwanya tergantung, harta bendanya tergantung, cita-cita dan harapan masa depannya tergantung, waktu dan tempatnya tergantung, dan semuanya menjadi tergantung. Ketergantungan tersebut diisyaratkan oleh Rasulullah Saw. seperti ketergantungan kalbu seseorang pada masjid (programnya), yang mana di akhirat kelak ia mendapat naungan yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Sebagaimana yang termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah.
“ Ada tujuh golongan yang mendapat naungan Allah dimana hari itu tidak ada naungan kecuali naunganNya…seseorang yang hatinya bergantung (cinta) pada (kegiatan) masjid…”
b. Cinta al-Iradah, yaitu cinta karena ada tendensi atau keinginan kalbu serta menuntut sesuatu pada sang kekasih. Cinta cenderung menuntut pada sang kekasih agar perasaan, perhatian dan dirinya diberikan kepada sang pencinta. Kualitas cinta seperti itu diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Syu’ara ayat 20, yaitu :
c. Cinta al-Shababah, yaitu cinta yang mana hati tercurahkan pada apa yang dicintai, sehingga dirinya tidak mampu mengendalikannya. Curahan hati itu ibarat curahnya air ke tempat yang lebih rendah. Shababah juga diartikan dengan kecenderungan yang menetap. Artinya hatinya telah cenderung pada satu objek yang menetap, sehingga tidak mungkin berpaling pada objek yang lain. Hal ini diisyaratkan dalam Firman Allah Swt. sebagai berikut :
أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا
“ Sesungguhnya Kami benar - benar telah mencurahkan air (dari langit). “ (QS.’Abasa [80]:25).
d. Cinta al-Gharam. Dalam bahasa Arab, kata gharam memiliki arti syiddah al-hubb (sangat cinta). Ia memiliki akar kata yang sama dengan maghram(hutang yang harus dilunasi). Orang yang bercinta lazimnya banyak berkorban, sehingga uangnya habis untuk menyenangkan sang kekasih. Karenanya orang yang bercinta identik dengan gharam (orang yang banyak hutang), yang mana hutangnya wajib dilunasi. Demikian juga, orang yang bercinta biasanya menggadaikan atau menghabiskan rasa cintanya kepada sang kekasih, sehingga tidak tersisa sedikitpun rasa cinta pada dirinya sendiri. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah gharamadalah cinta yang kekal di dalam hati yang tidak dapat dipisahkan. Begitu kekalnya sehingga Allah Swt. mengibaratkan siksa neraka bagi gharam karena penghuninya kekal di sana.
e. Cinta al-Widdad atau al-Muwaddah, yaitu kemurnian, ketulusan, dn kedalaman cinta. Kata al-Widdad bermula dari makna cinta, harapan, kelapangan dan kekosongan. Seseorang yang hatinya dipenuhi al-Widdad, maka dadanya lapang dan membuka diri untuk memberi harapan pada orang lain. Karena di dadanya penuh dengan cinta dan kosong dari hal-hal yang buruk. Widad (al-Wadud) merupakan salah satu Asma Allah Ta’ala yang berarti dicintai (al-Maudu)dan mencintai (a-Wad).
f. Cinta al-Syaghaf, yaitu cinta yang telah sampai pada kedalaman hati. Dalam Kamus Lisan Arab, Syaghaf memiliki arti penutup hati atau salah satu jenis penyakit di dalam lambung. Sedangkan menurut Al-Kufi, syaghaf merupakan salah satu nama kalbu, yang merupakan tempat cinta kepada pekerti yang baik. Tetapi Syaghaf di sini lebih diartikan sebagai endocathection -yang menurut murray- adalah keasyikan dengan perasaan dan pikiran sendiri.
g. Cinta al-Isyq, yaitu cinta yang mengasyikan. Secara etimologi kata al-Isyqmemiliki arti benih kuning yang melingkar pada pohon, atau penghabisan. Seseorang yang keasyikan adalah ang sedang dimabuk cinta, yang mana cintanya lengket dan habis karenanya. Berdasarkan arti tersebut, maka isyq memiliki arti cinta penghabisan atau cinta yang telah mencapai puncaknya.
h. Cinta al-Tatayyum, yaitu cinta yang disebabkan oleh rasa penghambaan dan menghinakan diri. Cinta ini dilukiskan seperti cinta anak kepada orangtuanya, ang mana terdapat unsure pengabdian dan merendahkan diri. Meskipun cnta seperti itu membangkitkan rasa dedikasi, namun tidak seperti dedikasi dalam beribadah kepada Allah. Dedikasi ini terjadi arena ada hubungan dekat, seperti hubungan keluarga, ikatan organisasi dan patriotisme.
i. Cinta at-Ta’abbud, yaitu cinta di mana seseorang merasa bahwa ia dimilki oleh orang yang dicintai, sehingga tdak tersisa sedikitpun dari dirinya, baik lahir maupun batin. Menurut Ibnu Taimiyyah, hakkatpenghambaan adalah puncah dari cinta, yang dipotong oleh cinta yang sempurna disertai dengan menghinakan diri untuk tunduk sepenuhnya kepada yang dicintai. Demi cinta ta’abbud-nya, ia rela bertemu atau berpisah pada cinta gharamatau isyq-nya.
j. Cinta al-Khallah, yaitu cinta di mana ruh telah menyatu, sehingga tidak ada ruang yang kosongbagi yang lain. Cinta ini hanya dimiliki oleh nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad, sehingga keduanya disebut al-khalil. Firman Allah :
وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
“ Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kecintaan-Nya. “ (QS. An-Nisa [4] : 125).
Dari sederetan definisi cinta diatas, ternyata seorang pecinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka, yaitu member. Terus menerus member. Dan selamanya begitu. Mungkin juga mereka menerima, atau bisa juga pasti. Tapi itu hanya efek dari apa yang mereka berikan.
Itu juga yang membedakan para pecinta sejati dengan para pecinta palsu. Jika mencintai dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cinta adalah apa yang anda berikan kepadanya, untuk membuat kehidupannya menjadilebih baik.
Parapecinta sejati tidak suka berjanji. Tetapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana member. Kemudian mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi member melahirkan kepercayaan.
Cinta adalah sebuah karya dalam dunia yang kecil, bersembunyi dengan manis disetiap hati manusia, akan menyerbak dengan harum ketika sentuhan kecil itu menyentuh hati tanpa ragu, sehingga melupakan waktu saat mencintai seseorang. Lebih lanjut cinta adalah rahmat yang diberikan saat pertama kali bernafas di dunia, bersama hembusan kasihnya menemani karpet merah kehidupanmu.
Maka apalah artinya, kita menduduki jabatan tinggi, namun hati kita dirundung oleh perasaan yang tidak menentu dan hampa. Apalah arti harta yang melimpah dan karir yang gemilang serta bisnis yang maju, jika semua itu kita jalani dengan rasa yang hambar tanpa makna cinta didalamnya. Oleh karenanya, setelah penulis paparkan hakikat cinta diatas, mudah-mudahan dapat lebih mengerti dan paham tentang urgrnsinya bagi kehidupan, bagi kesuksesan, kejayaan dan bagi bisnis.
- Pengertian dan Hakikat Bisnis
1. Pengertian Bisnis
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan (Wikipedia : 2011).
Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk padabadan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
2. Bentuk Dasar Pemikiran Bisnis
Meskipun bentuk kepemilikan bisnis berbeda-beda pada setiap negara, ada beberapa bentuk yang dianggap umum:
a. Perusahaan perseorangan: Perusahaan perseorangan adalah bisnis yang kepemilikannya dipegang oleh satu orang. Pemilik perusahaan perseorangan memiliki tanggung jawab tak terbatas atas harta perusahaan. Artinya, apabila bisnis mengalami kerugian, pemilik lah yang harus menanggung seluruh kerugian itu.
b. Persekutuan: Persekutuan adalah bentuk bisnis dimana dua orang atau lebih bekerja sama mengoperasikan perusahaan untuk mendapatkan profit. Sama seperti perusahaan perseorangan, setiap sekutu (anggota persekutuan) memiliki tanggung jawab tak terbatas atas harta perusahaan. Persekutuan dapat dikelompokkan menjadi persekutuan komanditer dan firma.
c. Perseroan: Perseroan adalah bisnis yang kepemilikannya dipegang oleh beberapa orang dan diawasi oleh dewan direktur. Setiap pemilik memiliki tanggung jawab yang terbatas atas harta perusahaan.
d. Koperasi: adalah bisnis yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya. Karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain adalah anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.
3. Macam - Macam Bisnis
Bisnis terdiri dari berbagai macam tipe, dan, sebagai akibatnya, bisnis dapat dikelompokkan dengan cara yang berbeda-beda. Satu dari banyak cara yang dapat digunakan adalah dengan mengelompokkan bisnis berdasarkan aktivitas yang dilakukannya dalam menghasilkan keuntungan.
a. Manufaktur adalah bisnis yang memproduksi produk yang berasal dari barang mentahatau komponen-komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contoh manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa.
b. Bisnis jasa adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible, dan mendapatkan keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contoh bisnis jasa adalah konsultan dan psikolog.
c. Pengecer dan distributor adalah pihak yang berperan sebagai perantara barang antara produsen dengan konsumen. Kebanyakan toko dan perusahaan yang berorientasi-konsumen adalah distributor atau pengecer. lihat pula: Waralaba
d. Bisnis pertanian dan pertambangan adalah bisnis yang memproduksi barang-barang mentah, seperti tanaman atau mineral tambang.
e. Bisnis finansial adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi dan pengelolaan modal.
f. Bisnis informasi adalah bisnis menghasilkan keuntungan terutama dari pejualan-kembali properti intelektual (intelellectual property).
g. Utilitas adalah bisnis yang mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik dan air, dan biasanya didanai oleh pemerintah.
h. Bisnis real estate adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan dengan cara menjual, menyewakan, dan mengembangkan properti, rumah, dan bangunan.
i. Bisnis transportasi adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan cara mengantarkan barang atau individu dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain.
4. Hakikat Bisnis
Ruthsimatupang (2011) mendeskripsikan tentang hakikat dari sebuah bisnis, bahwa :
Hakikat Bisnis Adalah Kebutuhan Manusia yang berupa barang dan jasa yang harus terpenuhi kebutuhannya dengan usaha mendapatkan alat pembayarannya yaitu uang atau tukar-menukar barang (barter) yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak.
Melihat deskripsi diatas, ada beberapa kodifikasi tentang pengertian dari bisnis yang relevan dengan hakikat bisnis di atas, yang dikemukakan oleh Sukmadi (2010), yaitu :
Pertama, Bisnis adalah kegiatan untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang-barang dan jasa-jasa untuk kepentingan bersama, baik bagi produsen, konsumen atau penjual dan pembeli.
Kedua, Bisnis adalah aktivitas untuk memberikan gambaran perihal laba. Adapun laba itu sendiri merupakan selisih antara penghasilan terhadap biaya-biaya yang dibebankan.
Untuk mencapai laba, jalan yang ditempuh beranekaragam sehingga bisa dilihatdari jalan tersebut, bisnis itu mempunyai norma-norma sendiri. Dan jalan tersebut dikelompokkan kepada 4 kelompok, yaitu Industrial Business, Trading Business, Service Business dan Facilitation Business.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Hubungan Cinta dalam Dunia Bisnis
Cinta bagaikan tanaman yang harus dipelihara dan dirawat, jika tidak demikian maka akan mati dan layu. Kadang kita melihat atau mendengar pernikahan yang bak dongeng, pangeran tampan berkuda putih menikah dengan putri yang cantik jelita, tapi ternyata hanya seumur jagung karena cinta keduanya telah hilang. Dalam berbisnis menumbuhkan cinta itu perlu, merawat cinta itu penting.
Cinta itu adalah segala sesuatu yang Anda lakukan, pengorbanan yang dibuat, pemberian, seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya ke dunia. Belajarlah untuk mencintai pelanggan, mencintai pesaing, mencintai bawahan serta mencintai produk. Mencintai profesi kita sebagai pengusaha, sebagai wirasuasta, sebagai entrepreneur.
Cinta dalam berbisnis hendaknya bukan karena silau akan gemerlap dunia. Ingin menjadi orang kaya dan memamerkan harta, tetapi Karen ingin membangun perekonomian ummat dan mendapat ridha Allah Swt. Manusia berusaha, Allah yang menentukan. Akan ada saat dimana malam berganti pagi, gelap berganti terang.
Ingatlah selalu kepada beberapan pedoman, bahwa jika niat baik, maka Allah akan menilainya sebagai ibadah. Termasuk berbisnis juga adalah ibadah. Jika segala sesuatunya diniatkan karena Allah Swt. semata, maka akan dianti dengan pahala.
Ingatlah juga, ketika cinta sudah berbicara, hati akan melekat disana. Ketika cinta sudah mulai hilang di dalam dunia bisnis, bisnis pun tinggal menunggu kehancurannya. Salah satu ujung tombak bisnis adalah jualan, dodolan, marketing. Dan sejarah pun membuktikan, perusahaan yang sukses selalu jualan, dodolan dan memamerkan produknya dengan cinta. Sehingga halangan apa pun yang menimpanya tidak akan dihiraukannya. Cinta telah mengalahkan segala rintangan yang ada di depan mata.
Saat ini dunia semakin berkembang dan banyak terjadi perubahan-perubahan, banyak kebencian, dan kedengkian serta permusuhan muncul dimana-mana dengan berbagai sebab dan akibat. Namun ada satu yang tidak akan pernah hilang, dimana masih ada cinta dalam diri insan manusia yang sangat jarang diapresiasikan oleh sebagian orang dewasa ini. Bahkan ketika semua kebencian itu muncul, cintalah yang berhasil meluluhkan segalanya.
