BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemahaman yang jelas tentang siapa anak
tunagrahita (ATG) merupakan dasar yang penting untuk dapat menyelenggarakan
layanan pendidikan dan pengajaran yang tepat bagi mereka. ATG terdapat di kota
dan di desa dikalangan atas dan dikalangan rakyat jelata dalam keluarga
terpelajar dan keluarga terdidik,baik dalam keluarga kaya maupun keluarga
miskin definisi dari American Association on Mental Deficiency (AAMD) adalah
bahwa tunagrahita mengacu pada funfsi intelektual umum yang nyata berada di
bawah mata-mata bersama dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan
berlangsung dalam masa perkembangan.
Untuk menentukan seorang termasuk kategori
tunagratiha selain kecerdasannya atau tingkat intelegensinya jelas-jelas berada
di bawah normal perlu pulal diperhatikan kemampuan penyesuaiannya (adaptasi
tingkah laku) terhadap lingkungan sosial dimana ia berada. Selanjutnya perlu
pula diperhatikan tentang waktu terjadinya tunagratiha. Bila ketunagrahitaan
itu terjadi setelah masa perkembangan (setelah usia 28 tahun) maka itu tidak
tergolong tunagrahita.
1.2 Tujuan Penelitian
Dalam pembuatan laporan ini penulis memiliki
beberapa tujuan diantaranya yaitu :
·
Mengetahui penyimbangan anak tunagrahita dan
karakteristiknya
·
Mengetahui stratefi pembelajaran program khusus bina diri
bagi anak tunagrahita
·
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah bimbingan
anak berkebutuhan khusus.
1.3 Metode Penelitian
Dalam pengumpulan data penulis menerapkan
beberapa metode diantaranya, yaitu :
·
Wawancara langsung terhadap guru kelas
·
Pendekatan langsung terhadap siswa yang dijadikan objek
·
Wawancara terhadap kepala sekolah
1.4 Lokasi, Populasi dan Sampel penelitian
Observasi dilakukan selama dua hari yaitu hari
jum’at dan sabtu pada tanggal 07-08 November 2008, bertempat di SDN1 Cikalong
kec. Sidamulih Kab. Ciamis.
Dari ke-17 siswa di kelas I, Penulis mengambil
satu sample untuk dijadikan objek penelitian. Bayu Harnelin yang akrab
dipanggil Bayu adalah objek penelitian penulis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan jelas berada dibawah
rata-rata. Mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang abstrak yang sulit
dan berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang atau tidak berhasil bukan
sehari dua hari tetapi hampir segala-galanya.
Definisi dari American Association on Mental Definiciency (AAMD) adalah
bahwa tunagrahita mengacu pada fungsi intelektual umum yang nyata berada
dibawah rata-rata bersamaan dengan kurangnya dalam adaptasi tingkah laku dan
berlangsung dalam masa perkembangan.
The New Zeland Society fo the Intellectually Handrappe menyatakan tentang
ATG (anak tunagrahita) adalah bahwa seseorang dikatakan tunagrahita apabila
kecerdasannya jelas-jelas dibawah rata-rata dan berlangsung pada masa
perkembangan serta terhambat dalam adaptasi tinggkah laku terhadap lingkungan
sosial.
2.2 Karakteristik Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita dibagi menjadi tunagrahita
ringan, sedang, dan berat.
1. Anak tunagrahita ringan
Anak ini memiliki karakteristik yaitu lancar
berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya. Mereka mengalami kesukaran
berfikit abstak tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik
disekolah biasa maupun disekolah khusus. Umur 16 tahun baru mencapai umur
kecerdasan yang sama dengan umur 12 tahun.
2. Anak tunagrahita sedang
Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa
mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Mereka pada umumnya belajar secara membeo.
Perkembangan bahasanya lebih terbatas dari pada anak tunagrahita ringan. Mereka
hampir selalu bergantung pada perlindungan orang lain. Pada umur dewasa mereka
baru mencapai kecerdasan sama dengan anak umur tujuh atau delapan taun.
3. Anak tunagrahita berat
Anan tunagrahita berat sepanjang hidupnya akan
selalu tergantung pada pertolongan dan bantuan orang lain. Mereka tidak dapat
memelihara dirinya sendiri (makan, berpakaian, ke WC dan sebagainya harus
dibantu). Mereka tidak dapat membedakan mana yang berbahaya dengan yang tidak
berbahaya, tidak mungkin berpartisifasi dengan lingkungan di sekitarnya, dan
jika sedang berbicara maka kata-kata dan ucapannya sangat sederhana.
2.3 Hasil Observasi
Setelah melakukan observasi, penulis
memperoleh data dari berbagai sumber yang ke-absahannya hampir 100% data yang
diperoleh antara lain adalah biodata siswa dan wawancara.
- biodata siswa
Nama :
Bayu Harnelin
Nama Panggilan :
Bayu
No Absen :
1
TTL :
Ciamis, 02-09-2001
Anak ke :
1
Agama :
Islam
Tanggal mulai masuk :
16-07-2007
Alamat :
Cikalong
Orang tua
Nama :
Jaja
Agama :
Islam
Pekerjaan :
Tani
Alamat :
Cikalong,
Status :
Anak kandung
- hasil wawancara dengan guru kelas
bahwa bayu memiliki hambatan keterbelakangan
mental. Dalam proses pembelajaran anak kapasitas belajarnya sangat terbatas
terutama untuk hal-hal yang abstrak. Anak lebih banyak membeo (rote learning)
bukan dengan pengertian. Dalam pergaulan anak tidak dapat mengurus, memelihara
dan mempin diri. Mereka bermain dengan teman-teman yang lebih muda, tidak dapat
bersaing dengan teman sebaya.
