BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Menyadari akan pentingnya suatu negara dalam mendukung
ketahanan pangan dan produktivitas perekonomian negara salah satunya ialah
dalam bidang/sektor pertanian. Menurut PP.Nomor 20 tahun 2006 tentang Irigasi,
dinyatakan bahwa fungsi irigasi adalah untuk mendukung produktivitas pertanian
dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya kepada
para petani. Terlebih lagi untuk mensukseskan program pemerintah Indonesia,
dalam mengejar target surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014 perlu didukung
dengan berbagai upaya antara lain peningkatan supplyair baku untuk pertanian dengan pembangunan bendung atau
dengan meningkatkan kinerja suatu daerah jaringan irigasi.
Pengertian Irigasi sendiri ialah upaya yang
dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini
telah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Sistem irigasi
memiliki beberapa jenis irigasi ialah Irigasi
Permukaan, Irigasi Lokal, Irigasi Penyemprotan, Irigasi Tradisional, Irigasi
Pompa Air Dan Irigasi Tanah Kering Dengan Terasisasi. Selain dari
jenis-jenis irigasi, irigasi juga mempunyai tingkatan pada sistemnya sendiri
seperti tata cara perencanaan, tata cara pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan
(OP).
1.2 Maksud
dan Tujuan
·
Maksud dari penyusunan makalah ini
adalah untuk mengetahui bangunan dan jaringan irigasi.
·
Tujuannya untuk memberikan perbedaan
setiap jaringan irigasi dan bangunan air berdasarkan jenisnya.
1.3 Ruang
Lingkup
Ruang llingkup penyusunan makalah ini antara lain :
·
Penjelasan mengenai garis besar jaringan
irigasi dan kelompok bangunan pada jaringan irigasi.
·
Menjelaskan secara garis besar definisi
jaringan irigasi beserta properti/item-item didalamnya seperti:
a) Petak
Tersier
b) Petak
Sekunder
c) Petak
Primer
d) Bangunan-bangunan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Umum
Dalam mencapai maksud dan tujuan dari penyusunan
makalah beserta ruang lingkupnya, maka disusun dasar teori atau metodologi
dalam penyusunan agar didapatkan hasil yang baik, optimal dan sesuai dengan
sasaran yang akan dicapai. Berikut beberapa kajian yang dilengkapi dengan teori
dasar yang telah menjadi referensi yang berkesinambungan dan saling terkait
mengenai garis besar tingkatan jaringan irigasi.
2.2
Pengertian Irigasi menurut PP 20 Tahun
2006
~ Irigasi
adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.
~ Daerah
irigasi adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
~ Jaringan
irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu
kesatuan yangdiperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan
pembuangan air irigasi.
~ Irigasi
berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi
pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat,
khususnya petani, yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
2.3
Tingkat-tingkat jaringan irigasi menurut
KP-01 Tahun 2007
~ Jaringan
irigasi dapat dibedakan adanya empat unsur fungsional pokok, yaitu:
a) Bangunan-bangunan
utama (headworks)
b) Jaringan
pembawa
c) Petak-petak
tersier
d) Sistem
pembuang
2.4
Perangkat Jaringan Irigasi menurut KP-01
Tahun 2007
~ Bangunan
utama (head works) dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang
direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam
jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.
~ Jaringan
irigasi:
a) Jaringan
irigasi utama diantaranya Saluran Primer, Saluran Sekunder, Saluran Pembawa dan
Saluran Muka Tersier
b) Jaringan
saluran irigasi tersier.
c) Saluran
Pembuang
~ Bangunan
bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan alat pengukur
debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada waktu
tertentu.
~ Bangunan
ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow)
dan bangunan ukur alirah bawah (underflow).
~ Bangunan-bangunan
pengatur muka air mengatur/mengontrol muka air di jaringan irigasi utama sampai
batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit yang konstan kepada
bangunan sadap tersier.
~ Bangunan-bangunan
pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran. Aliran yang melalui
bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.
~ Diperlukan
untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar. Dari luar bangunan
itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang berlebihan dan
dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan eksploitasi
atau akibat masuknya air dan luar saluran.
~ Jalan-jalan
inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan.
~ Bangunan
pelengkap adalah Fasilitas-fasilitas operasional diperlukan untuk operasi
jaringan irigasi secara efektif dan aman.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Klasifikasi
Jaringan Irigasi
Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi
jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran
primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan
dan saluran yang berada dalam petak tersier. Suatu kesatuan wilayah yang
mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut dengan Daerah Irigasi.
|
Klasifikasi Jaringan Irigasi
|
||
Teknis
|
Semiteknis
|
Sederhana
|
|
Bangunan Utama
|
Bangunan permanen
|
Bangunan permanen atau semi permanen
|
Bangunan sementara
|
Kemampuan untuk mengukur dan mengatur
debit
|
Baik
|
Sedang
|
Tidak mampu mengatur/ mengukur
|
Jaringan saluran
|
Saluran pernberi dan Pembuang terpisah
|
Saluran pemberi dan Pembuang tidak
sepenuhnya terpisah
|
Saluran pernberi dan pembuang menjadi
satu
|
Petak tersier
|
Dikembangkan sepenuhnya
|
Belum dikembangkan dentitas bangunan
tersier jarang
|
belum ada jaringan terpisah yang dikembangkan
|
Efisiensi secara keseluruhan
|
50-60%
|
40-50%
|
<40%
|
Ukuran
|
Tak ada batasan
|
< 2000 hektar
|
< 500 hektar
|
Sumber
: Standar Perencanaan Irigasi KP - 01
3.1.1 Petak
Tersier
Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan
diukur pada bangunan sadap (off take) tersier. Petak tersier terdiri dari
beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15
hektar. Pembagian air, eksploitasi dan perneliharaan di petak tersier menjadi
tanggungjawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan
dibawah bimbingan pemeintah. Petak tersier sebaiknya mempunyai batas-batas yang
jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya. Ukuran petak
tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air.