Apabila jiwa bisa berteriak, mungkin akan terdengar teriakan Where is the Love ?. dan inilah yang sangat dirasakan dalam dunia bisnis. Persaingan semakin keras, dan untuk memenangkan persaingan serta mencapai target, tak jarang banyak yang mengorbankan cintanya kepada konsumen, dan juga kepada partner kerja lainya. Sangatlah ironis, tapi itulah kenyataan yang terjadi dewasa ini.
Dengan mempengaruhi emosi konsumen, tidak jarang banyak yang rela mengorbankan perasaan cinta. Misalnya saja dengan menjual produk tanpa cinta, yaitu menghalalkan segala cara agar konsumen mau membeli produknya. Dan tidak sedikit bisnisman yang berprinsip asal laku, target penjualan terpenuhi, meskipun konsumen nantinya merasa kecewa dan tertipu. Cara yang demikian jelas tidak akan membuat bisnis bertahan lama. Bisa jadi dia akan untung besar dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang konsumen akan meninggalkan dan membencinya. Dan kebangkrutan bisnis hanya soal waktu saja.
B. Peran Rasulullah dalam Dunia Bisnis
Sebagai nabi akhir zaman, peran Rasulullah sangatlah sempurna, tidak hanya sebagai negarawan, tetapi sebagai pemimpin umat dan penyebar agama. Ini bias kita lihat betapa banyaknya ajaran yang akan kita temukan seputar kehidupan beliau sejak kanak-kanak hingga dewasa. Bisa dibilang tidak ada catatan kehidupan yang begitu lengkap tentang seorang nabi, kecuali biografi Nabi Muhammad Saw.
Dari sedemikian detailnya, terdapat sisi lain yang kurang mendapat sorotan yaitu karir beliau sebagai seorang saudagaratau dalam kehidupan masa kini disebitnya pebisnis dalam bidang niaga atau perdagangan.
Di masa muda, beliau sering disebut al-Amin, as-Shiddiq, dan pernah mengikuti pamannya berdagang ke Syam dan Syiria. Uraian mendalam tentang kehidupan dan keterampilannya sebagai pebisnis kurang memperoleh pengamatan untuk diteladani. Padahal, sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah meletakkan dasar-dasar etika, moral dan etos kerja yang mendahului zamannya. Dasar-dasar etika bisnis yang mendapatkan pengakuan keagamaan setelah beliau diangkat menjadi nabidan mendapat pembenaran akademis di awal abad 21.
Prinsip bisnis modern seperti kompetensi, efisiensi, transparansi, persaingan yang sehat, kompetitie, semuanya telah menjadi gambaran pribadi Nabi Muhammad Saw. ketika muda.
Nabi Muhammad Saw. adalah businessman yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis. Beliau tidak pernah membuat konsumennya komplen ataupun kecewa. Beliau selalu menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktu. Beliau senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas tinggi dengan siapapun. Reputasi beliau sebagai seorang businessman yang jujur, benar-benar telah dikenal luas sejak beliau berusia muda. Hal ini tentunya tidak luput dengan tugas beliau sebagai penutup para nabi yang akhirnya diberi legitimasi keagamaan untuk dasar dan etika bisnis beliau setelah beliau diangkat menjadi nabi.
Banyaknya kecurangan yang dilakukang oleh produsen atau businessman yang akhirnya merugikan konsumen dan masyarakan tentunya sangat menggugah hati. Bukankah Rasulullah telah memberikan teladan yang jelas bagi kita semua dalam hal berbisnis ? Lalu, mengapa kecurangan itu masih terjadi ? Bukankah kita Islam ? Ataukah itu hanya semu alias KTP saja ?
Besar kemungkinan, adanya kecurangan dapat disebabkan oleh kurang pahamnya para pengusaha akan etika berbisnis Rasulullah. Sosok pemberi teladan yang paling baik.
C. Modal Bisnis Berselimut Cinta Khas Rasulullah
Berbicara soal karir seseorang ataupun bisinis seseorang, terdapat satu kata yang sering diucapkan jika seseorang telah berhasil dalam karir atau bisnisnya. Kata itu adalah sukses.
Relevansinya dengan modal, tentunya seseorang memiliki strategi dalam memaksiimalkan karir bisnisnya, salah satunya adalah modal. Rasulullah Saw. memberikan beberapa modal untuk meraih sukses dalam bidang bisnis, yaitu ada 7 modal bisnis yang mana penuh dengan makna cnta didalamnya :
1. Mencintai Diri Sendiri
Kita hadir bukanlah karena sebuah kebetulan, bukan karena kecelakaan, namun kita memliki kode DNA sendiri yang benar-benar unik, yang merupakan stampel keaslian kita.
Semua manusia, tanpa terkecuali terlahir sebagai orang yang kaya. Cobalah kita periksa kekayaan apa saja yang telah kita miliki; ada dua mata indah yang menghias raut wajah kita. Mata yang mahal harganya. Kamudian gijal kita, yang mahal juga harganya. Kemudian otak yang luar biasa, yang harganya tidak akan ternilai. Bagaimana dengan kedua daun telinga kita, kadua tangan kita, kadua kaki kita. Ini belum kesehatan dan waktu yang diberikan Allah kepada kita. Semua itu adalah asset yang bukan liabilitas dan sangan besar jika kita sadari dengan panuh pemikiran. Maka begitu kayanya diri kita, bahkan Allah Swt. Dzat pencipta kita, terang-terangan memuji kita sebagai sebagus-bagusnya ciptaan.
Dunia entrepreneurshipdan dunia bisnis adalah dunia memberi. Kita memberikan produk kepada orang lain, lalu orang lain pun memberikan sesuatu kepada kita. Ada hubungan simbiosis mutualisme antara atasan dengan bawahannya, antara penjual dengan pembeli, antara sesame, dan lain sebagaiinya. Demikianlah kehidupan manusia, tak ubahnya seperti ajang pertukaran keuntungan.
Dalam anekaragam hubungan tersebut, ada satu kaidah yang berlaku untuk semua. Seseorang harus terlebih dahulu memiliki nilai, agar orang lain mau memakai dirinya. Seseorang harus terlebih dahulu membuat dirinya berharga, agar orang lain melihat betapa berharganya dirinya. Dan tangga kesuksesan hanya bisa didaki oleh orang-orang yang cinta kepada dirinya sendiri dan percaya akan kehebatan dirinya. Kesuksesan hanya mendatangi orang yan mampu menghargai dirinya sendiri, yang mampu memberikan nilai pada dirinya sendiri.
Meniti jalan panjang kehiduan ini, teramat banyak kerikil-kerikil tajam yang siap menjadi batu sandungan. Ada anekaragam rintangan yang menghambat perjalanan untuk maju. Namun, hambatan yang paling besar sesungguhnya tidak dating dari luar, tetapi dari dalam diri kita sendiri. Keraguan akan kemampuan diri sendiri, perasaan memandang diri terlalu rendah, yang ujungnya menjadi penyebab kegagalan.
- Mencintai Waktu
Dalam kehidupan ini, sesungguhnya ada satua anugerah yang seringkali dilupakan oleh manusia, anugerah yang diberikan secara merata oleh Allah Ta’ala, meskipun dengan jatah yang berbeda. Anugerah itu bernama waktu.
Seorang businessmanmelihat waktu seperti tumpukan rupiah yang menanti untuk diraih. Dan waktu adalah sebuah modal utama untuk mencapai tahapan kesuksesan tertentu, baik itu ilmu, harta bahkan kebahagiaan di akhirat kelak.
Waktu bagaikan uang, yang dapat dihambur-hamburkan seenak hati atau memilih untuk menginvestasikannya. Bila waktu itu dihamburkan, maka waktu akan habis dan tidak mungkin diiambil kembali. Namun jika diinvetasikan, kelak kita sendiri tidak akan percaya betapa banyak yang telah kita raih.
Mencintai waktu dalam dunia entrepreneurship adalah sebuah keharusan. Kepedulian untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, menjadi ukuran utama dalam meniti tangga kesuksesan. Pada masing-masing detik, memiliki harga yang tak mungkin terhentikan oleh apapun, sebuah harga yang akan menguap begitu saja apabila kita terlena meski hanya sedikit.
Kita tidak akan mungkin dapat menghemat waktu, kita tidak bias menghentikannya meski hanya sesaat. Dalam kondisi apapn waktu akan terus mengalir di hadapan kita. Oleh karena itu, yang bisa kita lakukan adalah menggunakannya dengan cermat. Sesungguhnya, setiap bagian kehidupan yang kita capai saat ini, menunjukkan seperti apa kita menggunakan waktu kita pada masa lampau. Maka, jika menginginkan masa depan yang berbeda, maka kita harus menggunakan waktu dengan cara yang berbeda juga. Kita harus mengubah cara kita memandang diri sendiri dan bagaimana menggunakan waktu untuk meraih setiap mimpi yang diidam-idamkan.
Sadar akan begitu pentingnya waktu, Rasulullah Saw. telah memberikan nasihat yang bijak kepada kita :
“Jagalah lima perkara, sebelum dating lima perkara; masa muda sebelum masa tua, masa sehat sebelum masa sakit, masa kaya sebelum miskin, masa lapang sebelum masa sempit, masa hidup sebelum masa mati.”
Janganlah menunggu lagi, tapi bertindaklah saat ini, sebelum engkau terlambat. Kesempatan masa mudamu akan segera berlalu, maka pergunakanlah selagi masih dalam genggamanmu, masa sehatmu tidaklah selamanya, maka bersegeralah melakukan sesuatu, begitu juga masa lapangmu, masa kayamu, juga masa hidupmu. Lakukan sesuatu yang berguna untuk diri kita, juga untuk orang-orang disekeliling kita, dan jangan pernah lengah. Ini juga yang difirmankan Allah Swt. :
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” [QS.Al-Jumu’ah [62] : 10]
Jika ingin sukses dan berjaya dalam hidup, gunakanlah waktu sebagai modal terbaik kita. Itulah cara kita mencintai waktu sebagai modal kedua terbesar untuk sukses, kaya dan berjaya. Dan Rasulullah adalah teladan terbaik dalam menghargai waktu, sehingga beliau bisa menjadi sukses tak terperikan.
- Mencintai Pekerjaan
Bekerja adalah bagian dari kehidupan manusia yang tidak mungkin ditinggalkan oleh siapapun orangnya. Apakah ia tinggal di desa ataupun tinggal di kota. Apakah ia anak pejabat ataupun anak seorang petani kecil. Apakah ia seorang terpelajar ataupun tidak terpelajar. Mereka semua butuh bekerja, butuh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitu manusia lahir, maka ia harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia membutuhkan makanan, tempat tinggal, sandang, dan kebutuhan-kebutuhan lainya. Ketika seseorang masih kecil, kebutuhan itu dipenuhi keluarganya. Namun ketika usia mulai beranjak dewasa, mau tidak mau ia harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Dan untuk itu, ia harus bekerja.
Dalam dua puluh empat jam sehari, rata-rata orang menghabiskan separo waktunya ditempat kerja. Keluar di pagi hari dan baru pulang saat malam mulai menyelubungi bumi. Dan untuk separo kehidupan itu, ia memiliki kebebasan untuk memilih.
Banyak orang yang menerima gaji besar dari pekerjaan yang dilakukannya. Banyak orang yang memperoleh banyak waktu cuti dari hari-hari bekerjanya. Mendapatkan bantuan ongkos rumah sakit dan purna jabatan. Tetapi, pekerjaan yang ia lakukan benar-benar ia tidak sukai. Setiap hari ia merasa tersiksa dengan pekerjaannya. Dari sisi luar, dia memang orang yang kaya, mobilnya mewah, tetapi sesungguhnya ia adalah orang yang gagal. Pekerjaan yang semestinya sebagai sarana meraih kebahagiaan justru sebaliknya, pekerjaan itu menuntut pelakunya mengorbankan kesenangan dan kebahagiaannya sendiri.
Ingat, jangan pernah bekerja hanya untuk uang, karena itu tidak akan pernah memuaskan, tidak juga membantu kita tidur nyenyak di malam hari. Bekerjalah karena panggilan hidup, karena passion. Sebab, dengan begitu kita akan meraih kesenangan dan kebahagiaan hidup, seberat dan sesusah apa pun pekerjaan yang kita jalankan. Sungguh ketika kita bekerja karena passion, maka akan menjadikan pekerjaan sebagai hobi, bukan sebagai kewajiban, apalagi beban. Dan jika kita mengganggap pekerjaan sebagai kewajiban maupun beban, maka hidup kita tidak akan pernah bahagia.
Dalam dunia entrepreneurship, kecintaan terhadap apa yang kita lakukan sesungguhnya menjadi persoalan yang amat fundamental. Dengan berbekal rasa cinta yang besar itulah kita bias mencurahkan seluruh pikiran kita untuk pekerjaan kita. Kreatifitas pun akan muncul dengan sendirinya, dan kita akan melakukan pekerjaan kita dengan riang dan waktu yang tidak terbatas. Saat persoalan muncul, kita pun tertantang untuk menuntaskannya.
Orang yang paling sukses adalah orang yang menikmati pekerjaannya. Kebahagiaan hidup yang sebenarnya berasal dari keasyikan kreatif yang menyeluruh dalam suatu pekerjaan, dan bukan hasil dari luar pekerjaan itu. Bila kita menikmati pekerjaan kita maka kita akan merasakan suatu perasaan keselarasan, penuh arti dan kenyamanan. Perasaan berhasil dalam diri dalam jangka panjang akan meningkatkan keberhasilan.
Orang yang paling sukses adalah seseorang yang mencintai pekerjaannya. Dengan kecintaannya, ia menganggap sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya sebagai sesuatu yang menyenangkan. Karena perasaan senang itulah ia begitu bersemangat dalam menjalani pekerjaannya, selalu memberikan energi yang lebih, selalu bekerja dengan konsentrasi yang penuh dan tentunya selalu memberikan waktu yang maksimal. Ia sendiri tidak lagi merasakan pekerjaan layaknya sebuah pekerjaan, tapi sebuah permainan yang mengasyikkan dan petualangan yang menantang.