Pada tahun sebelumnya anak tidak naik kelas
karena nilainya kurang dan dikarenakan anak malas belajar dan anak tidak bisa
menerima pelajaran secara maksimal.
Keterlambatan ini juga disebabkan karena
dukungan orang tua kurang mendukung. Orangtua menggunakan pola asuh permisif
yaitu jenis mengasuh anak yang cuek terhadap anak jadi apapun yang mau
dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah sekolah bandel, melakukan
banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, materialistis, dan
sebagainya.
Perhatikan dan kehangatan untuk anak kurang
sehingga anak kurang terkontrol dan terkondisikan
2.4 Penanganan Anak Tunagrahita
- peranan lingkungan keluarga
lingkungan memiliki peranan penting dalam mewujudkan
kepribadian seseorang, baik lingkungan, pra kelahiran maupun lingkungan pasca
kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan
keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap
manusia banyak hadits yang meriwayatkan pentingnya pengaruh keluarga dalam
pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti aqidah, budaya, norma,
emosional, dsb.
Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan
pembentukan kepribadian sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak
tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungan.
- peranan guru
-
mempersiapkan lingkungan harmonis
-
mampu mengobservasi anak
-
memanfaatkan benda/materi yang ada dilingkungan.
Selain itu guru juga menggunakan alternatif pendekatan/
model pembelajaran bina diri :
pembelajaran tematik :
-
holistik : suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian
dalam pembelajaran dikaji dari mata pelajaran sekaligus untuk memahami penomena
dari segala sisi.
-
Bermakna : berkaitan antara konsep digunakan untuk menambah
keberagaman konsep yang dipelajari dan diharapkan siswa dapat menggunakannya
untuk memcahkan masalah dalam kehidupan nyata.
-
Aktif :
pembelajaran dilakukan secara menyenangkan dan peserta didik dapat terlibat
aktif.
Pembelajaran
bina diri dapat dilakukan dengan masyarakat karena bina diri dapat
dilakukan dengan aktifitas kehidupan masyarakat sekitar anak. Model partisipasi
masyarakat dapat dilakukan dengan melibatkan orang tua dengan program
pendidikan sistem ganda (dual system) diaman orang tua dilibatkan langsung
dalam aktifitas pembelajaran dari mulai perencanaan aktifitas pembelajaran.
Tujuan dari model ini mengoptimalkan pembelajaran bina diri untuk kerja sama
antara keluarga dan sekolah, untuk akselerasi kemampuan merawat diri bagi anak
tunagrahita secara teori dan praktek dalam kehidupan sehari-hari.
Batasan pembelajaran ini adalah :
-
berpusat pada peserta didik
-
adanya kesepahaman dan kerjasama
-
kegiatan pembelajaran dilakukan dalam dua institusi
-
kegiatan teori dan praktek
-
percepatan dan aksebilitas belajar
-
sistem evaluasi Porfolio
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak-anak dengan hambatan
kecerdasan/tunagrahita mempunyai masalah perilaku yang berhubungan dengan
proses sensori penginderaan.
Orang tua, guru dan masyarakat mempunyai andil
dalam pola mewujudkan kepribadian anak yang keterbelakangan mental agar dapat
membantu kesulitan yang diderita.
Orang tua berkewajiban senantiasa selalu
mengawasi dan menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian sejak
dini. Adapun tugas guru yaitu mempersiapkan lingkungan harmonis, maupun
mengobservasi anak, serta memanfaatkan benda/ materi yang ada dilingkungan
sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Alimin.aenal, Rochyadi. Endang. 2003. Pengembangan
Pogram Pembelajaran individual. Jakarta. Direktorat Depdiknas.
Delphi. Bandhi, 2006. Pembelajaran
Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung. Refika Aditama.
Karli Hilda. 2003. Implementasi KBK
Model-Model Pembelajaran. Bandung. Bina Media Informasi
Syamsudin Abin. 2004. Psikologi
Kependidikan. Bandung. Rosda
Syaodih Nana S. 2004. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Rosda
..................2005. Paket
Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat. Jakarta. Dirjen Manajemen
Diknasmen.
![]() |
|||
![]() |
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita limpahkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan kepada
penulis sehingga tugas observasi dan laporan observasi ini dapat diselesaikan
dengan waktu yang ditentukan. laporan observasi ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah “bimbingan anak berkebutuhan khusus”, dengan
harapan laporan ini dapat diterima dengan baik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini, terutama kepada dosen mata
kuliah bimbingan anak berkebutuhan khusus dan kepada kepala Sekolah Dasar
Negeri 1 Cikalong serta jajarannya yang telah memberikan saran dan petunjuknya.
Demi penyempurnaan laporan observasi ini penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar penyajiannya lebih sempurna.
Akhirnya penulis mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Tasikmalaya, November 2008
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................... 1
1.3 Metode penelitian ........................................................................ 2
1.4 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tunagrahita................................................................. 3
2.2 Karakteristik Anak Tunagrahita .................................................. 3
2.3 Hasil Observasi ............................................................................ 4
2.4 Penanganan Anak Tunagrahita..................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN