BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini
sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia
secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas,
ceria, terampil dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan usia dini
dapat dimulai di rumah atau dalam keluarga, perkembangan anak pada tahun-tahun
pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Oleh
karena itu, upaya-upaya pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui
belajar dan melalui bermain (learning through games). Hal ini karena bermain
merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak melalui bermain anak memperoleh
kesempatan untuk bereksplorasi (exploration), menemukan (finding),
mengekspresikan (expression), perasaannya dan berkreasi (creation).
Lembaga-lembaga di Indonesia
memiliki pijakan yang sangat kuat bernpa landasan yuridis, landasan filosofis,
landasan religius, dan landasan keilmuan serta landasan empirik.
1. Landasan yuridis adalah landasan yang
berkaitan dengan pentingnya penyelenggaraan lembaga (KB dan TPA).
2. Landasan filosofis dan religius, yaitu
landasan yang didasarkan pada keyakinan agama yang dianut oleh para orang tua
anak usia dini.
3. Landasan empirik adalah landasan yang
berdasarkan pada fakta yang terdapat di lapangan.
4. Landasan keilmuan adalah teori-teori dan
kajian-kajian yang melandasi apa, mengapa, dan bagaimana anak usia dini
mendapat pengasuhan, pendidikan dan perlindungan yang tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
Sebelum dibicarakan tentang
pendidikannya terlebih dahulu akan dibahas tentang anak usia dini. adapun yang
dimaksud dengan anak usia dini adalah sebagai berikut:[1] Anak usia dini adalah
kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun (di Indonesia berdasrkan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional), adapun berdasrkan para
pakar pendidikan anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 9-8 tahun. Anak usia
dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
(koordinasi motorik halus dan kasar), intelegensi (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku
serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan anak. Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam tiga tahapan, yaitu (a) masa bayi
lahir sampai 12 bulan, (b) masa toddler (batita) usia 1-3 tahun, (c) masa
prasekolah usia 3-6 tahun, (d) masa kelas awal SD 6-8 tahun. Pertumbuhan dan
perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang
tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan
komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang utuh.
Pendidikan bagi anak usia dini
adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian
kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.
Pendidikan bagi anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada
anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini
memfokuskan pada physical, intelligence, emotional, social education. Sesuai
dengan keunikan dan pertumbuhan anak usia dini maka penyelenggaraan pendidikan
bagi anak usia dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui
oleh anak usia dini. Upaya PAUD bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi
termasuk upaya pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam pelaksanaan
PAUD dilakukan secara terpadu dan komprehensif
Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi
seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam
proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura
dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan
kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang
diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru, dan bereksperimen
yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan
kecerdasan anak. Oleh kerena anak merupakan pribadi yang unik dan melewati berbagai
tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang diupayakan oleh pendidik
dan orangtua yang dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi
berbagai pengalaman dengan berbagai suasana, hendaklah memperhatikan keunikan
anak-anak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kepribadian anak.Contoh :
jika anak dibiasakan untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan baik di rumah
maupun lingkungan sekolah dengan cara yang paling mudah dimengerti anak,
sedikit demi sedikit anak pasti akan terbiasa untuk berdoa walaupun tidak di
damping oleh orang tua ataupun guru mereka.
B.
Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Prinsip
Pengembangan Anak Usia Dini
Pendidikan adalah proses
interaksi antara pendidik dan anak didik dan atau lingkungan secara sadar,
teratur, terencana dan sistematis guna membantu pengembangan potensi anak didik
secara maksimal. Pengertian ini dianggap lebih lengkap dan memadai daripada
pengertian-pengertian tentang pendidikan yang dikemukakan oleh banyak ahli di
bidang pendidikan.
Setelah dikatakan Anak Usia Dini, berikut di
paparkan tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD ). PAUD adalah suatu proses
pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyuluruh,
yang mencakup aspek fisik dan non-fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan
jasmani, rohani (moral dan spiritual ), motorik, akal pikir, emosional, dan
sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adapun
upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual, pemeliharaan kesehatan,
pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan
belajar secara aktif. Dengan demikian, PAUD dapat di deskripsikan sebagai
berikut :Pertama, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pemberian upaya untuk
menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang
akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Kedua, Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku
serta agama), bahasa dan komunikasi. Ketiga, sesuai dengan keunikan dan
pertumbuhan Pendidikanan Usia Dini (PAUD) disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Tujuan PAUD yang ingin dicapai
adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta
pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini.
secara khusus tujuan yang ingin dicapai, adalah :
1. Dapat mengidentifikasi perkembangan
fisiologis anak usia dini dan mengaplikasikan hasil identifikasi tersebut dalam
pengembangan fisiologis yang bersangkutan.
2. Dapat memahami perkembangan kreatifitas
anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya.