Bagi mereka, sebuah pekerjaan layaknya sebuah aktivitas seni, dan karenanya benar-benar terasa menyenagkan. Tidak sedikit dari mereka, yang mau melakukannya tanpa digaji, apalagi itu justru menghasilkan pundit-pundi uang.
Bagaimana dengan Rasulullah ? Soal kecintaannya dengan pekerjaan, tidak usah diragukan lagi. Sejak kecil, Muhammad kecil begitu menikmati pekerjaannya sebagai penggembala kambing. Buktinya, kambing yang digembala beliau selalu gemuk-gemuk dan tidak pernah berkurang jumlahnya. Sehingga waktu itu, banyak pemilik kambing yang kambingnya ingin digembala oleh Muhammad kecil. Saat mulai beranjak remaja dan dewasa, Muhammad muda sangat mencintai dunia bisnis.
Itulah kenapa ketika beliau tahu pamannya mau berdagang ke negri Syam, beliau menawarkan dirinya agar bias ikut serta. Begitu diiyakan, kesempatan itu tidak disia-siakannya. Ia pergunakan dengan baik. Dan akhirnya Muhammad muda dikenal dan terkenal sebagai CEO terbaik dan termahaal saat itu, sehingga sang investor terbesar dan terkaya di Makkah, Siti Khadijah jatuh hati kepadanya.
Ternyata kecintaan beliau terhadap pekerjaannya tidak berhenti sampai di situ. Bahkan terus berlanjut hingga Muhammad diangkat menjadi Rasul oleh Allah Ta’ala. Justru semenjak menjadi Rasul, kecintaan beliau terhadap pekerjaan semakin ditingkatkan. Dari yang tadinya sekedar duniawi, yakni pemenuhan hidup belaka, menjadi bernilai ukhrawi. Bahwa bekerja, apapun pekerjaannya, menurut Rasulullah Saw. harus dilakukan karena Alla, untuk kebaikan di dunia dan di akhirat. Bahwa bekerja adalah ibadah. Dan karena ibadah, siapapun yang bekerja dengan giat, ia akan dijanjikan pahala yang baik oleh Allah. Begitulah cara Rasulullah menghargai pekerjaan. Begitu tinggi, begitu mulya dan begitu dicintai.
- Mencintai Konsumen
Pelanggan adalah raja. Inilah ajaran kuno yang melekat kuat dalam benak kita. Para pelanggan itulah yang membuat roda ekonommi berputar. Mereka juga yang bisa memenuhi pundi-pundi kita dengan uang. Apa yang akan mereka keluarkan adalah kunci keberhasilan sebuah usaha. Seberapa banyak keuntungan yang bisa didapat, itu bergantung pada seberapa banyak barang yang laku terjual. Sementara itu, berapa banyaknya barang dagangan itu laku, teramat bergantung pada suasana hati mereka. Dan demikianlah, jauh sebelum persoalan kualitas produk, yang tidak kalah pentingnya dalam dunia bisnis adalah, bagaimana kita menyentuh hati para konsumen kita.
Cintailah pelanggan. Karena itu bagian dari keuntungan yang unlimited bagi bisnis kita. Satu orang terkesan, bukan hanya dirinya yang akan kembali melakukan transaksi. Sangatlah mungkin, akan mengundang orang lain,yang mendengar kisah mengesankan yang dituturkan pelanggan tersebut.
Dalam dunia bisnis, pelayanan menjadi unsur yang paling utama. Siapa yang paling baik memberikan pelayanan dialah yang paling berhak mendapatkan segala keuntungan
Dalam dunia bisnis, persoalan cinta menjadi persoalan yang krusial. Semakin besar rasa cinta kita kepada pelanggan-pelanggan kita, semakin baik perlakuan kita kepada mereka, semakin nyamanlah mereka.
Semakin nyaman pelanggan kita semakin suka ia berbisnis dengan kita. Belum lagi jika ia menceritakan kepada teman-temannya betapa baiknya kita terhadap mereka. Maka sudah pasti relasi kita akan terus bertambah, dan itu berarti akan menambah kauntungan dalam bisnis kita.
Dalam masyarakat, pasar seperti tempat kita tinggal saat ini, semua transaksi dilakukan dengan sukarela. Orang membeli suatu barang karena ia membutuhkannya. Dan jika ia memperoleh kebutuhannya dengan kualitas baik dan harga yang wajar atau merasa tidak tertipu, ia pasti akan puas. Dan sebaliknya, ia akan kecewa dan jera. Dalam hokum pasar tersebut, semakin jujur kita kepada konsumen, semakin banyak dan semakin baik kita melayani konsumen, maka semakin banyak konsumen yang akan memberikan uangnya kepada kita. Mereka akan menjadi konsumen loyal kita. Dan itulah cara kita mencintai konsumen.
Sungguh, jika sudah basa mencintai konsumen seperti itu, maka bisa dipastikan, bisnis kita akan susah mengalami kebangkrutan, meskiun orang lain yang sedang menjalankan bisnis yang sama dengan kita, sedang berjuang mati-matian agar tidak bangkrit. Sebagaimana termisal dalam sabda Rasulullah Saw. berikut :
“Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abdul Hamzah, ia berkata, “Aku telah membeli sesuatu dari Muhammad sebelum beliau menerima tugas kenabian. Dan karena masih ada satu urusan dengannya, maka aku menjanjikan untuk mengantarkan kepadanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat tiga hari kemudian, aku pun pergi ke tempat tersebut dan Muhammad masih ada di sana. Muhammad berkata, ‘Engkau telah membuat aku resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu’.”[HR. Abu Dawud].
- Mencintai bawahan
Di dunia ini pastilah kita akan menjumpai beranekaragam manusia, dengan beranekaragam profesi , ada yang menjadi atasan, ada yang menjadi pegawai rendahan, ada pejabat, pembantu rumah tangga, soopir, dan lain sebagainya.
Dengan beranekaragam profesi inilah, dunia terasa lebih indah dan berwarna, tak sekedar indah dan berwarna tetapi dengan anekaragam profesi ini juga menemukan kemudahan dalam hidupnya.
Disekitar kita memang sangat banyak orang-orang yang kurang beruntung dengan kita, orang-orang yang bekerja di bawah kita; ada karyawan, OB perusahaan, pembantu, sopir, bahkan penyapu jalanan. Secara tidak sadar kita sering memandang mereka dengan sebelah mata, padahal jika kita merenung, sangatlah berarti bagi kita. Teramat banyak dari kehidupan kita yang bertumpu pada keberadaan mereka, teramat banyak jasa yang telah mereka lakukan untuk kita.
Bayangkan ketika kita memperlakukan bawahan kita dengan baik dan penuh cinta. Sungguh, hasilnya akan luar biasa. Tidak hanya keuntungan lahiriah saja yang kita dapat, tapi batin kita pun menjadi sangat kaya karenanya. Damai di hati, di tempat kerja, di jalanan juga di rumah.
Islam mengajarkan penntingnya memberikan cinta dan penghormatan kepada orang lain, bahkan kepada orang-orang dibawah kita. Allah Swt. berfirman :
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ
“ Dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka.”[QS Hud [11] : 85]
Dan Rasulullah Saw. pun bersabda :
“ Demi Dzat yang menggenggam jiwaku, tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidak akan beriman kecuali kalian saling mencintai.”[HR.Muslim]
Menjadi seorang yang sedang berada di atas, semestinya kita banyak bersyukur. Dalam salah satu rasa syukur itu, bisa kita ekspresikan dengan menjadi pemimpin yang baik, pemimpin yang menjadikan dirinya sebagai tempat bernaung bagi orang-orang yang ada di bawahnya, pemimpin yang tidak pernah kehabisan stok kasih sayang, pemimpin yang menempatkan kepentingan bawahannya di atas segalanya. Hanya dengan demikian hidup kita akan menjadi lebih berarti.
Dan Rasulullah adalag teladan yang terbaik yang ada di muka bumi ini. Salah satu bukti bahwa Rasulullah Saw. sangat mencintai bawahan dan orang lain adalah, bahwa setiap sahabat yang pernah bertemu dengan beliau, semuanya selalu merasa paling akrab dan paling istimewa di mata beliau. Itulah jenis kualitas cinta yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad Saw.
- Mencintai Pimpinan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah Swt. dan taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri diantara kamu.” [QS.An-Nisa [4] : 59]
Dan seperti itulah kira- kira yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin dimanapun berada.
Seorang karyawan yang menempatkan amanah tuannya di atas segalanya, di tangan karyawan samacam ini pimpinan manapun akan bias tidur nyenyak, tidak khawatir karyawan akan berulah, melakukan korupsi yang merugikan perusahaan dengan memberikan laporan palsu.
Dan memang semacam itulah yang semestinya dimiliki semua karyawan di mana pun ia bekerja. Seorang karyawan semestinya mencintai pimpinannya, patuh erhadap perintah, dan selalu bertindak kreatif untuk mencapai hasil yang maksimal. Sudah sepantasnyalah semua bawahan taat kepada atasannya selama atasannya tidak memerintahkan pada hal-hal yang bertentangan dengan hokum-hukum Allah.
Membaca kisah Rasulullah Saw., kita akan menjumpai sebuah teladan yang luar biasa betapa baiknya Rasulullah sebagai karyawan. Bekerja kepada Siti Khadijah ia telah membuktikan sikap terbaik dan terprofesionalnya beliau, sampai siti khadijah jatuh hati dan melamarnya untuk dijadikan suami.
Sebagai seorang karyawan, Muhammad tidak hanya menunjukan sifat jujur pada pelanggan-pelanggan bosnya, tapi juga jujur kepada majikannya sendiri. Muhammad telah menunjukkan prestasi yang luar biasa, yang tidak dapat diraih oleh karyawan manapn sepanjang zaman.
- Mencintai Pesaing
Bisnis dan persaingan laksana dua mata uang yang tidak mungkin dipisahkan. Pada aspek manapun dalam setiap usaha yang kita bangun, tidak bisa tidak kita selalu memiliki pesaing. Dari aspek paling kecil sampai aspek paling besar selalu saja akan kita jumpai competitior.
Dalam hal ini tidak ada jalan untuk menghindar, dan hanya ada satu cara untuk melenyapkan semua pesaing kita, yaitu ketika kita mulai berhenti memusuhinya dan berubah menjadi mencintainya. Sebab kata orang bijak, pesaing bukanlah musuh melainkan mitra yang akan membuat kita semakin berkembang, pesaing akan memperbesar pasar, sebab tanpa kompetisi, bisnis tidak akan berkembang.
Mencintai pesaing-pesaing kita, tentu akan lebih menyenangkan daripada membencinya. Menganggap mereka sebagai sahabat, pastilah lebih mengenakan daripada menganggap mereka musuh. Tidak usah risau, bahwa rezeki kita akan hilang karena adanya pesaing-pesaing itu, karena Allah telah menentukan jatah rezeki orang masing-masing.
Persaingan dalam dunia bisnis bukanlah hal yang tabu, melainkan sudah begitu alami. Ia berada dalam medan manapun. Oleh karena itu, bukan menghilangkan pesaing yang semestinya kita pikirkan, tetapi bagaimana menghadapi sebuah medan persaingan dengan cara yang lebih produktif. Tanpa persaingan bisnis tidak akan maju, karena tidak ada pacuan untuk memberikan yang terbaik kepada konsumen.
Cara lain yang tidak kalah efektif, dalam menyikapi persaingan adalah mengembangkan kemampuan dan kapasitas sehebat mungkin. Misalkan dengan meningkatkan daya kreatifitas. Sehingga pada akhirnya, pesaing kita pun jauh tertinggal. Karena persaingan itu memperlaris dan menjadi media promosi bisnis yang kita jalankan.
D. Etika dan Prinsip Bisnis Rasulullah
Rasulullah Muhammad Saw. pernah mengatakan lewat Sabdanya, bahwa sebagian besar rizki manusia diperoleh dari kativitas bisnis, khususnya perdagangan. Dalam ilmu ekonomi, perdagangan secara konvensional diartikan sebagai proses saling tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Mereka yang terlibat didalamnya dapat menentukan keuntungan maupun kerugian dari aktivitas tersebut.
Sementara itu, tidak ada bisnis yang berbuah kesuksesan tanpa didasari etika dan prinsip dalam menjalankan bisnis. Kesuksesan Rasulullah pun tidak terlepas dari etika dan prinsipbisnis yang beliau terapkan saat menjalankan bisnisnya. Etika dan prinsip beliau yang bisa kita teladani dalam berbisnis di antaranya yaitu :
1. Jujur dan adil
Sikap inilah yang selallu ditunjukkan oleh nabi sehingga menjadi kunci sukses beliau untuk melakukan perjalanan perdagangan ke Yerussalem, Yaman, dan tempat-tempat lain bahkan Rasulullah mendapatkan keuntungan di luar dugaan.
Jujur termasuk menunjukkan kesetiaan dan tidak menyembunyikan cacat, dan amanah. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dari Ibnu ‘Umar ra :
“Kelak di hai kiamat, seorang Muslim yang berprofesi sebagai pedagang yang terpercaya dan jujur akan dikumpulkan bersama orang-orang yang mati syahid.”[HR. Ibnu Majjah]
2. Profesional
Seiring dengan sikap ikhlas, Muhammad menekankan pada pentingnya sikap professional dalam pekerjaan. Sikap ini menjauhkan dari sifat malas, tidak mau berusaha dan hanya menerima tanpa ada usaha untuk menuju kea rah yang lebih baik.
Orang yang tidak kompeten dalam menjalankan suatu bidang atau pekerjaan tertentu hanya akan memperburuk keadaan. Seorang professional juga akan bersikap cermat dalam setiap perbuatan yang dilakukan, karena ia percaya bahwa hari esok harus lebih baik dari hari kemarin.
3. Silaturahmi
Silaturahmi adalah kunci dalam melakukan usaha sebagai sarana untuk menuju sumber daya yang tidak terbatas. Karena dengan silaturahmi, kita akan mampu membentuk komunikasi dua arah dan pada akhirnya akan mampu mengetahui dan memahami apa-apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan.
