BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Kebutuhan akan layanan bimbingan di
Sekolah Dasar bertolak dari kebutuhan dan perkembangan siswa. Masalah-masalah
perkembangan siswa Sekolah Dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif,
pribadi, dan dan sosial, masalah-masalah ini menimbulkan kebutuhan akan layanan
bimbingan di Sekolah Dasar.
Rentang keragaman Individual siswa yang
amat lebar memunculkan populasi khusus yang menjadi target layanan bimbingan,
antara lain mencakup:
a. Siswa
dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi
b. Siswa
yang mengalami kesulitan belajar
c. Siswa
dengan periaku bermasalah
Pada setiap kelas di Sekolah Dasar tidak
jarang dijumpai murid-murid yang mengalami kesulitan belajar (tuna cakap
belajar) baik dalam membaca, menulis dan berhitung mereka dapat dikategorikan
sebagai kelompok populasi khusus yang menuntut layanan bimbingan yang khusus
pula.
I.2 Rumusan Masalah
Laporan
hasil observasi ini membahas masalah-masalah mengenai:
a. Apa
pengertian tuna cakap belajar (learning diesabilities)?
b. Bagaimana
aktivitas siswa yang mengalami tuna cakap belajar dalam KBM?
c. Apa
faktor-faktor penyebabnya?
d. Bagaimana
solusi untuk menghadapi siswa yang mengalami tuna cakap belajar?
1.3
Tujuan Penulisan
Laporan hasil observasi ini bertujuan untuk:
a. Memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus
b. Penyusun
dapat memperoleh pemahaman konseptual tentang pengertian tuna cakap belajar,
mampu mengidentifikasi, dan mengemukakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan
ketunacakapan belajar serta terampil merumuskan alternatif teknik layanan
bimbingan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Siswa Tuna Cakap Belajar
Istilah yang digunakan untuk menyebut
tuna cakap belajar cukup beragam, keragaman istilah ini disebabkan oleh sudut pandang
ahli yang berbeda-beda seperti dikemukakan berikut ini.
a. Kelompok
ahli pendidikan menyebutnya dengan istilah educationally handicapped karena
murid-murid ditinjau mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pendidikan
sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan secara khusus sesuai dengan
bentuk dan derajat kesulitannya.
b. Bidang
medis menyebutnya dengan brain injured, minimal brain dyshfunction. Karena dari
hasil deteksi secara medis anak-anak tuna cakap belajar mengalami penyimpangan
dalam pekembangan otaknya yang diakibatkan adanya masalah pada saat persalinan
atau bawaan internal sejak lahir.
c. Kelompok
ahli psikolinguistik menggunakan istilah language disorders karena anak-anak
tuna cakap belajar cenderung mengalami gangguan dalam berbahsa, baik berbahasa
ekspresif maupun reseptif.
Secara
umum murid tuna cakap belajar dapat diartikan sebagai murid yang memiliki
ketidakteraturan dalam proses fungsi mental dan fisik yang bisa menghambat alur
belajar yang normal sehingga menyebabkan keterlambatan dalam kemampuan
perseptual-motorik tertntu atau kemampuan berbahasa.
2.2 Siswa Dengan Tuna Cakap Belajar
2.2.1
Biodata Siswa
Nama
siswa : Mohamad
Iqbal Sani
Nomor
Induk : 3385
Jenis
Kleamin : Laki-laki
Tempat
dan Tanggal Lahir : Garut, 22 Januari 1995
Agama
: Islam
Anak
ke : 1
Status
dalam keluarga : Anak kandung
Nama
Orang tua
a. ayah
: Dedi
b. Ibu
: Yuyun
Pekerjaan
orang tua
a. Ayah
: Wiraswasta
b. Ibu
: PNS
Alamat
: Desa
Sirnagalih Kecamatan Bayongbong
Kabupaten Garut
2.2.2
Jenis Tuna Cakap Belajar Siswa
Dari kegiatan observasi dapat diketahui
bahwa siswa yang bersangkuatan mengalami minimal brain dysfunction atau
keminimalan fungsi otak, digunakan untuk merujuk suatu kondisi gangguan syaraf
minimal pada murid. Ketidakberfungsian ini bisa termanifestasi dalam berbagai
kombinasi kesulitan seperti: persepsi, konseptualisasi, bahasa, memori,
pengendalian perhatian, atau fungsi motorik sehingga siswa mengalami kesulitan
dalam hal-hal sebagai berikut:
a)
Aspek Kognitif
Siswa berkesulitan belajar dalam aspek
kognitif menunjukan masalah-masalah khusus seperti: kemampuan membaca, menulis,
bicara, mendengarkan, berfikir dan matematis. Semuanya merupakan penekanan
terhadap aspek akademik atau kognitif. Penekanan seperti ini merefleksikan
keyakinan bahwa anak tuna cakap belajar lebih banyak berkaitan dengan orientasi
akademik dan bukan disebabkan oleh tingkat kecerdasan yang rendah atau
meemiliki kemampuan yang normal akan tetapi kemampuan tersebut tidak berfungsi
secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik.