3. Dapat memahami kecerdasan jamak dan
kaitannya dengan perkembangan anak usia dini.
4. Dapat memahami arti bermain bagi
perkembangan anak usia dini.
5. Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan
aplikasinya bagi pengembangan anak usia kanak-kanak.
Tujuan pendidikan anak usia
dini secara umum adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara
khusus kegiatan pendidikan bertujuan agar:
1.
Anak
mampu melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai
sesama. Contoh : pendidik mengenalkan kepada anak didik bahwa Allah SWT
menciptakan berbagai makhluk selain manusia, seperti binatang, tumbuhan, dan
sebagainya yang semua itu harus kita sayangi.
2.
Anak
mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-garakan yang mengontrol
gerakan tubuh, gerakan halus dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan
sensorik (panca indera). Contoh: menari, bermain bola, menulis ataupun
mewarnai.
3.
Anak
mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi
secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar. Contoh : ketika
sudah melakukan pembahasan tema, diberikan kepada anak didik untuk bertanya
atau menjawab isi tema yang telah diberikan.
4.
Anak
mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan
menemukan hubungan sebab akibat. Contoh : mencari pasangan gambar yang
berkaitan dengan sebab akibat, lalu anak akan berusaha memecahkan masalah dan
memberika alasan tersebut.
5.
Anak
mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat dan
menghargai keragaman sosial dan budaya serta mampu mengembangkan konsep diri,
sikap postif terhadap belajar, kontrol diri dan rasa memiliki.
6.
Anak
memiliki kepekaan terhadap irama, nada, birama, berbagai bunyi, bertepuk
tangan, serta menghargai hasil karya yang kreatif. Contoh : anak yang senang
dan menyukai dengan musik, saat mendengar lagu maka akan segera mengikutinya,
ataupun ketika diminta melanjutkan syair kedua hingga selesai, maka anak mampu
melakukannya.
Selain itu, tujuan pendidikan anak usia dini
adalah :
1.
Untuk
membentuk anak Indonesia yang berkuailtas, yaitu anak yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki yang optimal
di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
2.
Untuk
membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
3.
Intervensi
dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat menumbuhkan potensi-potensi
yang tersembunyi (hidden potency) yaitu dimensi perkembangan anak (bahasa,
intelektual, emosi, sosial, motorik, konsep diri, minat dan bakat)
4.
Melakukan
deteksi dini terhadap kemungkinan .
Beberapa fungsi pendidikan
bagi anak usia dini yang harus diperhatikan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan
tahapan perkembangannya. Contoh : menyiapkan media pembelajaran yang banyak
sesuai dengan kebutuhan dan minat anak; (2) Mengenalkan anak dengan dunia
sekitar. Contoh: field tripke Taman Safari, selain dapat mengenal
bermacam-macam hewan ciptaan Allah juga dapat mengenal berbagai macam tumbuhan
dan hewan serta mengenal perbedaan udara panas dan dingin; (3) Mengembangkan
sosialisasi anak.
Contoh: bermain bersama teman,
melalui bermain maka anak dapat berinteraksi dan berkomunikasi sehingga proses
sosialisasi anak dapat berkembang; (4) Mengenalkan peraturan dan menanamkan
disiplin pada anak. Contoh: mengikuti peraturan atau tata cara upacara bendera,
dapat menanamkan peraturan dan mengenal arti penghormatan kepada pahlawan
perjuangan bangsa; (5) Memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa
bermainnya. Contoh: bermain bebas sesuai dengan minat dan keinginan anak; (6)
Memberikan stimulus kultural pada anak. Fungsi lainnya yang perlu diperhatikan,
yakni penyiapan bahan perumusan kebijakan dibidang pendidikan anak usia dini;
penyiapan bahan perumusan standar, criteria, pedoman, dan prosedur dibidang
pendidikan anak usia dini; pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang
pendidikan anak usia dini; pelaksanaan pemberdayaan peran serta masyarakat
dibidang pendidikan anak usia dini; pelaksanaan urusan ketatausahaan Direktorat
(Direktorat PAUD, 2000:6).
Selain itu, fungsi PAUD
lainnya yang penting diperhatikan, adalah: (1) Sebagai upaya pemberian stimulus
pengembangan potensi fisik, jasmani, dan indrawi melalui metode yang dapat
memberikan dorongan perkembangan fisik/motorik dan fungsi inderawi anak; (2)
Memberikan stimulus pengembangan motivasi, hasrat, dorongan dan emosi kearah
yang benar dan sejalan dengan tuntutan agama; (3) Stimulus pengembangan fungsi
akal dengan mengoptimalkan daya kognisi dan kapasitas mental anak melalui
metode yang dapat mengintegrasikan pembelajaran agama dengan upaya mendorong
kemampuan kognitif anak. Dari beberapa fungsi yang telah dipaparkan, dapat
terlihat bahwa fungsi pendidikan anak usia dini adalah memberikan stimulus
kultural kepada anak. Pendidikan pada usia dini sebenarnya merupakan ekspresi
dari stimulasi kultural tersebut.