4. Bersikap sopan dan baik hati
Jabir meriwayatkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw :
“Rahmat Allah atas orang-orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan membeli dan ketika ia membuat keputusan.” [HR.Bukhori]
5. Menghindari sikap berlebihan seperti banyak bersumpah
Tentang hal ini, Rasulullah telah memberikan nasihat kepada kita, yaitu :
“Hindarilah banyak bersumpah ketika melakukan transaksi dagang, sebab itu dapat menghasilkan penjualan yang cepat lalu dan menghapus berkah.”
Rasulullah saw. juga sangat membenci orang-orang yang dalam berdagangnya menggunakan sumpah-sumpah palsu. Pada hari kiamat Allah tidak akan berbicara dan tidak akan melihat kepada orang-orang yang semasa hidupnya berdagang dengan menggunakan sumpah palsu.
6. Menghindari Riba
Ibnu Abi Ad-Dunya dan Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah berkhotbah yang isinya menyinggung tentang riba dan akibatnya. Beliau bersabda :
“Satu dirham yang diperoleh seseorang melalui riba lebih besar dosanya di sisi Allah daripada tiga puluh enam kali melakukan zina. Dan riba yang paling besar dosanya adalah riba dari harta seorang Muslim.”
7. Tidak menyepelekan utang
As-Syafi’, Ahmad, al-Tirmidzi, dan Ibnu Majjah meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rosulullah bersabda :
“Nyawa orang beriman terkatung-katung Karen utangnya, sampai utangnya itu dilunasi.”
8. Tidak melakukan wanprestasi kepada krediturnya
Rasulullah kerap mengembalikan lebih besar nilainya dari pokok pinjamannya, sebagai penghargaan terhadap kreditur. Suatu saat Rasulullah pernah meminjam seekor unta uang msih muda, kemudian menyuruh Abu Rafi mengmbalikannya dengan seekor unta yang bagus yang umurnya tujuh tahun. Beliau pernah mengatakan bahwa menebus utang dengan cara yang paling baik termasuk orang-orang paling utama.
9. Tidak menimbun dan menetapkan tarif tinggi
Banyak hadits yang melarang penimbunan suatu barang. Dantaranya sebagaimana yang dituliskan Ibnu Hajar dalam bukunya al-Ittihaf, ath-Thabrani dan al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
“Sejahat-jahatnya hamba adalah orang yang suka menimbun. Jika Allah menetapkan bahwa harga turun, maka ia bersedih, dan j
ika Allah menetapkann harga naik, maka ia senang.”
RELEVANSI CINTA SEBAGAI MODAL BISNIS RASULULLAH
Oleh :
Adi Mochamad Priyanto ( Siswa Kelas XII IPS SMA Plus Muallimin Persis )
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Siklus kehidupan Manusia tidak akan lepas dari kebutuhan untuk menunjang kehidupannya, baik kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier sekalipun. Salah satu kegiatan yang fenomenal dan presentatif agar terpenuhinya hal itu adalah berbisnis.
Wikipedia bahasa Indonesia (2011) mendefinisikan, bisnis dalam ilmu ekonomi adalah suatu organisasi yang menjual barang dan jasa kepada konsumen, atau bisnis lainnya untuk mendapatkan keuntungan. Secara historis,kita tahu bahwa dunia pernah memiliki seorang businessman yang luar biasa hebatnya, yaitu Rosulullah Saw. Alokasi beliau dalam berbisnis pun lebih lama dibandingkan dengan berdakwah, yaitu 25 tahun. Ini menjadi sebuah indikasi bahwa kegiatan berbisnis sudah dibudayakan sejak zaman dulu dan menjadi kegiatan yang presentatif dalam mencari keuntungan. Dan dalam waktu 25 tahun itu Rosulullah berhasil membangun kerajaan bisnisnya.
Semua itu bisa dilalui beliau dengan gemilang, lantaran energi cinta yang menjadi modal dasar dan utama beliau, selalu beliau pelihara hingga Allah memanggilnya; cinta pada diri sendiri, cinta pada pekerjaan, cinta pada konsumen, cinta pada bawahan, cinta pada pimpinan, cinta pada pesaing, hingga cinta pada Allah Swt.
Cinta merupakan segala sesuatu yang dilakukan, pengorbanan yang dibuat, pemberian diri, seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya ke dunia. Maka apa jadinya bila bisnis tanpa warna cinta didalamnya, semua itu hanya akan menjadi nihil tanpa makna. Dunia bisnis akan penuh dengan kecurangan, kejahatan dan kebohongan serta persaingan yang tidak sehat dan menghalalkan segara cara dengan alasan demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dengan alasan tersebut banyak orang melakukan kegiatan berbisnis dengan segala macam cara tanpa memperhatikan halal dan haramnya. Padahal ketika sesuatu yang kita kerjakan telah melanggar ketentuan Allah, maka tidak ada berkah didalamnya. Dan yang akan didapatkan dari gaya bisnis seperti itu, hanyalah orang-orang berharta yang miskin hatinya. Maka tak heran jika belakangan ini, banyak kasus-kasus kejahatan dalam dunia bisnis, baik dalam skup Lokal maupun Global, baik dalam segi transaksi atau pun barang yang diperdagangkan yang tentunya merugikan banyak pihak, terutama konsumen. Misalnya, bahaya susu formula akibat bakteri, penipuan dan kasus lainnya yang lumayan miris unntuk didengar. Hal ini terjadi dikarnakan tidak dikaitkan prinsip cinta dan kasih saying dalam bisnisnya, sehingga tidak memperhatikan kepentingan orang lain, baik relasi maupun konsumen karena terlalu sibuk memikirkan keuntungan.
Rosulullah Saw. memrintahkan kepada ummatnya agal selalu memulai sesuatu dangan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Jika penulis analisa, perintah diatas mengandung ajaran cinta dan kasih saying yang luar biasa, sebagaimana yang termaktub dalam sifat Allah Swt.
Namun paradigm berfikir para pembisnis sekarang selalu mengklaim bahwa modal bisnis yang paling utama adalah uang. Padahal uang bukanlah sesuatu yang menjadi proritas utama dalam menjalankan bisnis. Bos Primagama, Prudie E.Chandra (2010 : 108) mempopulerkan jurus jitu dalam berbisnis, jika seseorang tidak memiliki modal untuk memulai bisnisnya. Jurus tersebut dikenal dengan BODOL (Berani, Optimis, Duit, Orang Lain). Konsep ini ternyata uang tidak selalu memjadi prioritas utama dalam memulai bisnis, dan apabila dikorelasikan dengan cinta dan kasih saying maka akan tercipta suatu konsepsi bisnis yang luar biasa.
Relevansi cinta sebagai modal bisnis ternyata sangat berpengaruh terhadap proses sirkulasi guna tercapainya kesuksesan dalam berbisnis. Sehingga tidak terjadi berbagai kejahatan ataupun kecurangan dan kebohongan dalam dunia bisnis. Karena dengan cinta dan kasih saying yang diaplikasikan dalam bisnis tersebut akan memberikan pengaruh positif serta harmonisasi antar pihak-pihak yang terkait didalamnya, serta akan tercipta kegiatan bisnis yang didasari kejujuran.
Melihat fenomena diatas, penulis terisnpirasi untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang masalah itu, yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, dengan memberi judul “ RELEVANSI CINTA SEBAGAI MODAL BISNIS RASULULLAH ”. Penulis berharap apa yang dibahas didalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, bisa memberikan manfaat terutama untuk kalangan Bisnisman, serta bisa mencintai bisnis sebagaimanna Rosulullah mencintainya.
- Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini guna untuk membatasi pembahasan yang akan penulis bahas, adalah sebagai berikut :
1. Apa Hakikat Cinta ?
2. Apa Hakikat Bisnis ?
3. Bagaimana relevansi Cinta sebagai modal bisnis Rasulullah ?
- Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan Penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui hakikat Cinta.
b. Untuk mengetahui hakikat Bisnis.
c. Untuk mengetahui relevansi cinta sebagai modal bisnis Rasulullah.
2. Kegunaan Penelitian
Serta yang menjadi kegunaan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, diantaranya sebagai berikut :
a. Untuk menambah wawasan penulis tentang metodologi bisnis Rosulullah yang bermodalkan Cinta.
b. Untuk mencoba memberikan informasi kepada para pembisnis tentang apa yang penulis bahas.
- Metode Penelitian dan Penulisan
1. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penyusuna karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adala metode penelitian kepustakaan (Library Rsearch), yaitu melakukan penelusuran terhadap buku – buku, dokumen – dokumen, serta referensi lainya yang relevan dengan masalah yang penulis bahas dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini, yang terdiri dari dua sumer :
a. Sumber Primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan masalah yang dibahas.
b. Sumber Sekunder, yaitu buku – buku atau dokumen – dokumen lain, yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas.
2. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan penulis gunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah metode penulisan Deskriftif, yaitu penulis mencoba mendiskripsikan masalah yang dibahas dari hasil penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
- Pengertian dan Hakikat Cinta
1. Pengertian Cinta
Selama ribuan tahun perjalanan kehidupan manusia, terdapat sesuatu yang hingga saat ini begitu memikat manusia. Sesuatu yang kehadirannya mampu menumbuhkan bunga–bunga keindahan. Sesuatu yang kedatangannya menghamparkan perasaan sejuk dan damai. Sesuatu itu adalah Cinta.
Sungguh tidak bisa dibayangkan, apabila dunia ini tidak ada warna cinta didalamnya. Hati manusia menjadi keras dan kaku, jiwanya gersang, dan hubungan yang terjalin dengan sesama akan terasa hambar. Dunia pun akan kehilangan pesonanya.
Secara etimologis, kata cinta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu citta yang berarti yang selalu dipikirkan, disenangi, dan dikasihi.berangkat dari term ini, lantas dalam bahasa Indonesia seperti yang didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa kata cinta dapat berarti suka sekali, sayang benar, kasih sekali, terpikat, ingin sekali, berharap sekali, atau khawatir. Sedangkan secara psikologos, cinta adalah perasaan khusus yang menyangkut kesenangan terhadap atau melekat pada objek, cinta berwarna emosional apabila muncul dalam pikiran dan dapat membangkitkan kaseluruhan emosi primer, sesuai dengan emosi dimana objek itu terletak.
Cinta sebenarnya sulit untuk diungkapkan atau didefinisikan. Sebab, jika didefinisikan akan membatasi ruang lingkupnya. Cinta dapat dirasakan oleh setiap individu, tetapi tidak menjamin masing – masing individu mampu mengungkapkannya dalam bahasa verbal.
Cinta merupakan terjemahan dari bahasa Inggris love, atau dari bahasa Arab al-hubb atau al-mahabbah. Kata mahabbahsebagaimana yang disebut al-Hujwiri, dalam kitabnya Kasyf Al-Mahjub, berasal dari kata habbah, berarti benih-benih yang jatuh di padang pasir. Diartikan demikian, karena ia merupakan sumber kehidupan; sebagaimana benih yang ditebar di gurun pasir, lalu menyelusup ke dalam tanah.
Cinta adalah sesuatu yang amat bermakna bagi kehidupan ini. Laksana sihir, ia begitu merangkap. Siapapun yang terjebak dengan cinta, dia akan menjumpai kehidupan yang luar biasa indahnya, dan secara bersamaan, lenyaplah pandangan negatif dari dirinya terhadap segala sesuatu. Cinta adalah energi yang mahadahsyat, laksana lampu raksasa, ia telah menerangi setiap hati manusia. Cinta adalah energi yang mampu mengubah orang lemah menjadi kuat, orang pelit menjadi dermawan dan orang keras menjadi lembut. Cinta menyinarkan keletihan, cinta juga membuat orang sabar dalam penderitaan.
Cinta membuat orang menjadi kreatif. Karena ada cinta, maka lahirlah karya sastra yang luar biasa; puisi, cerita, lirik lagu, juga film. Cinta juga mengandung energi dahsyat yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk memperoleh apa yang dicintainya. Cinta sendiri hanya mengenal kata memberi, bukan meminta. Maka kepada siapapun yang kita cintai, kita hanya berfikir bagaimana caranya kita memberikan sesuatu kepadanya.
Cinta adalah fondasi yang tertanam jauh di dalam tanah, dan perbuatan kita ibarat bangunan yang tampak dari luar. Seperti fondasi, cinta itu tidak tampak di permukaan, tetapi memiliki peran yang signifikan atas segala hal yang terlihat dalam pandangan. Tidak ada bangunan yang bisa berdiri tegak, tanpa fondasi yang tegak didalamnya. Dan tidak ada sesuatu yang bisa tumbuh subur pada batas yang maksimal, jika tidak dilandasi oleh cinta. Baik itu pekerjaan, pendidikan, karir, hubungan sosial, dan lain sebagainya. Pada titik puncaknya, cinta juga menjadi penyokong hadirnya kebahagiaan dalamm hidup kita.
Seberapapun banyaknya harta kekayaan yang telah kita peroleh, seberapapun tingginya jabatan yang kia duduki, seberapapun tingkat intelektualitaskita. Tanpa cinta, maka semua itu menjadi tidak bermakna dan terasa hambar tidak berarti.
Kita boleh memiliki harta yang melimpah, memiliki gedung pencakar langit, bahkan memiliki plau sekalipun. Namun jangan pernah bermimpi bisa merasakan nikmatnya hidup ini apabila cinta tidak bersemayam dalam diri kita. Tidak sedikit para petinggi negara yang frustasi, tidak sedikit para konglomerat yang stres, dan tidak sedikit pula para cendikia yang mengalami kehidupan dengan tragis, dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak intelektual, semua itu terjadi karena tidak ada lagi sisa cinta yang melekat dalam dirinya.
