CONTOH MAKALAH PRANATA SOSIAL BUDAYA | MACAM MACAM NORMA DALAM MASYRAKAT | JENIS JENIS PRANATA SOSIAL

KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW. 
Makalah yang berjudul “ Pranata Sosial Budaya” ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ”Perspektif Sosial Budaya”, dan untuk mengoptimalkan kemampuan kita dalam memahami manusia sebagai makhluk sosial. Penulis ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah Perspektif Sosial Budaya serta kepada semua pihak yang telah turut membantu dalam menyusun makalah ini. 

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan penulis, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan pada penulisan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, amin…………

Sindangraja , maret 2009 

Penulis 

BAB I 

PENDAHULUAN 


1.1 Latar Belakang Masalah 
Masyarakat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial di dalam suatu masyarakat berlangsung sebagaimana yang di harapkan, maka di rumuskan norma-norma masyarakat. Pranata sosial bermula dari upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar masyarakat yang di gambarkan nilai-nilai sosial yang di hargai dan di perjuangkan masyarakat. 
Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, mulai dari norma yang rendah, sedang, sampai yang terkuat daya ikatnya. Pranata sosial mengandung nilai-nilai, peranan dan bentuk tingkah laku yang di tetapkan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang sifatnya mengikat semua masyarakat. 
Semakin berkembang suatu masyarakat semakin meningkat jumlah dan keanekaragaman kebutuhan, oleh karena itu semakin meningkat pula keperluan terbentuknya norma-norma yang mengatur pola kelakuan umumya dan terutama pola kelakuan yang lahir dan berkembangnya hubungan sosial serta kedudukan sosial yang menyertainya. 
1.2 Tujuan Penulisan Makalah 
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini, diantaranya : 
a. Kami khususnya tim penulis ingin mengetahui lebih luas tentang Pranata Sosial Budaya 
b. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Perspektif Sosial Budaya” 
c. Untuk mengetahui tentang macam-macam norma dalam masyarakat 
d. Untuk mengetahui jenis-jenis Pranata Sosial Budaya 

BAB II 
PEMBAHASAN 
PRANATA SOSIAL BUDAYA 


2.1 Macam-macam Norma dalam Masyarakat 
Norma dalam bahasa Latin berarti siku-siku (yang di pakai untuk mengukur), aturan, pedoman dasar. Kata sifatnya adalah normalis artinya yang di bikin menurut siku-siku, yang menurut petunjuk, kaidah, kebiasaan, kelaziman. Kata kerjanya adalah normare artinya menyelaraskan dengan ukuran, menyesuaikan menurut (Vanhoeven, Kamus Latin-Indonesia). 

Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, mulai dari norma yang rendah, sedang, sampai yang terkuat daya ikatnya. Para ahli sosiologi membedakan tingkatan norma ke dalam empat tingkatan, yakni: 
Cara (usage) 
Kebiasaan (folkways) 
Tata kelakuan (mores), dan 
4. Adat-istiadat (custom). 
Cara (Usage) menunjuk pada suatu perbuatan. Cara (usage) lebih menonjol dalam hubungan antar individu didalam masyarakat. Suatu penyimpangan terhadapnya tak akan mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari individu yang di hubunginya. 
Folkways (folk=orang kebanyakan; ways: cara-cara; jadi cara-cara orang kebanyakan bertingkah laku, berkelakuan). Folkways dapat di terjemahkan dengan kebiasaan atau kelaziman. Folkways adalah norma-norma yang di ikuti tanpa dasar, tanpa berfikir, hanya berdasarkan kebiasaan atau kelaziman dalam tradisi. 
Mores (dalam bahasa Latin mos-mores yang berarti adat-istiadat, tabiat, watak susila). Mores dapat di terjemahkan dengan adat kebiasaan yang berbobot moral, aturan kesusilaan atau akhlak. Mores adalah norma kelakuan yang di ikuti dengan keyakinan dan pertimbangan perasaan. Mores adalah norma moral yang menentukan suatu kelakuan tergolong benar atau salah, baik atau buruk. 
Tata kelakuan merupakan sesuatu hal yang di anggap penting dalam kehidupan masyarakat, karena: 
a) Tata kelakuan memberikan batas-batas pada perilaku individu. Tata kelakuan juga merupakan alat yang memerintahkan sekaligus larangan bagi seseorang melakukan suatu perbuatan. 
b) Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya 
c) Tata kelakuan menjaga solidaritas antar anggota masyarakat. Dengan tata kelakuan, maka keutuhan dan kerja sama antar anggota masyarakat akan terjaga dengan baik. 
Adat-istiadat (custom) merupakan sanksi yang keras bagi anggota masyarakat yang melanggar. Adat-istiadat merupakan kelakuan yang kekal dan kuat integritasnya dengan pola kelakuan masyarakat.
2.2 Jenis-jenis Pranata Sosial 