Berdasarkan tujuan pendidikan
anak usia dini dapat ditelaah beberapa fungsi program stimulasi edukasi, yaitu:
1.
Fungsi
Adaptasi, berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai
kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri dengan keadaan dalam dirinya
sendiri.
2.
Fungsi
Sosialisasi, berperan dalam membantu anak agar memiliki
keterampilan-keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan
sehari-hari di mana ana berada.
3.
Fungsi
Pengembangan, berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki
anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki anak membutuhkan suatu situasi atau
lingkungan yang dapat menumbuhkankembangkan potensi tersebut kearah
perkembangan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak
itu sendiri maupun lingkungannya.
4.
Fungsi
Bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, karena
pada hakikat nya bermain itu sendiri merupakan hak anak sepanjang rentang
kehidupannya. Melalui kegiatan bermain anak akan mengeksplorasi dunianya serta
membangun pengetahuannya sendiri.
5.
Fungsi
Ekonomik, pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi jangka
panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya.
Terlebih lagi investasi yang dilakukan berada pada masa keemasan (the golden
age) yang akan memberikan keuntungan berlipat ganda. Pendidikan di Taman
Kanak-kanak merupakan salah satu peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Terdapat sejumlah prinsip
pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, beberapa akan dipaparkan pada
bagian berikut ini diantaranya:
1.
Anak
sebagai Pembelajar Aktif
Pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi pembelajar yang aktif.
Pendidikan yang dirancang secara kreatif akan menghasilkan pembelajar yang
aktif. Proses pendidikan seperti ini merupakan wujud pembelajaran yang bertumpu
ada aktivitas belajar anak secara aktif atau yang dikenal dengan Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA= Student Active Learning).
2.
Anak
Belajar Melalui Sensori dan Panca Indera
Anak memperoleh pengetahuan melalui sensorinya, anak dapat melihat melalui
bayangan yang ditangkap oleh matanya, anak dapat mendengarkan bunyi melalui
telinganya, anak dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya, anak dapat
membedakan bau melalui hidung dan anak dapat mengetahui aneka rasa melalui
lidahnya. Oleh karenanya, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan anak
pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh inderanya.
3.
Anak
Membangun Pengetahuan Sendiri
Sejak lahir anak diberi berbagai kemampuan.Dalam konsep ini anak dibiarkan
belajar melalui pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak
anak lahir dan pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup.
4.
Anak
Berpikir Melalui Benda Konkret
Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang
nyata agar anak tidak menerawang atau bingung.Maksudnya adalah anak dirangsang
untuk berpikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai
contoh materi-materi pelajaran.
5.
Anak
Belajar Dari Lingkungan
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sengaja dan terencana untuk
membantu anak mengembangkan potensi secara optimal sehingga anak mampu
beradaptasi dengan lingkungannya.
C.
Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini di
TPA/KB Berdasarkan Pendekatan Kebijakan dan Pendekatan Analisis Teori
Merujuk pada Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19
ayat1 menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik. Contoh konkret berbagai pendekatan dalam pendidikan
anak usia dini, yaitu: pendekatan psikonalisis manusia/anak mempunyai keinginan
dalam dirinya ‘homo valens’, kognitif (homo sapines: manusia berpikir) sikap
bahasa, behaviorostik (homo mechanicus: manusia mesin), homo ludens (makhluk
bermain) jika anak melakukan kesalahan berilah teguran, namun jika anak
melakukan sesuatu yang baik, maka berilah penguatan (reinforcement), stimulus
atau respons, pendekatan humanistic (humo ludens: manusia suka bermain) yaitu
pemebelajan dengan bermain.
D.
Pendirian Lembaga Pendidikan di TPA/KB
Pada saat ini banyak sekal; bermunculan lembaga
PAUD di berbagai tempat seperti Jamur yang tumbuh saat musim penghujan. Ada
yang berskala kecil maupun besar, didirikan oleh perorangan maupun lembaga atau
kelompok. Kelompok Bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan PAUD pada
jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus
program kesejahteman bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun. (dengan
prioritas anak usia dua sampai empat tahun) dan merupakan salah satu bentuk
PAUD pada jalur nonformal yang mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar.
Penyelenggaraan KB harus memenuhi persyaratan minimal yang meliputi: peserta
didik, pendidik, pengelola, persyaratan pendirian dan prosedur pendirian dan
pengelolaan administrasi dan pelaporan dan pembinaannya.