Kaitannya dengan orang lain, cinta seorang businessmankepada relasinya, merupakan aspek yang tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Karen cinta merupakan perasaan manusia yang alalmi. Setiap manusia selalu menyimpan perasaan itu dan selalu tertarik kepadanya. Manusia terus menerus membutuhkan cinta dan kasih sayang, ketika beban hidup mengalahkannya, malapetaka itu menimpa jiwanya dan ketika ia dipenuhi kepedihan, sinar harapannya berhenti menyinari jiwanya. Pada saat itu, kehausan manusia kepada cinta sangat meningkat. Kehausan itulah yang menerangi hati manusia dengan harapan kelegaan dan kelapangan. Pada saat itu, ia tidak akan dapat menjamin ketentraman dan ketenangan dalam hati nuraninya kecuali dalam naungan cinta.
Islam sangat menghargai cinta, dalam ajaran islam, kasih sayang yang ditunjukkan kepada orang lain dinilai pahala, dengan mengasihi orang lain sesungguhnya dia juga mengasihi dirinya sendiri, karena apabila seseorang menganugerahkan perasaan cinta itu kepada orang lain, dia pun akan mengalami hal yang serupa.
Tak bisa dipungkiri, kesuksesan Rasulullah Saw. tidak bisa lepas dari paradigma cinta yang meliputi jiwa beliau; cinta yang tulus atas pekerjaan. Cinta telah membuahkan kerja keras dan ketekunan yang mengagumkan pada diri Rasulullah Saw. Cinta yang tulus kepada para pelanggan melahirkan pelayanan Rasulullah Saw. kepada semua stakeholder-nya demikian sangat mengesankan. Dengan paradigma cinta inilah, Rasulullah Saw. berhasil mencapai titik kesuksesan yang sesungguhnya dengan gemilang dan cemerlang. Tidak hanya harta materi yang diperoleh beliau, tapi cinta dan persahabatan dari para pelanggannya pun berhasil beliau genggam. Sesuatu yang sangat tidak mungkin ditukan dengan uang sebesar apapun.
Dalam hidupnya, Rasulullah dikenal sebagai pribadi yang penuh cinta dan kasih sayang. Tidak pernah sekalipun beliau menyakiti seseorang. Sebaliknya, teramat banyak kisah yang melukiskan besarnya cinta Rasulullah kepada sesama. Bahkan epada orang yang jelas telah melukai perasaannya, beliau tetap saja menunjukkan rasa kasih sayangnya yang amat besar.
2. Hakikat Cinta
Dalam berbisnis, kita sering lupa bahwa realitas di lapangan, yang kita hadapi setiap hari, adalah manusia, buka mesin robot ataupun computer. Bukankah sukses ataupun tidaknya kita berbisnis, banyak bergantung dari dukungan orang. Terlebih orang yang ada di sekitar kita. Jika mereka mencintai kita, tentu mereka akan dengan sepenuh hati memberikan segalanya untuk kita. Begitu pun sebaliknya, ketika kita mencintai mereka, kita akan memberikan pelayanan yang maksimal kepada mereka.
Betapa pun hujan turun mengguyur, matahari membakar, dingin menerpa, biji – biji itu tidak rusak oleh perubahan musim. Melainkan akan tumbuh, merekah, berbunga dan berbuah. Demikian dengan cinta sejati. Dalam literature keislaman, untuk penentuan indicator hubb atau mahabbah lebih jauh, maka dapat ditelusuri akar kata dari kata hubb atau mahabbah itu sendiri. Setelah menelaah akar kata hubb, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (2010 : 89) menemukan lima pengertian etimologi, yaitu :
a. Habab (al-asnan) yang berarti jernih (shafa) dan putih (baydla’), seperti putihnya gigi. Cinta memerlukan kejernihan dan kesucian dari hati yang terdalam. Secara lazim cinta yang tidak jernih dan suci itu bukan cinta yang abadi. Karena cintanya dimotivasi oleh nafsu birahi atau nafsu erotik. Jika keduanya terpenuhi, maka cintanya memudar. Demikian juga, jika segala sesuatu yang mendorong tumbuhnya nafsu birahi hilang atau rusak, seperti wajah menua dan menjadi buruk rupa, maka cinta pun ikut mengkikis dan mengkerut seperti kerutan wajah yang terlihat.
b. Habab (al-ma’) yang berarti luapan (‘uluw) dan nampak jelas (zhuhur), seperti air yang meluap ketoka hujan deras. Cinta yang bersemi cenderung meluap-luap atau meledak-ledak yang sulit dibendung. Ketika cinta bersemi, maka segala rintangan dan hambatan akan dilalui. Semakin kuat rintangan yang dihadapi, maka semakin kuatlah usaha untuk melaluinya. Bahkan cinta seperti itu bias menepis segala yang berbau logika, tidak kenal waktu, bahkan tidak perduli akibat buruk yang akan dihadapi.
c. Habb (al-ba’ir) yang berarti tetap teguh (luzum) dan konsisten (tsabat), sepeti keengganan unta yang tidak mau berdiri ketika duduk. Cinta sejati memerlukan keteguhan hati dan konsistensi, tidak ragu, apalagi menduakannya. Seseorang yang berpetualang cinta umumnya tidak menemukan esensinya. Sebab ia telah membagi atau berpindah-pindah dari satu cinta menuju cinta yang lain. Rasa cinta yang bersemi perlu dipupuk dengan I’tikad yang kuat untuk menuju kepada keabadian.
d. Habab (al-qalb) yang berarti relung (lubb) hati yang paling dalam. Relng hati merupakan asal cinta yang sesungguhnya. Cinta bukan berasal dari mata lalu turun ke hati, melainkan dari hati lalu memancar ke mata. Cinta yang sejati bukan dari ujung rambut ke ujung kaki, melainkan dari ujung hati yang paling dalam lalu memantulkan ke seluruh tubuh. Cinta bukan melalui kata-kata yang indah, keelokan wajah, gemerlapan harta, dan ketinggian kedudukan, melainkan melalui ketulusan dari lubuk hati yang paling dalam. Cinta yang tumbuh dari relung hati merupakan ekspresi dari fitrah manusia yang suci. Cinta mengambil alih totalitas emosi manusia, sehingga tidak ada ruang atau relung hati yang kosong untuk yang lain selain yang dicintainya.
e. Hibb (al-ma’a) yang berarti menjaga (hifzh) dan menahan (imsak), seperti air yang tertahan di dalam bejana. Cinta perlu pemeliharaan dengan berbagai sarana, baik fisik maupun psikis, agar ia tetap tumbuh subur dan tidak habis-habis. Penggapaian cinta bukan berarti mengabaikan unsur-unsur yang menopangnya, seperti merawat wajah, dan juga perlu serta memberi nafkah lahir dan batin. Cinta juga perlu pengorbanan dengan cara menahan diri dari berbuat sesuatu yang merusaknya. Tanpa pengorbanan maka cintanua dipertanyakan.
Kemudian Jamea P. Chaplin (2010 : 90), seorang penulis Kamus Psiikologi mengkodifikasi arti cinta dalam lima definisi, yaitu :
a. Cinta adalah satu perasaan kuat penuh kasih sayang atau kecintaan terhadap seseorang, biasanya disertai satu komponen seksual.
b. Cinta adalah satu sentimen dengan sifat karakteristik dominant yaitu satu perasaan kuat penuh kasih sayang.
c. Cinta berasal dari psikoanalisa, naluri libidinal atau erotis yang mencari kepuasan atau pemuas pada satu objek.
d. Cinta menurut Waston, dengan kekuatan dan kemurkaan, salah satu dari ketiga emosi primer akan menjadi sifat asli.
e. Cinta dari pendekatan religius, adalah satu kualitas spiritual dan mistik yang mempersatukan individu dan tuhan.
Imam Al-Ghazali (2010 : 91) mengartikan cinta sebagai suatu kecondongan naluri kepada sesuatu yang menyenangkan. Sedangkan di dalam Kamus Istilah Fikih, cinta didefinisikan dengan ruangan tanpa batas dan tanpa cakrawala. Ia harus dibedakan dengan perdamaian.
Cinta adalah kebebasan yang tidak satu pun hokum alam yang mampu mencegahnya. Ia seperti deras air, memburu muara, dan laut adalah tujuan akhir setelah melalui perjalanan panjang. Cinta adalah ketertarikan hati dan mendapat kepuasan yang dicintai, dengan tanda selalu terkenang, bersedia berkorban, perhatian yang melimpah, selalu bersemangat, dan menyenangi segala sesuatu yang datang dari yang dicintainya. Cinta bersifat timbale balik. Mencintai tumbuh-tumbuhan, binatang, lingkungan, benda-benda semuanya diperintahka, apalagi mencintai Allah dan RasulNya, serta sesama manusia.
Al-Alusi (2010 : 91)mengklasifikasikan cinta dalam beberapa tingkatan. Antara lain sebagai berikut :
a. Hawa nafsu.
b. Al-‘alaqah, yaitu perasaan cinta yang sudah menetap didalam hati.
c. Al-Khalaf, yaitu perasaan cinta yang sangat dahsyat.
d. Al-Isyqu, yaitu sebutan cinta yang melebihi takaran yang semestinya.
e. Assya’af, yaitu terbakarnya hati dibarengi perasaan nimkmat didalamnya.
f. As-Syaqaf, yaitu perasaan cinta yang meluap-luap.
g. Al-Jawa, yaitu perasaan nafsu yang mendalam.
h. Al-‘Aitamu, yaitu perasaan cinta yang sampai meracuni orang.
i. Attadullah, yaitu hilangnya akal karena cinta.
j. Al-Huyyum, yaitu tekanan nafsu cinta yang amat kuat, bahkan smpai membunuh orang.
Berbeda dengan Al-Alusi, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah (2010 : 89 ) dalam salah satu bukunya, menunjukkan sepuluh kualitas atau peringkat cinta, yaitu :
a. cinta al-Alaqah, yaitu cinta karena ada rasa ketergantungan kalbu pada sang kekasih. Orang yang cinta akan bergantung pada banyak hal. Hati dan jiwanya tergantung, harta bendanya tergantung, cita-cita dan harapan masa depannya tergantung, waktu dan tempatnya tergantung, dan semuanya menjadi tergantung. Ketergantungan tersebut diisyaratkan oleh Rasulullah Saw. seperti ketergantungan kalbu seseorang pada masjid (programnya), yang mana di akhirat kelak ia mendapat naungan yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Sebagaimana yang termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah.
“ Ada tujuh golongan yang mendapat naungan Allah dimana hari itu tidak ada naungan kecuali naunganNya…seseorang yang hatinya bergantung (cinta) pada (kegiatan) masjid…”
b. Cinta al-Iradah, yaitu cinta karena ada tendensi atau keinginan kalbu serta menuntut sesuatu pada sang kekasih. Cinta cenderung menuntut pada sang kekasih agar perasaan, perhatian dan dirinya diberikan kepada sang pencinta. Kualitas cinta seperti itu diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Syu’ara ayat 20, yaitu :
c. Cinta al-Shababah, yaitu cinta yang mana hati tercurahkan pada apa yang dicintai, sehingga dirinya tidak mampu mengendalikannya. Curahan hati itu ibarat curahnya air ke tempat yang lebih rendah. Shababah juga diartikan dengan kecenderungan yang menetap. Artinya hatinya telah cenderung pada satu objek yang menetap, sehingga tidak mungkin berpaling pada objek yang lain. Hal ini diisyaratkan dalam Firman Allah Swt. sebagai berikut :
أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا
“ Sesungguhnya Kami benar - benar telah mencurahkan air (dari langit). “ (QS.’Abasa [80]:25).
d. Cinta al-Gharam. Dalam bahasa Arab, kata gharam memiliki arti syiddah al-hubb (sangat cinta). Ia memiliki akar kata yang sama dengan maghram(hutang yang harus dilunasi). Orang yang bercinta lazimnya banyak berkorban, sehingga uangnya habis untuk menyenangkan sang kekasih. Karenanya orang yang bercinta identik dengan gharam (orang yang banyak hutang), yang mana hutangnya wajib dilunasi. Demikian juga, orang yang bercinta biasanya menggadaikan atau menghabiskan rasa cintanya kepada sang kekasih, sehingga tidak tersisa sedikitpun rasa cinta pada dirinya sendiri. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah gharamadalah cinta yang kekal di dalam hati yang tidak dapat dipisahkan. Begitu kekalnya sehingga Allah Swt. mengibaratkan siksa neraka bagi gharam karena penghuninya kekal di sana.
e. Cinta al-Widdad atau al-Muwaddah, yaitu kemurnian, ketulusan, dn kedalaman cinta. Kata al-Widdad bermula dari makna cinta, harapan, kelapangan dan kekosongan. Seseorang yang hatinya dipenuhi al-Widdad, maka dadanya lapang dan membuka diri untuk memberi harapan pada orang lain. Karena di dadanya penuh dengan cinta dan kosong dari hal-hal yang buruk. Widad (al-Wadud) merupakan salah satu Asma Allah Ta’ala yang berarti dicintai (al-Maudu)dan mencintai (a-Wad).
f. Cinta al-Syaghaf, yaitu cinta yang telah sampai pada kedalaman hati. Dalam Kamus Lisan Arab, Syaghaf memiliki arti penutup hati atau salah satu jenis penyakit di dalam lambung. Sedangkan menurut Al-Kufi, syaghaf merupakan salah satu nama kalbu, yang merupakan tempat cinta kepada pekerti yang baik. Tetapi Syaghaf di sini lebih diartikan sebagai endocathection -yang menurut murray- adalah keasyikan dengan perasaan dan pikiran sendiri.
g. Cinta al-Isyq, yaitu cinta yang mengasyikan. Secara etimologi kata al-Isyqmemiliki arti benih kuning yang melingkar pada pohon, atau penghabisan. Seseorang yang keasyikan adalah ang sedang dimabuk cinta, yang mana cintanya lengket dan habis karenanya. Berdasarkan arti tersebut, maka isyq memiliki arti cinta penghabisan atau cinta yang telah mencapai puncaknya.
h. Cinta al-Tatayyum, yaitu cinta yang disebabkan oleh rasa penghambaan dan menghinakan diri. Cinta ini dilukiskan seperti cinta anak kepada orangtuanya, ang mana terdapat unsure pengabdian dan merendahkan diri. Meskipun cnta seperti itu membangkitkan rasa dedikasi, namun tidak seperti dedikasi dalam beribadah kepada Allah. Dedikasi ini terjadi arena ada hubungan dekat, seperti hubungan keluarga, ikatan organisasi dan patriotisme.
i. Cinta at-Ta’abbud, yaitu cinta di mana seseorang merasa bahwa ia dimilki oleh orang yang dicintai, sehingga tdak tersisa sedikitpun dari dirinya, baik lahir maupun batin. Menurut Ibnu Taimiyyah, hakkatpenghambaan adalah puncah dari cinta, yang dipotong oleh cinta yang sempurna disertai dengan menghinakan diri untuk tunduk sepenuhnya kepada yang dicintai. Demi cinta ta’abbud-nya, ia rela bertemu atau berpisah pada cinta gharamatau isyq-nya.
j. Cinta al-Khallah, yaitu cinta di mana ruh telah menyatu, sehingga tidak ada ruang yang kosongbagi yang lain. Cinta ini hanya dimiliki oleh nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad, sehingga keduanya disebut al-khalil. Firman Allah :
وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
“ Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kecintaan-Nya. “ (QS. An-Nisa [4] : 125).
