Ibu, sampai kapan-pun akan menjadi sosok yang paling kita hormati dan
banggakan, karena dari ibu-lah kehidupan kita bermula. Ibu mengandung
kita selama sembilan bulan, kemudian mempertaruhkan nyawanya ketika
melahirkan kita dan harus kembali mempertaruhkan nywanya ketika
membesarkan dan mengutamakan kebaikan untuk kehidupan kita. Ia adalah
satu-satunya sosok yang mungkin rela memberikan apa saja untuk anaknya.
Maka dari itu, rasanya tidak terlalu berlebihan jika kita mencurahkan
seluruh tenaga kita, bukan untuk membalas semua jasanya yang tak
terbalas, namun setidaknya sekedar membahagiakan dan menjadikannya
wanita tersempurna sebagaimana selayaknya.
PUISI IBU
Ibu
Maafkan aku ibu
Maafkan aku
Aku tau pasti engkau kecewa
Aku tau pasti engkau sedih
Maafkan aku ibu
Maafkan aku
Aku tau pasti engkau kecewa
Aku tau pasti engkau sedih
Ibu…
Maaf kan lah aku
Bukan aku tak ingin melihatmu tersenyum
Bukan juga aku ingin mengecewakanmu
Maaf kan lah aku
Bukan aku tak ingin melihatmu tersenyum
Bukan juga aku ingin mengecewakanmu
Ini bukan keputusanku
Ini bukan yang aku mau
Jika aku boleh meminta tentu aku lebih ingin melihatmu tersenyum ingin melihatmu bahagia
Puisi
Ibu – oleh Vera Silviani
purwokerto
purwokerto
DOA UNTUK IBU
Puisi Mutia Fitriyani
Aku tak tau apa yang harus kuLakukan tanpa dia
Dia yang seLaLu mengerti aku
Dia yang tak pernah Letih menasehatiku
Dia yang seLaLu menemani
DiaLah Ibu
Orang yang seLaLu menjagaku
Tanpa dia aku merasa hampa hidup di dunia ini
Tanpa.nya aku bukanlah apa-apa
Aku hanya seorang manusia Lemah
Yang membutuhkan kekuatan
Kekuatan cinta kasih dari ibu
Kekuatan yang Lebih dari apapun
Engkau sangat berharga bagiku
WaLaupun engkau seLaLu memarahiku
Aku tau
Itu bentuk perhatian dari mu
Itu menandakan kau peduLi denganku
Ya Allah,,
BerikanLah kesehatan pada ibuku
PanjangkanLah umur.nya
Aku ingin membahagiakan.nya
SebeLum aku atau dia tiada
Terimakasih Ibu
Atas apa yang teLah kau berikan padaku
Aku akan seLaLu menyanyangimu
Ibu
D. Zawawi Imron
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunpun gugur bersama reranting
hanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sarisari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang meyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
D. Zawawi Imron
kalau aku merantau lalu datang musim kemarau
sumur-sumur kering, daunpun gugur bersama reranting
hanya mata air airmatamu, ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau
sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sarisari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku
dan ibulah yang meletakkan aku di sini
saat bunga kembang meyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
VIDEO HARI IBU 22 DESEMBER