Taman Penitipan Anak (TPA)
adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal sebagai wahana
kesejahteraan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu
tertentu bagi anak yang orang tuanya bekerja. TPA menyelenggarakan. program
pendidikan sekaligus pengasuhan terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun dengan prioritas anak usia empat tahun ke bawah. Untuk mendukung
mewujudkan anak usia dini yang berkualitas, maju, mandiri, demokrasi, dan
berprestasi, TPA menggunakan dan menerapkan filsafat pendidikan, yaitu tempa,
asah, asih, dan asuh. Penyelenggaraan KB harus memenuhi persyaratan minimal,
yang meliputi peserta didik, pendidik, pengelola, pengasuh/perawat, rasio
pendidik atau pengasuh dengan peserta didik, teknis penyelenggaraan, perizinan,
pengelolaan administrasi, evaluasi, pelaporan dan pembinaannya. Satuan PAUD
yang sejenis merupakan area program pelayanan AUD yang tujuannya sama dengan
lembaga PAUD lainnya. Sasaran SPS selain Anak Usia 6 tahun juga orang tua dan
pengasuh anak usia dini. Pelaksanaannya lebih fleksibel bergantung pada
kesepakatan antara warga dan pengelola atau kader SPS tersebut. Tempat
belajarnya juga lebih Fleksibel dan bisa dilakukan di mana saja.
E.
Pengajuan Rintisan Program Pendidikan di
TPA/KB
Misi Utama Direktorat PAUD adalah :
a.
Mengupayakan
pemerataan peningkatan mutu, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dini;
b.
Meningkatkan
kesadaran orang tua akan pentingnya PAUD bagi masa depan anak-anaknya;
c.
Meningkatkan
kesadaran, kemampuan dan peran serta masyartakat dalam menyelenggarakan
pendidikan dini.
Pendidikan anak usia dini di
Indonesia perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari berbagai pihak. Oleh
karenanya pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
masyarakat yang ingin mengembangkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
untuk program PAUD dengan cara memberikan bantuan dana rintisan. Oleh karena
itulah, pemerintah perlu mengeluarkan pedoman pengajuan rintisan program PAUD.
Dalam pedoman ini berisikan ketentuan umum, pelaksanaan, penilaian dan tindak lanjut
pengajuan dana rintisan program PAUD Termasuk bentuk usulan kegiatannya
(proposal). Dengan Demikian, bagi masyarakat yang ingin mengajukan dana
rintisan akan memiliki rambu-rambu pengajuan secara jelas.
F.
Program Kegiatan Pendidikan TPA (Tempat
Penitipan Anak)
Tempat Penitipan Anak atau Day
Care adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok, biasanya dilaksanakan pada
saat jam kerja. Day Care merupakan upaya yang terorganisasi untuk mengasuh
anak-anak diluar rumah mereka selama beberapa jam dalam satu hari bilamana
asuhan orang tua kurang dapat dilaksanakan secara lengkap. Jadi TPA adalah
lembaga social yang memberikan pelayanan kepada anak-anak bayi dibawah usia
lima tahun (balita) yang dikhawatirkan akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya, karena ditinggalkan orang tua atau ibunya bekerja. Pelayanan
ini diberikan dalam bentuk peningkatan gizi, pengembangan intelektual,
emosional dan sosial. Dalam hal ini TPA hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan
orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orang tua. Atau dengan kata lain
TPA adalah layanan pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat
bagi anak usia lahir – 6 tahun yang orang tuanya bekerja. Adapun peserta didik
pada TPA yaitu anak usia lahir – 6 tahun.
Adapun keuntungan dengan
adanya TPA adalah:
a. Lingkungan lebih memberikan rangsangan
terhadap pancaindra.
b. Anak akan memiliki ruang bermain (baik
didalam maupun diluar ruang) yang
relative lebih luas bila dibandingkan rumah mereka sendiri.
c. Anak lebih memiliki kesempatan
berinteraksi atau berhubungan dengan teman sebaya yang akan membantu
perkembangan kerjasama dan keterampilan berbahasa.
d. Para orang tuanya mempunyai kesempatan
saling berinteraksi dengan staf TPA yang memungkinkan terjadinya peningkatan
keterampilan, pengetahuan dan tatacara pengasuhan anak.
e. Anak akan mendapat pengawasan dari
pengasuh yang bertugas.
f. Pengasuh adalah orang dewasa yang sudah
terlatih.
g. Tersedianya beragam peralatan rumah
tangga, alat permainan program pendidikan, pengasuh, serta kegiatan yang
terencana.
h. Tersedianya komponen pendidikan seperti
anak belajar mandiri, berteman dan mendapat kesempatan mempelajari berbagai
keterampilan.
Yang penting dalam hal ini
adalah asuhan yang konsisten, interaksi social yang kerap, kesempatan untuk
eksplorasi, dan perbandingan anak orang dewasa yang kecil, agar setiap anak
menerima perhatian yang cukup dan sering berinteraksi dengan orang dewasa yang
tanggap.