Dari sederetan definisi cinta diatas, ternyata seorang pecinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka, yaitu member. Terus menerus member. Dan selamanya begitu. Mungkin juga mereka menerima, atau bisa juga pasti. Tapi itu hanya efek dari apa yang mereka berikan.
Itu juga yang membedakan para pecinta sejati dengan para pecinta palsu. Jika mencintai dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cinta adalah apa yang anda berikan kepadanya, untuk membuat kehidupannya menjadilebih baik.
Parapecinta sejati tidak suka berjanji. Tetapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana member. Kemudian mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi member melahirkan kepercayaan.
Cinta adalah sebuah karya dalam dunia yang kecil, bersembunyi dengan manis disetiap hati manusia, akan menyerbak dengan harum ketika sentuhan kecil itu menyentuh hati tanpa ragu, sehingga melupakan waktu saat mencintai seseorang. Lebih lanjut cinta adalah rahmat yang diberikan saat pertama kali bernafas di dunia, bersama hembusan kasihnya menemani karpet merah kehidupanmu.
Maka apalah artinya, kita menduduki jabatan tinggi, namun hati kita dirundung oleh perasaan yang tidak menentu dan hampa. Apalah arti harta yang melimpah dan karir yang gemilang serta bisnis yang maju, jika semua itu kita jalani dengan rasa yang hambar tanpa makna cinta didalamnya. Oleh karenanya, setelah penulis paparkan hakikat cinta diatas, mudah-mudahan dapat lebih mengerti dan paham tentang urgrnsinya bagi kehidupan, bagi kesuksesan, kejayaan dan bagi bisnis.
- Pengertian dan Hakikat Bisnis
1. Pengertian Bisnis
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan (Wikipedia : 2011).
Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk padabadan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.
2. Bentuk Dasar Pemikiran Bisnis
Meskipun bentuk kepemilikan bisnis berbeda-beda pada setiap negara, ada beberapa bentuk yang dianggap umum:
a. Perusahaan perseorangan: Perusahaan perseorangan adalah bisnis yang kepemilikannya dipegang oleh satu orang. Pemilik perusahaan perseorangan memiliki tanggung jawab tak terbatas atas harta perusahaan. Artinya, apabila bisnis mengalami kerugian, pemilik lah yang harus menanggung seluruh kerugian itu.
b. Persekutuan: Persekutuan adalah bentuk bisnis dimana dua orang atau lebih bekerja sama mengoperasikan perusahaan untuk mendapatkan profit. Sama seperti perusahaan perseorangan, setiap sekutu (anggota persekutuan) memiliki tanggung jawab tak terbatas atas harta perusahaan. Persekutuan dapat dikelompokkan menjadi persekutuan komanditer dan firma.
c. Perseroan: Perseroan adalah bisnis yang kepemilikannya dipegang oleh beberapa orang dan diawasi oleh dewan direktur. Setiap pemilik memiliki tanggung jawab yang terbatas atas harta perusahaan.
d. Koperasi: adalah bisnis yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya. Karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain adalah anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.
3. Macam - Macam Bisnis
Bisnis terdiri dari berbagai macam tipe, dan, sebagai akibatnya, bisnis dapat dikelompokkan dengan cara yang berbeda-beda. Satu dari banyak cara yang dapat digunakan adalah dengan mengelompokkan bisnis berdasarkan aktivitas yang dilakukannya dalam menghasilkan keuntungan.
a. Manufaktur adalah bisnis yang memproduksi produk yang berasal dari barang mentahatau komponen-komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contoh manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa.
b. Bisnis jasa adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible, dan mendapatkan keuntungan dengan cara meminta bayaran atas jasa yang mereka berikan. Contoh bisnis jasa adalah konsultan dan psikolog.
c. Pengecer dan distributor adalah pihak yang berperan sebagai perantara barang antara produsen dengan konsumen. Kebanyakan toko dan perusahaan yang berorientasi-konsumen adalah distributor atau pengecer. lihat pula: Waralaba
d. Bisnis pertanian dan pertambangan adalah bisnis yang memproduksi barang-barang mentah, seperti tanaman atau mineral tambang.
e. Bisnis finansial adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi dan pengelolaan modal.
f. Bisnis informasi adalah bisnis menghasilkan keuntungan terutama dari pejualan-kembali properti intelektual (intelellectual property).
g. Utilitas adalah bisnis yang mengoperasikan jasa untuk publik, seperti listrik dan air, dan biasanya didanai oleh pemerintah.
h. Bisnis real estate adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan dengan cara menjual, menyewakan, dan mengembangkan properti, rumah, dan bangunan.
i. Bisnis transportasi adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan cara mengantarkan barang atau individu dari sebuah lokasi ke lokasi yang lain.
4. Hakikat Bisnis
Ruthsimatupang (2011) mendeskripsikan tentang hakikat dari sebuah bisnis, bahwa :
Hakikat Bisnis Adalah Kebutuhan Manusia yang berupa barang dan jasa yang harus terpenuhi kebutuhannya dengan usaha mendapatkan alat pembayarannya yaitu uang atau tukar-menukar barang (barter) yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak.
Melihat deskripsi diatas, ada beberapa kodifikasi tentang pengertian dari bisnis yang relevan dengan hakikat bisnis di atas, yang dikemukakan oleh Sukmadi (2010), yaitu :
Pertama, Bisnis adalah kegiatan untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang-barang dan jasa-jasa untuk kepentingan bersama, baik bagi produsen, konsumen atau penjual dan pembeli.
Kedua, Bisnis adalah aktivitas untuk memberikan gambaran perihal laba. Adapun laba itu sendiri merupakan selisih antara penghasilan terhadap biaya-biaya yang dibebankan.
Untuk mencapai laba, jalan yang ditempuh beranekaragam sehingga bisa dilihatdari jalan tersebut, bisnis itu mempunyai norma-norma sendiri. Dan jalan tersebut dikelompokkan kepada 4 kelompok, yaitu Industrial Business, Trading Business, Service Business dan Facilitation Business.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Hubungan Cinta dalam Dunia Bisnis
Cinta bagaikan tanaman yang harus dipelihara dan dirawat, jika tidak demikian maka akan mati dan layu. Kadang kita melihat atau mendengar pernikahan yang bak dongeng, pangeran tampan berkuda putih menikah dengan putri yang cantik jelita, tapi ternyata hanya seumur jagung karena cinta keduanya telah hilang. Dalam berbisnis menumbuhkan cinta itu perlu, merawat cinta itu penting.
Cinta itu adalah segala sesuatu yang Anda lakukan, pengorbanan yang dibuat, pemberian, seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya ke dunia. Belajarlah untuk mencintai pelanggan, mencintai pesaing, mencintai bawahan serta mencintai produk. Mencintai profesi kita sebagai pengusaha, sebagai wirasuasta, sebagai entrepreneur.
Cinta dalam berbisnis hendaknya bukan karena silau akan gemerlap dunia. Ingin menjadi orang kaya dan memamerkan harta, tetapi Karen ingin membangun perekonomian ummat dan mendapat ridha Allah Swt. Manusia berusaha, Allah yang menentukan. Akan ada saat dimana malam berganti pagi, gelap berganti terang.
Ingatlah selalu kepada beberapan pedoman, bahwa jika niat baik, maka Allah akan menilainya sebagai ibadah. Termasuk berbisnis juga adalah ibadah. Jika segala sesuatunya diniatkan karena Allah Swt. semata, maka akan dianti dengan pahala.
Ingatlah juga, ketika cinta sudah berbicara, hati akan melekat disana. Ketika cinta sudah mulai hilang di dalam dunia bisnis, bisnis pun tinggal menunggu kehancurannya. Salah satu ujung tombak bisnis adalah jualan, dodolan, marketing. Dan sejarah pun membuktikan, perusahaan yang sukses selalu jualan, dodolan dan memamerkan produknya dengan cinta. Sehingga halangan apa pun yang menimpanya tidak akan dihiraukannya. Cinta telah mengalahkan segala rintangan yang ada di depan mata.
Saat ini dunia semakin berkembang dan banyak terjadi perubahan-perubahan, banyak kebencian, dan kedengkian serta permusuhan muncul dimana-mana dengan berbagai sebab dan akibat. Namun ada satu yang tidak akan pernah hilang, dimana masih ada cinta dalam diri insan manusia yang sangat jarang diapresiasikan oleh sebagian orang dewasa ini. Bahkan ketika semua kebencian itu muncul, cintalah yang berhasil meluluhkan segalanya.
Apabila jiwa bisa berteriak, mungkin akan terdengar teriakan Where is the Love ?. dan inilah yang sangat dirasakan dalam dunia bisnis. Persaingan semakin keras, dan untuk memenangkan persaingan serta mencapai target, tak jarang banyak yang mengorbankan cintanya kepada konsumen, dan juga kepada partner kerja lainya. Sangatlah ironis, tapi itulah kenyataan yang terjadi dewasa ini.
Dengan mempengaruhi emosi konsumen, tidak jarang banyak yang rela mengorbankan perasaan cinta. Misalnya saja dengan menjual produk tanpa cinta, yaitu menghalalkan segala cara agar konsumen mau membeli produknya. Dan tidak sedikit bisnisman yang berprinsip asal laku, target penjualan terpenuhi, meskipun konsumen nantinya merasa kecewa dan tertipu. Cara yang demikian jelas tidak akan membuat bisnis bertahan lama. Bisa jadi dia akan untung besar dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang konsumen akan meninggalkan dan membencinya. Dan kebangkrutan bisnis hanya soal waktu saja.
B. Peran Rasulullah dalam Dunia Bisnis
Sebagai nabi akhir zaman, peran Rasulullah sangatlah sempurna, tidak hanya sebagai negarawan, tetapi sebagai pemimpin umat dan penyebar agama. Ini bias kita lihat betapa banyaknya ajaran yang akan kita temukan seputar kehidupan beliau sejak kanak-kanak hingga dewasa. Bisa dibilang tidak ada catatan kehidupan yang begitu lengkap tentang seorang nabi, kecuali biografi Nabi Muhammad Saw.
Dari sedemikian detailnya, terdapat sisi lain yang kurang mendapat sorotan yaitu karir beliau sebagai seorang saudagaratau dalam kehidupan masa kini disebitnya pebisnis dalam bidang niaga atau perdagangan.
Di masa muda, beliau sering disebut al-Amin, as-Shiddiq, dan pernah mengikuti pamannya berdagang ke Syam dan Syiria. Uraian mendalam tentang kehidupan dan keterampilannya sebagai pebisnis kurang memperoleh pengamatan untuk diteladani. Padahal, sebelum diangkat menjadi nabi, beliau telah meletakkan dasar-dasar etika, moral dan etos kerja yang mendahului zamannya. Dasar-dasar etika bisnis yang mendapatkan pengakuan keagamaan setelah beliau diangkat menjadi nabidan mendapat pembenaran akademis di awal abad 21.
Prinsip bisnis modern seperti kompetensi, efisiensi, transparansi, persaingan yang sehat, kompetitie, semuanya telah menjadi gambaran pribadi Nabi Muhammad Saw. ketika muda.
Nabi Muhammad Saw. adalah businessman yang jujur dan adil dalam membuat perjanjian bisnis. Beliau tidak pernah membuat konsumennya komplen ataupun kecewa. Beliau selalu menjaga janjinya dan menyerahkan barang-barang yang dipesan dengan tepat waktu. Beliau senantiasa menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan integritas tinggi dengan siapapun. Reputasi beliau sebagai seorang businessman yang jujur, benar-benar telah dikenal luas sejak beliau berusia muda. Hal ini tentunya tidak luput dengan tugas beliau sebagai penutup para nabi yang akhirnya diberi legitimasi keagamaan untuk dasar dan etika bisnis beliau setelah beliau diangkat menjadi nabi.
Banyaknya kecurangan yang dilakukang oleh produsen atau businessman yang akhirnya merugikan konsumen dan masyarakan tentunya sangat menggugah hati. Bukankah Rasulullah telah memberikan teladan yang jelas bagi kita semua dalam hal berbisnis ? Lalu, mengapa kecurangan itu masih terjadi ? Bukankah kita Islam ? Ataukah itu hanya semu alias KTP saja ?
Besar kemungkinan, adanya kecurangan dapat disebabkan oleh kurang pahamnya para pengusaha akan etika berbisnis Rasulullah. Sosok pemberi teladan yang paling baik.
C. Modal Bisnis Berselimut Cinta Khas Rasulullah
Berbicara soal karir seseorang ataupun bisinis seseorang, terdapat satu kata yang sering diucapkan jika seseorang telah berhasil dalam karir atau bisnisnya. Kata itu adalah sukses.
