Membangun
bangsa berkarakter
Karakter bangsa terbangun atau tidak
sangat tergantung kepada bangsa itu sendiri. Bila bangsa tersebut memberikan
perhatian yang cukup untuk membangun karakter maka akan terciptalah bangsa yang
berkarakter. Bila sekolah dapat memberikan pembangunan karakter kepada para
muridnya, maka akan tercipta pula murid yang berkarakter. Demikian pula
sebaliknya. Kita faham Tuhan tidak merubah keadaan suatu kaum biala mereka
tidak berusaha melakukan perubahan itu. (innalloha
laa yughoyyiru maa biqoumin hattaa yughoyyiruu maa bi anfusihim).
Lima pilar karakter luhur bangsa Indonesia:
1.
Transendensi: Menyadari bahwa manusia merupakan ciptaan Tuhan yang maha Esa. Dari
kesadaran ini akan memunculkan sikap penghambaan semata-mata pada Tuhan yang
Esa. Kesadaran ini juga berarti memahami keberadaan diri dan alam sekitar
sehingga mampu menjaga dan memakmurkannya. Ketuhanan yang maha Esa;
2.
Humanisasi: Setiap manusia pada hakekatnya setara di mata Tuhan kecuali ilmu dan
ketakwaan yang membedakannya. Manusia diciptakan sebagai subjek yang memiliki
potensi. Kemanusiaan yang adil dan
beradap;
3.
Kebinekaan: Kesadaran akan adanya sekian banyak perbedaan di dunia. Akan tetapi, mampu
mengambil kesamaan untuk menumbuhkan kekuatan, Persatuan
Indonesia;
4.
Liberasi: Pembebasan atas penindasan sesama manusia. Karenanya, tidak dibenarkan
adanya penjajahan manusia oleh manusia. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan;
5.
Keadilan: Keadilan merupakan kunci kesejahteraan. Adil tidak berarti sama, tetapi
proporsional. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dr. Sukamto dalam diskusi yang diselenggarakan
Jum’at, 19 Juni 2009 mengemukakan bahwa untuk melakukan pendidikan karakter,
perlu adanya powerfull ideas, yang menjadi pintu masuk pendidikan karakter.
Powerfull ideas ini meliputi: (1) God, the World & Me (gagasan tentang Tuhan, dunia, dan saya); (2) Knowing Yourself
(memahami diri sendiri); (3) Becoming a Moral Person (menjadi manusia bermoral);
(4) Understanding & Being Understood Getting Along with Others (memahami
dan dipahami); (5) A Sense of Belonging (bekerjasama dengan orang lain); (6) Drawing
Strength from the Past (mengambil kekuatan di masa lalu); (7) Dien for All
Times & Places; (8) Caring for Allah’s Creation (kepedulian terhadap
makhluq); (9) Making a Difference (membuat perbedaan); dan (10) Taking the
Lead.
Adapun nilai-nilai luhur yang perlu diajarkan agar menjadi sikap hidup sehari-hari menurut Dr Sukamto, antara lain meliputi: Kejujuran;
Loyalitas dan dapat diandalkan; Hormat; Cinta; Ketidak egoisan dan sensitifitas;
Baik hati dan pertemanan; Keberanian; Kedamaian; Mandiri dan Potensial; Disiplin
diri dan Moderasi; Kesetiaan dan kemurnian; dan Keadilan dan kasih sayang.