Adapun beberapa kelemahan dari
TPA antara lain:
a. Pengasuhan yang rutin di TPA kurang
bervariasi dan sifatnya kurang
memperhatikan pemenuhan kebutuhan masing-masing anak secara pribadi karena pengasuh
kurang memiliki waktu cukup.
b. Anak-anak ternyata sering kurang
memperoleh kesempatan untuk mandiri atau terpisah dari kelompok.
c. Sosialisasi lebih mengarah pada kepatuhan
daripada otonomi.
d. Para orang tua cenderung melepaskan
tanggung jawab mereka sebagai pengasuh
kepada TPA.
e. Kurang diperhatikan kebutuhan anak secara
individual.
f. Berganti-gantinya pengasuh seringkali
menimbulkan kesulitan pada anak untuk menyesuaikan diri dengan pengasuh.
g. Anak mudah tertular penyakit dari orang lain.
Dengan adanya kelebihan dan
kekurangan dari TPA itu sendiri maka hanya sebagian orang yang mau menitipkan
anaknya dalam TPA karena ada yang
mengatakan bahwa anak atau bayi yang dititipkan di tempat penitipan anak dapat
terganggu secara psikologis. Disamping itu juga ada beberapa alas an mengapa
orang tua tidak mau menitipkan anaknya di tempat penitipan anak. Alasan yang pertama adalah anggapan bahwa bayi
membutuhkan seorang pengasuh utama, dengan siapa mereka dapat mengembangkan rasa
terikat yang kuat. Jika mereka diasuh bermacam-macam orang, proses keterikatan
akan terhalang dan menumbuhkan rasa cemas. Alasan kedua adalah adanya keyakinan
bahwa bayi hanya menerima sedikit perhatian, kasih sayang, dan rangsangan,
akibatnya perkembangan social dan kognitif terhambat.
Adapun jumlah hari dan layanan
di Tempat penitipan anak (TPA) dilaksanakan 3-5 hari dengan layanan minimal 6
jam. Tidak terlalu banyak orang menitipkan anaknya pada Tempat Penitipan Anak
(TPA) hanya orang-orang tertentu yang membutuhkan jasa TPA. Kebanyakan dari
mereka yang menitipkan anaknya di TPA karena mereka terlalu sibuk dengan
pekerjaannya dan mereka ingin istirahat sejenak dari urusan mengurus rumah
tangga dalam hal ini anak. Disamping itu juga TPA akan laku dan ramai di kota
saja apabila terdapat TPA di desa itu akan sangat jarang sekali peserta
didiknya karena sebagian besar dari mereka lebih berfikiran bahwa lebih baik
anak diasuh oleh orang tua sendiri daripada diasuh oleh orang lain begitulah
pikiran mereka. Akan tetapi akan sangat berbeda jauh dengan di daerah perkotaan
mereka tidak asing lagi dengan yang namanya TPA karena bagi mereka sama saja
anak diasuh oleh orang tua ataupun di TPA selain itu juga mereka tidak
mempunyai waktu untuk mengasuh anak mereka karena mereka sibuk bekerja mencari
uang.
G.
Pengertian Manfaat, Jenis, dan Prinsip
Umum Pendekatan Sentra di KB dan TPA
1.
Sentra
kadang disebut juga dengan area, sudut kegiatan (activity centre), sudut
belajar (learning centre) atau sudut minat (interest centre). Pengertian sentra
menurut Gilley dan Gilley (1980) adalah permainan dan kegiatan yang disusun
sedemikian rupa untuk memberikan semangat pada kegiatan-kegiatan pembelajaran
secara khusus yaitu yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, musik,seni,
balok bangunan dan seni berbahasa. Menurut Depdiknas, sentra adalah zona atau
area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi
sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak
dalam tiga jenis main
2.
Beberapa
manfaat sentra bagi anak antara lain adalah sebagai berikut
a. Meningkatkan kreativitas anak dengan
memberikan kesempatan padanya untuk bermain, bereksplorasi, dan menemukan bahwa
kegiatannya akan membantunya dalam memecahkan masalah, mempelajari
keahlian-.keahlian dasar dan memahami konsep konsep baru.
b. Melalui sentra, anak dapat memanipulasi
objek dalam sentra-sentra yang disediakan, mengembangkan percakapan dan bermain
peran serta belajar sesuai tingkatan dan langkah-langkah yang dia inginkan.
c. Mengembangkan keahlian belajar yang
mandiri karena adanya prinsip kehendak sendiri (self directing) dan koreksi
diri (self correcting) yang alamiah terhadap berbagai alat di sentra kegiatan
d. Memberikan individualisasi kegiatan karena
gaya dan tingkat belajar anak yang berbeda-beda.
e. Memudahkan anak dalam memahami materi dan
mengambil kesimpulan karena melalui sentra materi akan masuk ke otak anak
secara teratur, sistematis, dan terarah.