Relevansinya dengan modal, tentunya seseorang memiliki strategi dalam memaksiimalkan karir bisnisnya, salah satunya adalah modal. Rasulullah Saw. memberikan beberapa modal untuk meraih sukses dalam bidang bisnis, yaitu ada 7 modal bisnis yang mana penuh dengan makna cnta didalamnya :
1. Mencintai Diri Sendiri
Kita hadir bukanlah karena sebuah kebetulan, bukan karena kecelakaan, namun kita memliki kode DNA sendiri yang benar-benar unik, yang merupakan stampel keaslian kita.
Semua manusia, tanpa terkecuali terlahir sebagai orang yang kaya. Cobalah kita periksa kekayaan apa saja yang telah kita miliki; ada dua mata indah yang menghias raut wajah kita. Mata yang mahal harganya. Kamudian gijal kita, yang mahal juga harganya. Kemudian otak yang luar biasa, yang harganya tidak akan ternilai. Bagaimana dengan kedua daun telinga kita, kadua tangan kita, kadua kaki kita. Ini belum kesehatan dan waktu yang diberikan Allah kepada kita. Semua itu adalah asset yang bukan liabilitas dan sangan besar jika kita sadari dengan panuh pemikiran. Maka begitu kayanya diri kita, bahkan Allah Swt. Dzat pencipta kita, terang-terangan memuji kita sebagai sebagus-bagusnya ciptaan.
Dunia entrepreneurshipdan dunia bisnis adalah dunia memberi. Kita memberikan produk kepada orang lain, lalu orang lain pun memberikan sesuatu kepada kita. Ada hubungan simbiosis mutualisme antara atasan dengan bawahannya, antara penjual dengan pembeli, antara sesame, dan lain sebagaiinya. Demikianlah kehidupan manusia, tak ubahnya seperti ajang pertukaran keuntungan.
Dalam anekaragam hubungan tersebut, ada satu kaidah yang berlaku untuk semua. Seseorang harus terlebih dahulu memiliki nilai, agar orang lain mau memakai dirinya. Seseorang harus terlebih dahulu membuat dirinya berharga, agar orang lain melihat betapa berharganya dirinya. Dan tangga kesuksesan hanya bisa didaki oleh orang-orang yang cinta kepada dirinya sendiri dan percaya akan kehebatan dirinya. Kesuksesan hanya mendatangi orang yan mampu menghargai dirinya sendiri, yang mampu memberikan nilai pada dirinya sendiri.
Meniti jalan panjang kehiduan ini, teramat banyak kerikil-kerikil tajam yang siap menjadi batu sandungan. Ada anekaragam rintangan yang menghambat perjalanan untuk maju. Namun, hambatan yang paling besar sesungguhnya tidak dating dari luar, tetapi dari dalam diri kita sendiri. Keraguan akan kemampuan diri sendiri, perasaan memandang diri terlalu rendah, yang ujungnya menjadi penyebab kegagalan.
- Mencintai Waktu
Dalam kehidupan ini, sesungguhnya ada satua anugerah yang seringkali dilupakan oleh manusia, anugerah yang diberikan secara merata oleh Allah Ta’ala, meskipun dengan jatah yang berbeda. Anugerah itu bernama waktu.
Seorang businessmanmelihat waktu seperti tumpukan rupiah yang menanti untuk diraih. Dan waktu adalah sebuah modal utama untuk mencapai tahapan kesuksesan tertentu, baik itu ilmu, harta bahkan kebahagiaan di akhirat kelak.
Waktu bagaikan uang, yang dapat dihambur-hamburkan seenak hati atau memilih untuk menginvestasikannya. Bila waktu itu dihamburkan, maka waktu akan habis dan tidak mungkin diiambil kembali. Namun jika diinvetasikan, kelak kita sendiri tidak akan percaya betapa banyak yang telah kita raih.
Mencintai waktu dalam dunia entrepreneurship adalah sebuah keharusan. Kepedulian untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, menjadi ukuran utama dalam meniti tangga kesuksesan. Pada masing-masing detik, memiliki harga yang tak mungkin terhentikan oleh apapun, sebuah harga yang akan menguap begitu saja apabila kita terlena meski hanya sedikit.
Kita tidak akan mungkin dapat menghemat waktu, kita tidak bias menghentikannya meski hanya sesaat. Dalam kondisi apapn waktu akan terus mengalir di hadapan kita. Oleh karena itu, yang bisa kita lakukan adalah menggunakannya dengan cermat. Sesungguhnya, setiap bagian kehidupan yang kita capai saat ini, menunjukkan seperti apa kita menggunakan waktu kita pada masa lampau. Maka, jika menginginkan masa depan yang berbeda, maka kita harus menggunakan waktu dengan cara yang berbeda juga. Kita harus mengubah cara kita memandang diri sendiri dan bagaimana menggunakan waktu untuk meraih setiap mimpi yang diidam-idamkan.
Sadar akan begitu pentingnya waktu, Rasulullah Saw. telah memberikan nasihat yang bijak kepada kita :
“Jagalah lima perkara, sebelum dating lima perkara; masa muda sebelum masa tua, masa sehat sebelum masa sakit, masa kaya sebelum miskin, masa lapang sebelum masa sempit, masa hidup sebelum masa mati.”
Janganlah menunggu lagi, tapi bertindaklah saat ini, sebelum engkau terlambat. Kesempatan masa mudamu akan segera berlalu, maka pergunakanlah selagi masih dalam genggamanmu, masa sehatmu tidaklah selamanya, maka bersegeralah melakukan sesuatu, begitu juga masa lapangmu, masa kayamu, juga masa hidupmu. Lakukan sesuatu yang berguna untuk diri kita, juga untuk orang-orang disekeliling kita, dan jangan pernah lengah. Ini juga yang difirmankan Allah Swt. :
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” [QS.Al-Jumu’ah [62] : 10]
Jika ingin sukses dan berjaya dalam hidup, gunakanlah waktu sebagai modal terbaik kita. Itulah cara kita mencintai waktu sebagai modal kedua terbesar untuk sukses, kaya dan berjaya. Dan Rasulullah adalah teladan terbaik dalam menghargai waktu, sehingga beliau bisa menjadi sukses tak terperikan.
- Mencintai Pekerjaan
Bekerja adalah bagian dari kehidupan manusia yang tidak mungkin ditinggalkan oleh siapapun orangnya. Apakah ia tinggal di desa ataupun tinggal di kota. Apakah ia anak pejabat ataupun anak seorang petani kecil. Apakah ia seorang terpelajar ataupun tidak terpelajar. Mereka semua butuh bekerja, butuh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitu manusia lahir, maka ia harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia membutuhkan makanan, tempat tinggal, sandang, dan kebutuhan-kebutuhan lainya. Ketika seseorang masih kecil, kebutuhan itu dipenuhi keluarganya. Namun ketika usia mulai beranjak dewasa, mau tidak mau ia harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Dan untuk itu, ia harus bekerja.
Dalam dua puluh empat jam sehari, rata-rata orang menghabiskan separo waktunya ditempat kerja. Keluar di pagi hari dan baru pulang saat malam mulai menyelubungi bumi. Dan untuk separo kehidupan itu, ia memiliki kebebasan untuk memilih.
Banyak orang yang menerima gaji besar dari pekerjaan yang dilakukannya. Banyak orang yang memperoleh banyak waktu cuti dari hari-hari bekerjanya. Mendapatkan bantuan ongkos rumah sakit dan purna jabatan. Tetapi, pekerjaan yang ia lakukan benar-benar ia tidak sukai. Setiap hari ia merasa tersiksa dengan pekerjaannya. Dari sisi luar, dia memang orang yang kaya, mobilnya mewah, tetapi sesungguhnya ia adalah orang yang gagal. Pekerjaan yang semestinya sebagai sarana meraih kebahagiaan justru sebaliknya, pekerjaan itu menuntut pelakunya mengorbankan kesenangan dan kebahagiaannya sendiri.
Ingat, jangan pernah bekerja hanya untuk uang, karena itu tidak akan pernah memuaskan, tidak juga membantu kita tidur nyenyak di malam hari. Bekerjalah karena panggilan hidup, karena passion. Sebab, dengan begitu kita akan meraih kesenangan dan kebahagiaan hidup, seberat dan sesusah apa pun pekerjaan yang kita jalankan. Sungguh ketika kita bekerja karena passion, maka akan menjadikan pekerjaan sebagai hobi, bukan sebagai kewajiban, apalagi beban. Dan jika kita mengganggap pekerjaan sebagai kewajiban maupun beban, maka hidup kita tidak akan pernah bahagia.
Dalam dunia entrepreneurship, kecintaan terhadap apa yang kita lakukan sesungguhnya menjadi persoalan yang amat fundamental. Dengan berbekal rasa cinta yang besar itulah kita bias mencurahkan seluruh pikiran kita untuk pekerjaan kita. Kreatifitas pun akan muncul dengan sendirinya, dan kita akan melakukan pekerjaan kita dengan riang dan waktu yang tidak terbatas. Saat persoalan muncul, kita pun tertantang untuk menuntaskannya.
Orang yang paling sukses adalah orang yang menikmati pekerjaannya. Kebahagiaan hidup yang sebenarnya berasal dari keasyikan kreatif yang menyeluruh dalam suatu pekerjaan, dan bukan hasil dari luar pekerjaan itu. Bila kita menikmati pekerjaan kita maka kita akan merasakan suatu perasaan keselarasan, penuh arti dan kenyamanan. Perasaan berhasil dalam diri dalam jangka panjang akan meningkatkan keberhasilan.
Orang yang paling sukses adalah seseorang yang mencintai pekerjaannya. Dengan kecintaannya, ia menganggap sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya sebagai sesuatu yang menyenangkan. Karena perasaan senang itulah ia begitu bersemangat dalam menjalani pekerjaannya, selalu memberikan energi yang lebih, selalu bekerja dengan konsentrasi yang penuh dan tentunya selalu memberikan waktu yang maksimal. Ia sendiri tidak lagi merasakan pekerjaan layaknya sebuah pekerjaan, tapi sebuah permainan yang mengasyikkan dan petualangan yang menantang.
Bagi mereka, sebuah pekerjaan layaknya sebuah aktivitas seni, dan karenanya benar-benar terasa menyenagkan. Tidak sedikit dari mereka, yang mau melakukannya tanpa digaji, apalagi itu justru menghasilkan pundit-pundi uang.
Bagaimana dengan Rasulullah ? Soal kecintaannya dengan pekerjaan, tidak usah diragukan lagi. Sejak kecil, Muhammad kecil begitu menikmati pekerjaannya sebagai penggembala kambing. Buktinya, kambing yang digembala beliau selalu gemuk-gemuk dan tidak pernah berkurang jumlahnya. Sehingga waktu itu, banyak pemilik kambing yang kambingnya ingin digembala oleh Muhammad kecil. Saat mulai beranjak remaja dan dewasa, Muhammad muda sangat mencintai dunia bisnis.
Itulah kenapa ketika beliau tahu pamannya mau berdagang ke negri Syam, beliau menawarkan dirinya agar bias ikut serta. Begitu diiyakan, kesempatan itu tidak disia-siakannya. Ia pergunakan dengan baik. Dan akhirnya Muhammad muda dikenal dan terkenal sebagai CEO terbaik dan termahaal saat itu, sehingga sang investor terbesar dan terkaya di Makkah, Siti Khadijah jatuh hati kepadanya.
Ternyata kecintaan beliau terhadap pekerjaannya tidak berhenti sampai di situ. Bahkan terus berlanjut hingga Muhammad diangkat menjadi Rasul oleh Allah Ta’ala. Justru semenjak menjadi Rasul, kecintaan beliau terhadap pekerjaan semakin ditingkatkan. Dari yang tadinya sekedar duniawi, yakni pemenuhan hidup belaka, menjadi bernilai ukhrawi. Bahwa bekerja, apapun pekerjaannya, menurut Rasulullah Saw. harus dilakukan karena Alla, untuk kebaikan di dunia dan di akhirat. Bahwa bekerja adalah ibadah. Dan karena ibadah, siapapun yang bekerja dengan giat, ia akan dijanjikan pahala yang baik oleh Allah. Begitulah cara Rasulullah menghargai pekerjaan. Begitu tinggi, begitu mulya dan begitu dicintai.
- Mencintai Konsumen
Pelanggan adalah raja. Inilah ajaran kuno yang melekat kuat dalam benak kita. Para pelanggan itulah yang membuat roda ekonommi berputar. Mereka juga yang bisa memenuhi pundi-pundi kita dengan uang. Apa yang akan mereka keluarkan adalah kunci keberhasilan sebuah usaha. Seberapa banyak keuntungan yang bisa didapat, itu bergantung pada seberapa banyak barang yang laku terjual. Sementara itu, berapa banyaknya barang dagangan itu laku, teramat bergantung pada suasana hati mereka. Dan demikianlah, jauh sebelum persoalan kualitas produk, yang tidak kalah pentingnya dalam dunia bisnis adalah, bagaimana kita menyentuh hati para konsumen kita.
Cintailah pelanggan. Karena itu bagian dari keuntungan yang unlimited bagi bisnis kita. Satu orang terkesan, bukan hanya dirinya yang akan kembali melakukan transaksi. Sangatlah mungkin, akan mengundang orang lain,yang mendengar kisah mengesankan yang dituturkan pelanggan tersebut.
Dalam dunia bisnis, pelayanan menjadi unsur yang paling utama. Siapa yang paling baik memberikan pelayanan dialah yang paling berhak mendapatkan segala keuntungan
Dalam dunia bisnis, persoalan cinta menjadi persoalan yang krusial. Semakin besar rasa cinta kita kepada pelanggan-pelanggan kita, semakin baik perlakuan kita kepada mereka, semakin nyamanlah mereka.
Semakin nyaman pelanggan kita semakin suka ia berbisnis dengan kita. Belum lagi jika ia menceritakan kepada teman-temannya betapa baiknya kita terhadap mereka. Maka sudah pasti relasi kita akan terus bertambah, dan itu berarti akan menambah kauntungan dalam bisnis kita.