Pranata sosial merupakan terjemahan dari social institution, walaupun para sarjana sosiolgi belum mempunyai kata sepakat tentang hal itu. Karena sosial institution selain di artikan pranata sosial, juga di artikan bangunan sosial yang merupakan terjemahan dari soziale gebilde (bahasa Jerman, bahkan ada pula yang mengartikan lembaga kemasyarakatan. 
Pranata sosial terbentuk mulai norma-norma atau kaidah- kaidah yang biasanya terhimpun atau berkisar (bersentripetal atau mengarah ke titik pusat) di sekitar fungsi-fungsi atau tugas-tugas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok karena tujuannya adalah mengatur cara berfikir dan cara bertindak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok. Ada himpunan kaidah yang berkisar pada suatu fungsi pemenuhan kebutuhan pokok dan ada himpunan kaidah yang berfungsi pemenuhan pokok yang lain. Dengan kata lain bahwa pranata sosial merupakan himpunan kaidah-kaidah atau norma-norma. 
Koentjaraningrat mengemukakan bahwa yang di maksud pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Hal lain juga di kemukakan oleh Belen, bahwa yang di maksud dengan pranata sosial adalah himpunan kaidah atau sistem norma yang bertujuan menata (mengatur) pola kelakuan warga masyarakat tertentu yang lahir dari hubungan-hubungan sosial yang mencakup jaringan kedudukan dan peran sosial yang berkaitan dengan aktivitas masyarakat yang khusus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang mendasar, pokok, dan penting. Kedua definisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan. 
Fungsi dari pranata sosial menurut Soekanto adalah: 
Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan. 
Menjaga kebutuhan masyarakat, dan 
Memberikan pegangan pada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control), artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya. 
Para ahli sosiologi mengemukakan berbagai pembagian jenis pranata sosial, namun pada umumnya mereka sepakat dengan penggolongan menurut fungsi-fungsi pranata sosial untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar, pokok, dan penting di masyarakat. Pada setiap pranata sosial Hendropuspito membaginya ke dalam dua bagian yakni: pranata induk (major institution) dan pranata pengganti (subsidiary institution). Pranata induk di tandai dengan banyaknya anggota masyarakat yang terlibat dengan pranata tersebut, karena menganggapnya sangat penting bagi individu dan masyarakat serta memungkinkan didirikanya pranata-pranata pembantu. Pranata pembantu di bentuk untuk melengkapi pranata induk dan biasanya di golongkan ke dalam salah satu pranata induk karena masyarakat merasa dan menyadari belum cukup dan terpenuhinya kebutuhan dasar oleh pranata induk. 
Pembagian pranata sosial berdasarkan fungsinya baik pranata induk maupun pranata pembantu adalah sebagai berikut: 
a. Pranata kekeluargaan (family institution), yang berfungsi memenuhi kebutuhan kelangsungan keluarga, menyangkut hubungan kelamin yang di atur dalam perkawinan serta bentuk-bentuk perkawinan mulai dari bentuk monogamy sampai dengan poligami. 
b. Pranata perekonomian (economic institution), yang berfungsi memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam mencari nafkah dan mencapai kesejahteraan material. 
c. Pranata pendidikan (educational institution), yang berfungsi memenuhi kebutuhan manusia akan sosialisasi dan pendidikan formal agar menjadi warga masyarakat yang berguna. 
d. Pranata religi (religius institution), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia menyelami rahasia hidup dan makna hidup. 
e. Pranata politik (political institution), berfungsi untuk memenuhi kehidupan manusia untuk memperjuangkan dan melaksanakan kedaulatan rakyat. 
f. Pranata pelayanan sosial dan kesehatan (the institution of social work and medical care), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan melayani warga masyarakat yang terlantar dan membutuhkan pertolongan serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan pemeliharaan kesehatan, kebugaran jasmani, termasuk kecantikan. 
g. Pranata seni dan rekreasi (aestetica and recreational institution), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan penghayatan seni dan pemulihan kesegaran jasmani dan mental. 
h. Pranata Ilmiah (scientific institution), berfungsi memenuhi kebutuhan masyarakat mengembangkan ilmu dan menerapkannya serta menerapkan hasil ilmu dalam bentuk teknologi dan menerapkannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 
Banyak ahli sosiologi belum memasukan pranata ilmiah ini sebagai pranata sosial, namun Paul B. Horton dan Chester L. Hunt mengusulkan pertimbangan menggolongkan sebagai pranata sosial mengingat dewasa ini dalam masyarakat modern semakin terasa pentingnya hasil-hasil penelitian dan pengembangan dibakukan (distandarisasi) sedemikian baiknya. 
Penggolongan yang di uraikan ini lebih menyangkut masyarakat modern yang kompleks, tetapi hal itu tak berarti pranata sosial itu tak ada dalam masyarakat yang primitif atau tradisional. Pada masyarakat tersebut pranata-pranata yang sangat penting menyangkut pemenuhan kebutuhan yang mendasar, seperti pranata sosial nomor 1 sampai nomor 5 sudah ada tetapi sering belum terpisah secara jelas, masih tumpang tindih karena komunitas setempat masih kecil dan belum kompleks. Semakin berkembang suatu masyarakat semakin meningkat jumlah dan keanekaragaman kebutuhan, oleh karena itu semakin meningkat pula keperluan terbentuknya norma-norma yang mengatur pola kelakuan yang lahir dan berkembangnya hubungan sosial serta kedudukan sosial yang menyertainya. 