3. Jenis bermain pada anak terdiri dari tiga
macam, yaitu main sensorimotoris atau fungsional, main peran, dan main pembangunan;
sedangkan jenis sentra tidak terbatas, dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi di mana KB/TPA tersebut berada. Secara tradisional, sentra-sentra yang
biasanya diadakan, antara lain sentra keaksaraan atau persiapan, sentra bahan
alam, sentra main peran, sentra bahan alam, sentra sains, sentra pembangunan,
dan sentra seni, rumah tangga, sentra balok, sentra pasir dan air; sentra
perpustakaan, sentra musik dan sentra menulis. Secara modern dapat kita
kembangkan sentra-sentra, antara lain sentra luar angkasa, sentra mal, sentra
pasar murah, sentra restoran, sentra peduli lingkungan, sentra pesta, pantai,
sentra pom bensin.
4. Terdapat 4 pijakan dalam pendekatan sentra
yang perlu dilakukan pendidik, yaitu pijakan lingkungan main, pijakan sebelum
main, pijakan selama main dan pijakan sesudah main.
H.
Prinsip, rambu dan pengaturan kegiatan
berbasis sentra di KB dan TPA
1.
Langkah
persiapan yang harus dilaksanakan untuk pendekatan sentra di KB dan TPA adalah:
a. penyiapan pendidik dan pengelola melalui
latihan dan pemagangan;
b. penyiapan empat dan Alat Permainan
Edukatif (APE) sesuai dengan jenis sentra yang akan dibuka dan tingkatan usia
anak;
c. penyiapan administrasi kelompok dan
catatan perkembangan anak;
d. pengenalan pendekatan sentra kepada para
orang tua.
2.
Prinsip-prinsip
umum pendekatan sentra di KB dan TPA adalah keseluruhan proses pembelajaran
dilaksanakan berlandaskan pada teori dan renga;aman empirik
a.
Tiap
proses pembelajaran harus ditujukan untuk tuk merangsang seluruh aspek
kecerdasan– anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang terencana dan terarah
serta dukungan pendidik dalam bentuk 4 jenis pijakan.
b.
Menempatkan
penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif,
kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri.
c.
Menggunakan
standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran.
d.
Sebaiknya
telah mengikuti pelatihan tentang pendekatan sentra sebelum menerapkannya.
e.
Melibatkan
orang tua dan keluarga, sebagai satu kesatuan proses pembelajaran untuk mei
dukung kegiatan anak di rumah.
f.
Menurut
penelitian, anak dapat bergerak dengan bebas dan leluasa dalam memilih kegiatan
jika disediakan 2,5 tempat main untuk setiap anak. Phelps (1986) menernukan
bahwa variabel yang paling berdampak negatif terhadap perilaku anak usia dini
adalah jumlah dan penataan kesempaian main yang tidal. tepat.
3.
Rambu-rambu yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
pendekatan sentra antara lain adalah sebagai berikut.
a.
Mempertimbangkan
beberapa hal, seperti Apakah sentra kegiatan akan dibuka sepanjang hari setiap
hari, paruh waktu atau hanya beberapa hari dalam seminggu? Apakan ruangan yang
ada potensial untuk ditata dalam sentra-sentra? Perlukah pembatasan jumlah anak
dalam pemakaian sentra-sentra tertentu? Bagaimana cara menentukannya dan
bagaimana agar anak-anak mengetahui batasan tersebut? Sentra-sentra apa saja
yang dapat dikembangkan sesuai tema yang ada? Bagaimana cara perpindahan anak
keluar dan masuk pada tiap sentra? Bagaimana agar anak-anak tahu apa yang harus
dikerjakan di tiap sentra?
b.
Menentukan
rencana.
c.
Mempertimbangkan
karakteristik anak-anak yang akan menggunakan sentra.
d.
Menentukan
konsep keahlian yang akan dikembangkan.
e.
Merumuskan
tujuan-tujuan yang diharapkan.
f.
Memilih
kegiatan dan alat-alat yang sesuai.
g.
Mengevaluasi
sentra-sentra.
h.
Melakukan
implementasi terhadap perubahan-perubahan yang diperlukan.
i.
Mengembangkan
tiap sentra sebagai suatu kesatuan yang mandiri, tidak tergantung pada
peralatan dari sentra-sentra lain atau berebut sumber listrik.
j.
Menentukan
sentra mana yang paling mudah aksesnya dengan sumber listrik, persediaan air
atau cahaya matahari.
k.
Menyusun
semua sentra sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan di dalamnya mudah
dipantau pendidik.
1.
Mempertimbangkan
alur perpindahan sentra dalam kelas dengan mengusahakan anak tetap mandiri.
l.