Dalam masyarakat, pasar seperti tempat kita tinggal saat ini, semua transaksi dilakukan dengan sukarela. Orang membeli suatu barang karena ia membutuhkannya. Dan jika ia memperoleh kebutuhannya dengan kualitas baik dan harga yang wajar atau merasa tidak tertipu, ia pasti akan puas. Dan sebaliknya, ia akan kecewa dan jera. Dalam hokum pasar tersebut, semakin jujur kita kepada konsumen, semakin banyak dan semakin baik kita melayani konsumen, maka semakin banyak konsumen yang akan memberikan uangnya kepada kita. Mereka akan menjadi konsumen loyal kita. Dan itulah cara kita mencintai konsumen.
Sungguh, jika sudah basa mencintai konsumen seperti itu, maka bisa dipastikan, bisnis kita akan susah mengalami kebangkrutan, meskiun orang lain yang sedang menjalankan bisnis yang sama dengan kita, sedang berjuang mati-matian agar tidak bangkrit. Sebagaimana termisal dalam sabda Rasulullah Saw. berikut :
“Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abdul Hamzah, ia berkata, “Aku telah membeli sesuatu dari Muhammad sebelum beliau menerima tugas kenabian. Dan karena masih ada satu urusan dengannya, maka aku menjanjikan untuk mengantarkan kepadanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat tiga hari kemudian, aku pun pergi ke tempat tersebut dan Muhammad masih ada di sana. Muhammad berkata, ‘Engkau telah membuat aku resah, aku berada di sini selama tiga hari menunggumu’.”[HR. Abu Dawud].
- Mencintai bawahan
Di dunia ini pastilah kita akan menjumpai beranekaragam manusia, dengan beranekaragam profesi , ada yang menjadi atasan, ada yang menjadi pegawai rendahan, ada pejabat, pembantu rumah tangga, soopir, dan lain sebagainya.
Dengan beranekaragam profesi inilah, dunia terasa lebih indah dan berwarna, tak sekedar indah dan berwarna tetapi dengan anekaragam profesi ini juga menemukan kemudahan dalam hidupnya.
Disekitar kita memang sangat banyak orang-orang yang kurang beruntung dengan kita, orang-orang yang bekerja di bawah kita; ada karyawan, OB perusahaan, pembantu, sopir, bahkan penyapu jalanan. Secara tidak sadar kita sering memandang mereka dengan sebelah mata, padahal jika kita merenung, sangatlah berarti bagi kita. Teramat banyak dari kehidupan kita yang bertumpu pada keberadaan mereka, teramat banyak jasa yang telah mereka lakukan untuk kita.
Bayangkan ketika kita memperlakukan bawahan kita dengan baik dan penuh cinta. Sungguh, hasilnya akan luar biasa. Tidak hanya keuntungan lahiriah saja yang kita dapat, tapi batin kita pun menjadi sangat kaya karenanya. Damai di hati, di tempat kerja, di jalanan juga di rumah.
Islam mengajarkan penntingnya memberikan cinta dan penghormatan kepada orang lain, bahkan kepada orang-orang dibawah kita. Allah Swt. berfirman :
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ
“ Dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka.”[QS Hud [11] : 85]
Dan Rasulullah Saw. pun bersabda :
“ Demi Dzat yang menggenggam jiwaku, tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan tidak akan beriman kecuali kalian saling mencintai.”[HR.Muslim]
Menjadi seorang yang sedang berada di atas, semestinya kita banyak bersyukur. Dalam salah satu rasa syukur itu, bisa kita ekspresikan dengan menjadi pemimpin yang baik, pemimpin yang menjadikan dirinya sebagai tempat bernaung bagi orang-orang yang ada di bawahnya, pemimpin yang tidak pernah kehabisan stok kasih sayang, pemimpin yang menempatkan kepentingan bawahannya di atas segalanya. Hanya dengan demikian hidup kita akan menjadi lebih berarti.
Dan Rasulullah adalag teladan yang terbaik yang ada di muka bumi ini. Salah satu bukti bahwa Rasulullah Saw. sangat mencintai bawahan dan orang lain adalah, bahwa setiap sahabat yang pernah bertemu dengan beliau, semuanya selalu merasa paling akrab dan paling istimewa di mata beliau. Itulah jenis kualitas cinta yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad Saw.
- Mencintai Pimpinan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah Swt. dan taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri diantara kamu.” [QS.An-Nisa [4] : 59]
Dan seperti itulah kira- kira yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin dimanapun berada.
Seorang karyawan yang menempatkan amanah tuannya di atas segalanya, di tangan karyawan samacam ini pimpinan manapun akan bias tidur nyenyak, tidak khawatir karyawan akan berulah, melakukan korupsi yang merugikan perusahaan dengan memberikan laporan palsu.
Dan memang semacam itulah yang semestinya dimiliki semua karyawan di mana pun ia bekerja. Seorang karyawan semestinya mencintai pimpinannya, patuh erhadap perintah, dan selalu bertindak kreatif untuk mencapai hasil yang maksimal. Sudah sepantasnyalah semua bawahan taat kepada atasannya selama atasannya tidak memerintahkan pada hal-hal yang bertentangan dengan hokum-hukum Allah.
Membaca kisah Rasulullah Saw., kita akan menjumpai sebuah teladan yang luar biasa betapa baiknya Rasulullah sebagai karyawan. Bekerja kepada Siti Khadijah ia telah membuktikan sikap terbaik dan terprofesionalnya beliau, sampai siti khadijah jatuh hati dan melamarnya untuk dijadikan suami.
Sebagai seorang karyawan, Muhammad tidak hanya menunjukan sifat jujur pada pelanggan-pelanggan bosnya, tapi juga jujur kepada majikannya sendiri. Muhammad telah menunjukkan prestasi yang luar biasa, yang tidak dapat diraih oleh karyawan manapn sepanjang zaman.
- Mencintai Pesaing
Bisnis dan persaingan laksana dua mata uang yang tidak mungkin dipisahkan. Pada aspek manapun dalam setiap usaha yang kita bangun, tidak bisa tidak kita selalu memiliki pesaing. Dari aspek paling kecil sampai aspek paling besar selalu saja akan kita jumpai competitior.
Dalam hal ini tidak ada jalan untuk menghindar, dan hanya ada satu cara untuk melenyapkan semua pesaing kita, yaitu ketika kita mulai berhenti memusuhinya dan berubah menjadi mencintainya. Sebab kata orang bijak, pesaing bukanlah musuh melainkan mitra yang akan membuat kita semakin berkembang, pesaing akan memperbesar pasar, sebab tanpa kompetisi, bisnis tidak akan berkembang.
Mencintai pesaing-pesaing kita, tentu akan lebih menyenangkan daripada membencinya. Menganggap mereka sebagai sahabat, pastilah lebih mengenakan daripada menganggap mereka musuh. Tidak usah risau, bahwa rezeki kita akan hilang karena adanya pesaing-pesaing itu, karena Allah telah menentukan jatah rezeki orang masing-masing.
Persaingan dalam dunia bisnis bukanlah hal yang tabu, melainkan sudah begitu alami. Ia berada dalam medan manapun. Oleh karena itu, bukan menghilangkan pesaing yang semestinya kita pikirkan, tetapi bagaimana menghadapi sebuah medan persaingan dengan cara yang lebih produktif. Tanpa persaingan bisnis tidak akan maju, karena tidak ada pacuan untuk memberikan yang terbaik kepada konsumen.
Cara lain yang tidak kalah efektif, dalam menyikapi persaingan adalah mengembangkan kemampuan dan kapasitas sehebat mungkin. Misalkan dengan meningkatkan daya kreatifitas. Sehingga pada akhirnya, pesaing kita pun jauh tertinggal. Karena persaingan itu memperlaris dan menjadi media promosi bisnis yang kita jalankan.
D. Etika dan Prinsip Bisnis Rasulullah
Rasulullah Muhammad Saw. pernah mengatakan lewat Sabdanya, bahwa sebagian besar rizki manusia diperoleh dari kativitas bisnis, khususnya perdagangan. Dalam ilmu ekonomi, perdagangan secara konvensional diartikan sebagai proses saling tukar-menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Mereka yang terlibat didalamnya dapat menentukan keuntungan maupun kerugian dari aktivitas tersebut.
Sementara itu, tidak ada bisnis yang berbuah kesuksesan tanpa didasari etika dan prinsip dalam menjalankan bisnis. Kesuksesan Rasulullah pun tidak terlepas dari etika dan prinsipbisnis yang beliau terapkan saat menjalankan bisnisnya. Etika dan prinsip beliau yang bisa kita teladani dalam berbisnis di antaranya yaitu :
1. Jujur dan adil
Sikap inilah yang selallu ditunjukkan oleh nabi sehingga menjadi kunci sukses beliau untuk melakukan perjalanan perdagangan ke Yerussalem, Yaman, dan tempat-tempat lain bahkan Rasulullah mendapatkan keuntungan di luar dugaan.
Jujur termasuk menunjukkan kesetiaan dan tidak menyembunyikan cacat, dan amanah. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dari Ibnu ‘Umar ra :
“Kelak di hai kiamat, seorang Muslim yang berprofesi sebagai pedagang yang terpercaya dan jujur akan dikumpulkan bersama orang-orang yang mati syahid.”[HR. Ibnu Majjah]
2. Profesional
Seiring dengan sikap ikhlas, Muhammad menekankan pada pentingnya sikap professional dalam pekerjaan. Sikap ini menjauhkan dari sifat malas, tidak mau berusaha dan hanya menerima tanpa ada usaha untuk menuju kea rah yang lebih baik.
Orang yang tidak kompeten dalam menjalankan suatu bidang atau pekerjaan tertentu hanya akan memperburuk keadaan. Seorang professional juga akan bersikap cermat dalam setiap perbuatan yang dilakukan, karena ia percaya bahwa hari esok harus lebih baik dari hari kemarin.
3. Silaturahmi
Silaturahmi adalah kunci dalam melakukan usaha sebagai sarana untuk menuju sumber daya yang tidak terbatas. Karena dengan silaturahmi, kita akan mampu membentuk komunikasi dua arah dan pada akhirnya akan mampu mengetahui dan memahami apa-apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan pelanggan.
4. Bersikap sopan dan baik hati
Jabir meriwayatkan dalam sebuah hadits Rasulullah Saw :
“Rahmat Allah atas orang-orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan membeli dan ketika ia membuat keputusan.” [HR.Bukhori]
5. Menghindari sikap berlebihan seperti banyak bersumpah
Tentang hal ini, Rasulullah telah memberikan nasihat kepada kita, yaitu :
“Hindarilah banyak bersumpah ketika melakukan transaksi dagang, sebab itu dapat menghasilkan penjualan yang cepat lalu dan menghapus berkah.”
Rasulullah saw. juga sangat membenci orang-orang yang dalam berdagangnya menggunakan sumpah-sumpah palsu. Pada hari kiamat Allah tidak akan berbicara dan tidak akan melihat kepada orang-orang yang semasa hidupnya berdagang dengan menggunakan sumpah palsu.
6. Menghindari Riba
Ibnu Abi Ad-Dunya dan Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah berkhotbah yang isinya menyinggung tentang riba dan akibatnya. Beliau bersabda :
“Satu dirham yang diperoleh seseorang melalui riba lebih besar dosanya di sisi Allah daripada tiga puluh enam kali melakukan zina. Dan riba yang paling besar dosanya adalah riba dari harta seorang Muslim.”
7. Tidak menyepelekan utang
As-Syafi’, Ahmad, al-Tirmidzi, dan Ibnu Majjah meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rosulullah bersabda :
“Nyawa orang beriman terkatung-katung Karen utangnya, sampai utangnya itu dilunasi.”
8. Tidak melakukan wanprestasi kepada krediturnya
Rasulullah kerap mengembalikan lebih besar nilainya dari pokok pinjamannya, sebagai penghargaan terhadap kreditur. Suatu saat Rasulullah pernah meminjam seekor unta uang msih muda, kemudian menyuruh Abu Rafi mengmbalikannya dengan seekor unta yang bagus yang umurnya tujuh tahun. Beliau pernah mengatakan bahwa menebus utang dengan cara yang paling baik termasuk orang-orang paling utama.
9. Tidak menimbun dan menetapkan tarif tinggi
Banyak hadits yang melarang penimbunan suatu barang. Dantaranya sebagaimana yang dituliskan Ibnu Hajar dalam bukunya al-Ittihaf, ath-Thabrani dan al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda :
“Sejahat-jahatnya hamba adalah orang yang suka menimbun. Jika Allah menetapkan bahwa harga turun, maka ia bersedih, dan jika Allah menetapkann harga naik, maka ia senang.”
10. Murah hati dan toleran
Rasulullah pun pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dari jabir ra, :
“Semoga Allah merahmati orang yang memberikan kemudahan ketika menjual, membeli, dan menagih hutang.”
11. Senantiasa mengingat Allah
Kesibukan urusan dunia hendaknya tidak menghalangi kesibukan untuk meningat akhirat. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Rasulullah bersabda :
“Orang yang mengingat Allah ditengah orang-orang yang lalai bagaikan seorang prajurit di tengah orang-orang yang melarikan diri dari peperangan dan bagaikan orang hidup di tengah orang-orang yang mati.”
10. Murah hati dan toleran
Rasulullah pun pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan dari jabir ra, :
“Semoga Allah merahmati orang yang memberikan kemudahan ketika menjual, membeli, dan menagih hutang.”
11. Senantiasa mengingat Allah
Kesibukan urusan dunia hendaknya tidak menghalangi kesibukan untuk meningat akhirat. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani, Rasulullah bersabda :
“Orang yang mengingat Allah ditengah orang-orang yang lalai bagaikan seorang prajurit di tengah orang-orang yang melarikan diri dari peperangan dan bagaikan orang hidup di tengah orang-orang yang mati.”