b)
Aspek Bahasa
Siswa berkesulitan belajar dalam aspek
bahasa menunjukan karakteristik
kesulitan dalam mengekspresikan diri baik secara lisan maupun tulisan.
Dengan kata lain murid yang mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami
bahasa(bahasa reseptif) serta dalam mengekspresikan diri secara verbal (bahasa
ekspresif).
c)
Aspek Motorik
Siswa berkesulitan belajar dalam aspek
motorik berkaitan dengan keterampilan motorik-perseptual yang diperlukan untuk
mengembangkan keterampilan meniru rancangan atau pola. Kemampuan motorik ini
diperlukan untuk menggambar, menulis, atau mengunakan gunting, serta sangat
diperlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata yang dalam banyak hal
kondisi tersebut kurang dimiliki murid yang mengalami tuna cakap belajar.
d)
Aspek Sosial dan emosi
Dua karakteristik yang sangat diangkat
sebagai karakteristik sosial-emosional murid tuna cakap belajar ialah kelebihan
emosional ditunjukan oleh sering berubahnya suasana hati dan tempramen, sementara
ke-impulsif-an merujuk pada lemahnya pengendalian terhadap dorongan-dorongan
tersebut.
2.2.3
Faktor-faktor Yang Menimbulakn Ketuna Cakapan Belajar Siswa
Setelah
diidentifikasi serta dapat diketahui jenis dan karakteristik dari siswa yang
mengalami tuna cakap belajar, maka langkah berikutnya adalah memahami
faktor-faktor yang menimbulkan ketuna cakapan belajar, diantaranya:
a. Faktor
internal
1. Keminimalan
fungsi otak
2. Gangguan
secara fisik
3. Ketidakseimbangan
mental (gangguan fungsi mental)
§ Kurangnya
kemampuan mental
§ Taraf
kecerdasannya cenderung kurang
4. Kelemahan
emosional
§ Merasa
tidak aman
§ Maladjusment
(kurang bisa menyesuaikan diri)
§ Tercekam
rasa takut
§ Benci
§ Antipati
§ Ketidakmatangan
emosi.
5. Kebiasaan
dan sikap yang salah
§ Kurang
perhatian terhadap pelajaran sekolah (malas belajar)
§ Bolos
(tidak mengikuti pelajaran)
b. Faktor
eksternal
§ Terlalu
lama dalam kandungan
§ Pemberian
ASI tidak ekslusif
§ Ketidakcocokan
susu formula yang dikonsumsi
§ Gaya
pengasuhan orang tua yang terlalu memanjakan sehingga anak sulit untuk mendiri
§ Minimnya
perhatian orang tua karena kesibukan
§ Tidak
terciptanya lingkungan belajar yang baik di rumah
§ Seringnya
berpindah-pindah sekolah sehingga menyebabkan anak sulit untuk beradaptasi baik
dengan pelajaran maupun lingkungan sekolah
2.2.4
Teknik Membantu Siswa Tuna cakap Belajar
a. Di lingkungan Sekolah
§ Murid
diposisikan duduk di depan bangu paling depan
§ Guru
memberikan petunjuk secara tertulis dan lisan untuk semua tugas yang diberikan
§ Memberikan
tugas kelompok supaya terjalin sosialisasi dengan teman
§ Penggunaan
alat peraga semaksimal mungkin
§ Memberikan
rancangan tertulis bagi setiap pokok bahasan pelajaran
§ Bahan-bahan
pelajaran disesuaikan dan tidak dipaksakan.
§ Mencoba
memberikan tes lisan
§ Memberikan
tugas-tugas secara tertulis yang sederhana
§ Memberikan
tes tertulis yang beragam seperti menjodohkan, pilihan ganda, salah benar dan
isisan singkat.