Membatasi
jumlah anak-anak di tiap sentra pada waktu yang bersamaan.
m. Mengarahkan anak-anak untuk berpartisipasi
dalam tiap sentra sesuai periode waktu yang diberikan.
n.
Menambahkan
alat dan bahan-bahan baru ke tiap sentra yang disesuaikan dengan minat anak.
o.
Membangun
lima domain perkembangan anak, yaitu afeksi, kognisi, psikomotor, bahasa, dan
keterampilan sosial.
Selain itu ada beberapa hal
yang juga perlu diperhatikan dalam perencanaan sentra-sentra kegiatan yaitu
sebagai berikut :
a.
Mengembangkan
tiap sentra sebagai suatu kesatuan yang mandiri tidak tergantung pada peralatan
dari sentra-sentra lain atau saling memperebutkan sumber listrik jadi sebaiknya
tidak terjadi saling pinjam alat atau bahan antara satu sentra dengan sentra
lain.
b.
Menentukan
sentra mana yang paling mudah aksesnya dengan sumber listrik.
c.
Menentukan
sentra mana yang senantiasa memerlukan persediaan air
d.
Menentukan
sentra mana yang memerlukan cahaya matahari sehingga perlu ditempatkan dekat
jendela.
e.
Menyusun
semua sentra sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan di dalamnya mudah
dipantau pendidik.
f.
Mempertimbangkan
alur perpindahan sentra dalam kelas dengan mengusahakan anak tetap mandiri.
I.
Penilaian Kegiatan di KB dan TPA
1.
Evaluasi
atau penilaian adalah proses yang dilakukan secara sistematik meliputi
pengumpulan, penganlisisan, penafsiran, pemberian keputusan tentang data atau
informasi yang dikumpulkan.
2.
Penilaian
kegiatan di KB dan TPA merupakan proses evaluasi yang dilakukan mulai dari
merencankan, melaksanakan dan menilai kegiatan (input, proses dan output).
3.
Aspek
yang dievaluasi mencakup aspek perkembangan anak dan kegiatan belajar mengajar.
4.
Penilaian
dan evaluasi pada modul ini digunakan dengan maksud dan arti yang sama.
5.
Prinsip-prinsip
penilaian terdiri dari keterpaduan, komprehensif, berkesinambungan,
objektivitas, relevansi, keteraturan, vali, mendidik, berorientasi pada
perkembangan anak, terbuka dan bermakna.
6.
Bentuk-bentuk
penilaian bergantung pada teknik penilaian yang digunakan.
7.
Teknik
penilaian terdiri dari dua, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Teknik tes
terdiri dari ters tertulis, tes lisan dan tes perbuatan, sedangkan teknik
nontes terdiri dari teknik observasi, wawancara, angket, dokumentasi,
portofolio dan sosiometri.
8.
Penilaian
yang digunakan di kelompok bermain dan temapt penitipan anak lebih banyak
bersifat naratif (kualitatif) daripada perhitungan secara kuantitatif. Teknik
yang lebih banyak digunakan adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan
portofolio. Masing-masing teknik memiliki ciri-ciri dan langkah-langkah
penggunaan.
J.
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan Pendidikan
bagi Anak Usia Dini dapat dilakukan dalam bentuk formal, non-formal dan
informal. Setiap bentuk penyelenggaraan memiliki kekhasan tersendiri. Berikut
ini akan dipaparkan bentuk penyelenggaraan pada jalur pendidikan formal,
nonformal dan informal. Penyelenggaraan pendidikan bagi anak usia dini pada
jalur formal adalah Taman Kanak-kanak (TK) atau RA dan lembaga sejenis.
Penyelenggraraan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur nonformal
diselenggarakan oleh masyarakat atas kebutuhan dari masyarakat sendiri,
khususnya bagi anak-anak yang dengan keterbatasannya tidak terlayani di
pendidikan formal (TK dan RA ). Pendidikan dijalur informal ini dilakukan oleh
keluarga atau lingkungan.Pendidikan informal bertujuan memberikan keyakinan
agama, menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika, dan kepribadian, estetika
serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
K.
Konsep dan Aspek Pengembangan Anak Usia
Dini Secara Terpadu
Catron dan Allen (1999:23-26)
menyebutkan bahwa terdapat 6 aspek perkembangan anak usia dini, yaitu kesadaran
personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi, kognisi dan
keterampilan motorik sangat penting dan harus dipertimbangkan sebagai fungsi
interaksi. Kreativitas tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan, melainkan
sebagai komponen yang integral dari lingkungan bermain yang kreatif.
Pertumbuhan anak pada enam aspek perkembangan di bawah ini membentuk fokus
sentral dan pengembangan kurikulum bermain pada anak usia dini.
1.