3.1.2 Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier
yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder
menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang
jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa
berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah. Saluran sekunder sering terletak
di punggung medan mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang
membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis
tinggi yang mengairi lerenglereng medan yang lebih rendah saja.
3.1.3 Petak
Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder
yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh
satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah
di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan
cara menyadap air dari saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati
sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani
langsung dari saluran primer.
3.2 Bangunan
Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari
suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani.
Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori, (1) bendung, (2) pengambilan bebas, (3) pengambilan dari
waduk, dan (4) stasiun pompa.
a)
Bendung
Bendung adalah adalah
bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun melintang sungai atau sudetan
yang sengaja dibuat dengan maksud untuk meninggikan elevasi muka air sungai.
Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah bendung tetap (weir),
bendung gerak (barrage) dan bendung karet (inflamble weir). Pada bangunan
bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak, peredam energi, bangunan
pengambilan, bangunan pembilas , kantong lumpur dan tanggul banjir.
b)
Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas
adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam
jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan
demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah yang
diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin cukup.
c)
Pengambilan Dari Waduk
Waduk (reservoir)
digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi surplus air di sungai
agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama
waduk adalah untuk mengatur aliran sungai.
d)
Stasiun Pompa
lrigasi dengan pompa
bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi temyata tidak layak
dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.
3.3 Bangunan
Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa /
mengalirkan air dari surnbemya menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi
saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk
dalam bangunan pernbawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan dan got
miring. Saluran primer biasanya dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang
dilayaninya. Sedangkan saluran sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama
desa yang terletak pada petak sekunder tersebut.
Saluran
primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer
adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
Saluran
sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap
dari saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap
terakhir,
Saluran
tersier membawa air dari bangunan yang menyadap
dari saluran sekundermenuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhirdari saluran sekunder adalah bangunan boks
tersier terkahir,
Saluran
kuarter mernbawa air dari bangunan yang
menyadap dari boks tersiermenuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. batas akhirdari saluran sekunder adalah bangunan boks
kuarter terkahir.
3.4 Bangunan
Bagi Sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada
saluran primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang
dibawa oleh saluran yang bersangkutan. Bangunan bagi pada saluran-saluran besar
pada umumnya mempunyai 3 (tiga)
bagian utama, yaitu :
a)
Alat pembendung, bermaksud untuk
mengatur elevasi muka air sesuai dengan tinggi pelayanan yang direncanakan
b)
Perlengkapan jalan air melintasi
tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat
berupa saluran terbuka ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan
pintu pengatur agar debit yang masuk salurandapat diatur.
c)
Bangunan ukur debit, yaitu suatu
bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur besarnya debit yang mengalir.
3.5 Bangunan-bangunan
Pengukur dan Pengatur
Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di
cabang saluran jaringan primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier.
Bangunan ukur dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free
overflow) dan bangunan ukur alirah bawah (underflow). Beberapa dari bangunan
pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur aliran air.
Tipe Alat Ukur
|
Mengukur Dengan
|
Kemampuan Mengatur
|
Ambang Lebar
|
aliran atas
|
tidak
|
Parshal Flume
|
aliran atas
|
tidak
|
Cipoletti
|
aliran atas
|
tidak
|
Romijn
|
aliran atas
|
ya
|
Crump de Gruyter
|
aliran bawah
|
ya
|
Constant Head Orifice
|
aliran bawah
|
ya
|
Bangunan Sadap pipa sederhana
|
aliran bawah
|
ya
|
Sumber : Standar Perencanaan Irigasi KP – 01
3.6 Bangunan
Lindung
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam
maupun dari luar.Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap
limpasan airbuangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran
yangberlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dari luar
saluran. Beberapa bangunan yang termasuk bangunan lindung adalah Bangunan
Pembuang Silang, Pelimpah (Spillway), Bangunan Penggelontor Sedimen (Sediment
Excluder), Bangunan Penguras (Wasteway), Saluran Pembuang Samping dan Saluran
Gendong.
3.7 Bangunan
Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi
sebagai pelengkap bangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Bangunan pelengkap berfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam
eksploitasi dan pemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk
pelayanan umum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi,
tanggul, jernbatan penyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan,
serta bangunan lainnya.
SIMPULAN
DAN SARAN
Jaringan irigasi adalah
saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang
diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan
air irigasi.
Ada banyak teori yang
berkembang untuk perencanaan bangunan air khususnya untuk irigasi. dalam hal
ini sebuah perencanaan irigasi berpedoman kepada kriteria perencanaan akan
menghasilkan jenis irigasi yang baik.
Daftar Pustaka
Anonim,
2006. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun
2006 Tentang Irigasi.
Direktorat Jenderal Pengairan,
1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP.
01-05). Departemen Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung.
Fuad Bustomi, 1999. Sistem Irigasi : Suatu Pengantar Pemahaman, Tugas
KuliahSistem Irigasi. Program Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil UGM,
Yogyakarta (Tidak diterbitkan).