§ Memberikan
tugas-tugas yang bervariasi
§ Mengikuti
tes psikologis
b. Di lingkungan keluarga
§ Memeriksakan
murid ke dokter ahli untuk mengetahui kesehatan murid tersebut
§ Gaya
pengasuhan orang tua yang baik, tidak permisif dan otoritatif
§ Memaksimalkan
perhatian sehingga anak tidak merasa sendiri dan diabaikan
§ Menciptakan
kondisi/lingkungan belajar yang baik di rumah
§ Menjadi
“teman” yang friendly bagi anak
§ Selalu
memberikan motivasi kepada anak
§ Membantu
anak untuk mengtahui dan menerima kenyataan tentang keadaan dirinya.
§ Pemberian
kasih sayang yang maksimal
§ Membantu
anak menghadapi kesulitan yang dimiliki dirinya.
2.3 Kegiatan
Observasi
a. Lembar
observasi terhadap kegiatan siswa pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
Hari
: Jum’at
Tanggal
: 10 Oktober 2008
1. Mata
Pelajaran Matematika
Kegiatan
|
Respon
|
|
Ya
|
Tidak
|
|
Memperhatikan guru
Mencatat pelajaran
Bertanya
Menjawab pertanyaan
Mengantuk
Mengganggu teman
Mengerjakan tugas
Mencontek
Hiperaktif
Pendiam
|
√
√
√
√
√
|
√
√
√
√
√
|
2. Mata
Pelajaran IPS
Kegiatan
|
Respon
|
|
Ya
|
Tidak
|
|
Memperhatikan guru
Mencatat pelajaran
Bertanya
Menjawab pertanyaan
Mengantuk
Mengganggu teman
Mengerjakan tugas
Mencontek
Hiperaktif
Pendiam
|
√
√
√
|
√
√
√
√
√
√
√
|
b. Lembar
observasi terhadap kegiatan siswa di luar kegiatan belajar mengajar
Hari
: Sabtu
Tanggal
: 11 Oktober 2008
Kegiatan
|
Respon
|
|
Ya
|
Tidak
|
|
Bermain
Jajan
Kumpul bersama teman
Menggangu teman
Pendiam
Mengobrol bersama teman
|
√
√
√
|
√
√
√
|
Catatan : Dari hasil observasi dapat
disimpulkan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar cenderung pendiam baik
pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung maupun diluar kegiatan belajar
mengajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum murid tuna cakap belajar
dapat diartikan sebagai murid yang memiliki ketidakaturan dalam proses fungsi
mental dan fisik yang bisa menghambat alur belajar normal sehingga menyebabkan
keterlambatan dalam kemampuan perseptual-motorik tertentu.
Faktor penyebabnya bisa dikarenakan
faktor internal, misalnya keminimalan fungsi otak, ketidakseimbangan mental dan
sebagainya. Sedangkan faktor eksternal, misalnya faktor medis, faktor gizi,
gaya pengasuhan orang tua yang salah dan sebagainya.
Teknik untuk membantu siswa tuna cakap
belajar diantaranya perhatian guru harus maksimal, pemberian materi pelajaran
disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dan peran orang tua dalam keluarga
harus maksimal dan paling mendominasi anak.
3.2 Saran
Teknik
untuk membantu murid yang bermasalah tidak hanya menjadi tanggung jawab guru di
sekolah dan orang tua di rumah melainkan lingkungan sekitarpun wajib membantu
seoptimal mungkin.
Meskipun peran dan tugas guru secara
operasional di SD sebagai pengajar namun memberikan bimbingan kepada anak yang
berkebutuhan khusus bukan hal mustahil untuk dialakukan oleh seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA
Setiawan, Atang, dkk. 2006. Bimbingan
Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI Press.
Kartadinata, Sunarbo, dkk. 1999. Bimbingan
di Sekolah Dasar. Depdikbud.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana berkat
rahmat dan karunia-Nya, dapat menyelesaikan penyusunan laporan
ini. Shalawat beserta salam
semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus.
Penulis dalam menyusun laporan ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai
pihak. Oleh karena itu, Penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya makalah ini.
Penulis telah berusaha menyusun laporan ini sesuai dengan kemampuan yang Penulis miliki. Namun segala ciptaan manusia tidak
ada yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa
Penulis nantikan demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri, dan
umumnya bagi Pembaca.
Tasikmalaya, Desember 2008
Penulis,