Kesadaran
Personal
Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal.Bermain
mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya.Melalui
bermain anak dapat menemukan hal yang baru, bereksplorasi, meniru dan
mempraktikan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun
keterampilan menolong dirinya sendiri, keterampilan ini membuat anak merasa
kompeten.
2.
Pengembangan
Emosi
Melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi dan mengatasi
masalah dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak
untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan pola perilaku yang
memuaskan dalam hidup.
3.
Membangun
Sosialisasi
Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi
dengan anak yang lain. Bermain dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa
sosialisasi anak.
4.
Pengembangan
komunikasi
Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan kemampuan
berbahasa anak.Melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas kosakata dan
mengembangkan daya penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa mereka
melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi bermain
spontan.
5.
Pengembangan
Kognitif
Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan
lingkungan, untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta
untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kognitif lainnya.Selama bermain, anak
menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan
orang lain dan mulai merasakan dunia mereka.
6.
Pengembangan
Kemampuan Motorik
Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan,
aktivitas sensori motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil
memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan peseptual motorik.
L.
Konsep Dasar TPA
TPA (Taman Penitipan Anak)
merupakan wahana pelayanan pendidikan anak usia 3 bulan – 6 tahun yang
berfungsi sebagai pengganti keluarga dalam jangka waktu tertentu selama
rangtuanya bekerja atau sebab lain. Di TPA anak tidak hanya dititipkan saja
tanpa upaya pengembagan. Tetapi dengan bantuan tenaga-tenaga yang memahami
perkembangan anak, TPA membantu mengembangkan potensi dan mengajarkan
keterampilan hidup sejak dini yang nantinya berguna bagi kehidupan anak
selanjutnya.
M.
Konsep Dasar KB
KB (Kelompok Bermain) adalah
salah satu bentuk layanan pendidikan pendidikan bagi anak usia 3-6 tahun yang
berfungsi membantu meletakkan dasar-dasar kea rah perkembangan sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya, termasuk siap memasuki pendidikan dasar. KB sering juga disebut
Play Group, dari situ jelas bahwa di KB anak distimulasi untuk perkembangannya
melalui kegiatan bermain yang menyenangkan dan memotivasi anak untuk terus
mencoba dan berkembang.
N.
Tujuan Kegiatan Pendidikan TPA/KB
1.
Umum
Secara umum tujuan pendidikan
di TPA/KB adalah untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk
sipa memasuki pendidikan dasar.
2.
Khusus
Secara khusus tujuan
pendidikan di TPA/KB adalah :
a.
anak
mampu melakukan ibadah, mengenai dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai
sesama.
b.
anak
mampu mengelola keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol
gerakan tubuh, gerakan halus, dan gerakan kasar, serta menerima rangsangan
sensorik (pancaindra)
c.
anak
mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi
secara efektif yang bermanfaat untuk berpikir dan belajar.
d.
anak
mampu berpikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan menemukan
hubungan sebab akibat.
e.
anak
mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan masyarakat, dan
menghargai keragaman sosial dan budaya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Mencetak generasi unggul dan
”sukses hidup” di tengah persaingan global dapat dilakukan dengan jalan menyelenggarakan
pendidikan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk
tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kesanggupannya.
Menyelenggarakan pendidikan yang membebaskan anak dari tindak
kekerasan.Menyelenggarakan pendidikan yang memperlakukan anak dengan ramah.
Menyelenggarakan pendidikan yang memanusiakan anak.Menyelenggarakan pendidikan
yang memenuhi hak-hak anak. Hal tersebut akan terwujud jika pendidikan yang
demikian dilakukan sejak anak usia dini.
Pada awalnya, hanya lembaga
pendidikan Taman Kanak-kanak yang mengalami perkembangan pesat di Indonesia
hingga penghujun 1999.Bahkan, dulu lembaga ini hanya berkembang di
daerah-daerah perkotaaan.Tetapi, sekarang pertumbuhan lembaga Taman Kanak-kanak
telah merambah hingga ke sudut-sudut pedesaan.Sementara itu, lembaga PAUD yang
lain, seperti TPA dan KB di saat TK/RA berkembang pesat belum ada tanda-tanda
kemunculan waktu itu. Bahkan, di daerah perkotaan pun masih sangat
jarang.Jangankan di daerah pedesaan, di kota-kota besar masih jarang dijumpai
lembaga PAUD yang menyelenggarakan TPA dan KB.
Tetapi, mulai tahun 2003
hingga penghujung 2008, tepatnya semenjak disahkannya UU No. 20 tahun 2003
lembaga PAUD, mulai dari TK/RA, KB dan TPA mulai berkembang dengan pesat. Hingga
saat ini, penyebaran dan pertumbuhan lembaga PAUD tidak hanya menjamur di
daerah-daerah perkotaan saja, tetapi telah masuk ke sudut-sudut perkampungan.