BAB III 

PENUTUP 


3.1 Kesimpulan 
Para ahli sosiologi membedakan tingkatan norma ke dalam empat tingkatan, yakni: Cara (usage), Kebiasaan (folkways), Tata kelakuan (mores), dan Adat-istiadat (custom). 
Fungsi pranata sosial menurut Soekanto, adalah: 
Memberikan pegangan kepada masyarakat 
Menjaga keutuhan masyarakat 
Memberikan pegangan kepada anggota masyarakat untuk mengadakan pengendalian sosial. 
Yang di maksud pranata induk adalah banyaknya anggota masyarakat yang terlibat dengan pranata tersebut karena di anggap penting bagi individu dan masyarakat. Sedangkan pranata pembantu adalah merupakan kelengkapan dari pranata induk dan biasanya di golongkan ke dalam salah satu pranata induk karena masyarakat belum cukup terpenuhinya kebutuhan dasar oleh pranata induk. 
Macam-macam pranata, adalah: 
a) Pranata kekeluargaan 
b) Pranata perekonomian 
c) Pranata pendidikan 
d) Pranata religi 
e) Pranata politik 
f) Pranata pelayanan sosial dan kesehatan 
g) Pranata ilmiah 
3.2 Saran 
Dengan disusunnya makalah ini semoga dapat menambah wawasan kita semua mengenai pranata sosial budaya sehingga kita akan lebih mengenal pranata-pranata sosial/norma-norma dalam masyarakat, pranata sosial dapat memberikan pedoman kepada kita bagaimana bertingkah laku di dalam lingkungan masyarakat, dengan demikian kita akan dapat menyelaraskan tingkah laku, aktivitas dan kebiasaan-kebiasaan kita sehingga tercipta keutuhan dan kerjasama yang baik dalam masyarkat. 


DAFTAR PUSTAKA 

Johnson, Paul Doyle,(1986), Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta: Gramedia 
Koentjodiningrat, (1990), Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta 
Polak, Mayor, (1966), Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas, Jakarta: Ihtiar 
Soerjono, Soekanto, (1990), Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 
S, Belen dkk, (1990), Materi Pokok Pendidikan IPS I, Jakrta: Depdikbud-Dirjen Dikti-PPTK 
Selo Sumardjan, (1964), Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta: YBP FE UI