Landasan Historis
Pendidikan
Pendahuluan
Secara Historis Pendidikan
merupakan kebudayaan dan merupakan
kegiatan Universal dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhananya
suatu kehidupan masyarakat pasti di dalamnya berlangsung suatu proses pendidikan.
Pendidikan
adalah suatu usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.
Landasan historis dapat diartikan sebagai praktek kegiatannya pada
masing-masing masyarakat suku bangsa, hal ini disebabkan adanya perbedaan
filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing masyarakat atau
bangsa itu.
Untuk itu sesuai dengan intruksi dari dosen bahwa kelompok kami membahas
Landasan Historis Pendidikan di Indonesia. Diantaranya :
A.
Pendidikan sebelum kemerdekaan
B.
Pendidikan
sesudah kemerdekaan
C.
Pendidikan dewasa ini
A1. Pendidikan sebelum Kemerdekaan Berdasarkan
Ajaran Keagamaan
A.I.1. Pendidikan Hindu Budha
Sistim pendidikan di nusantara pada awal
perkembangannya sepenuhnya bermuatan keagamaan dan dilaksanakan di padepokan
dan biara-biara. Agama Hindu mempercayai adanya tiga Dewa yang disebut Trimurti
yang terdiri atas Dewa Brahma (pencipta), Dewa Wisnu (pemelihara), Dewa Siwa
(penghancur). Kitab suci agama Hindu bernama Weda.
Dalam masyarakat hindu juga ada penggolongan
manusia yang disebut Kasta, urutannya :
1.
Kasta Brahmana adalah golongan para pendeta
2.
Kasta Kesatria adalah golongan para raja-raja dan para
bangsawan
3.
Kasta Waisya adalah golongan para pedagang dan paetani.
4.
Kasta Sudra adalah golongan para buruh kecil dan para
budak.
Agama Budha berasal dari sebutan orang yang
telah mencapai bodhi yaitu orang yang telah mendapatkan wangsit.
Budha yang kita kenal dalam sejarah adalah
seorang putra raja dari keluarga sakia bernama Sidharta Gautama yang lahir
tahun 593 sebelum masehi.
Kitab suci agama Budha adalah Trivitaka yang
artinya tiga himpunan pokok ajaran agama Budha.
Agama Hindu dan Budha banyak mempengaruhi
budaya Indonesia
buktinya dapat dilihat pada bangunan suci seperti candi. Dari segi
pendidikannya yang dapat diambil adalah adanya prasasti yaitu batu bertulis
dengan hurup pallawa, yang mengisahkan kehidupan kebahagiaan raja dan
masyarakatnya pada waktu itu. Selain itu raja Hindu mengembangkan pertanian dan
raja Budha mengembangkan dibidang perdagangan dan pendidikan.
A.I.2. Pendidikan Agama Islam
Pada waktu agama Islam masuk ke Indonesia ke
daerah Samudra Pasai di dekat Loksemawe daerah istimewa Aceh, agama Islam
dibawa oleh para pedagang dari Gujarat India pada abad ke- tujuh kemudian
selanjutnya disebarkan oleh para Wali Songo keseluruh nusantara.
Surau, langgar atau mesjid merupakan pusat
kegiatan peribadahan umar Islam sedang pesantren dan madrasah adalah pusat
kegiatan pendidikan dengan mata pelajaran pembacaan Al qur'an, Fiqih, Hadis,
Tauhid dan lain-lain. Yang mengajar disebut Kiai, Ajengan, Ustad dan lain-lain.
Sedang siswa atau muridnya disebut santri.
Penghormatan yang tinggi kepada guru dan guru
dihormati, dan disegani tapi tidak di gajih motivasinya karena Alloh. Santri
datang dari mana-mana secara sukarela untuk menuntut ilmu. Selain ilmu agama
juga dipelajari ilmu yang lain seperti ilmu falak, ilmu astronomi, ilmu jiwa,
ilmu kesehatan, ilmu beladiri dan lain-lain. Kitab sucinya Al Qur'an dan Hadis.
Sedangkan nabinya Nabi Muhammad Saw.
A.I.3. Pendidikan Agama Katholik
Pada abad ke- enam belas bangsa Fortugis datang
ke Indonesia
untuk mencari rempah-rempah, yang akan mereka perdagangkan di Eropa. Mereka
datang melalui tanjung harapan di daerah Selandia Baru di benua Afrika yang
dipimpin oleh Alfhonso De'Albuquerque tiba di Maluku mulailah mereka mangadakan
pendekatan dengan penduduk asli dengan cara damai dan penuh cinta kasih seorang
imamnya yang terkenal yaitu Transiscus Xaverius yang telah banyak memberikan
waktu luangnya dan tenaganya bagi pekerjaan misi di Indonesia. Misi katholik ini tidak
hanya di Maluku saja tetapi di Flores, Timur-timur, Muntilan, Malang, Jakarta
dan lain-lain.
Selain mengajarkan agama misi Katholik juga
membangun sekolah-sekolah rumah sakit yang tersebar diseluruh Indonesia.
Pusat agama Katholik di seluruh dunia terdapat di Vatikan suatu daerah di Roma
Italia pimpinannya disebut Paus. Pimpinan gereja di Indonesia di sebut Uskup. Mereka
bergabung dalam satu badan yang di sebut Majlis Agung Wali Gereja Indonesia.
A.I.4.
Pendidikan Kristen Protestan
Yang memperkenalkan agama Kristen Protestan
di Indonesia ialah bangsa Belanda, pada awalnya mereka sama mencari
rempah-rempah setelah tiba di Maluku mereka mengajarkan kepada penduduk asli
agama Kristen Protestan misi Belanda ini sebenarnya bekerja untuk bangsanya lama kelamaan mereka
mengajarkannya tidak hanya kepada penduduk asli Maluku tapi berkembang ke tiap
pelosok ditanah air walaupun dapat hambatan dari yang namanya penjajah tapi
penyebaran agama Protestan ini berjalan dan terus berkembang dengan cara
mengadakan seminar, diskusi, belajar agama, belajar membaca, menulis dan
menghitung. Mereka ajarkan ini sebagai pendekatan kepada rakyat pribumi untuk
tujuan penjajah dan menyebarkan agama. Selain pendeta dari Belanda juga ada
pendeta dari Jerman, Amerika, dan Swiss yang bekerja di Indonesia, umumnya
mereka berada di pedalaman seperti Kalimantan,
Tanah Batak, Irian Jaya. Karena merka tidak datang dari satu wilayah, maka nama
gerejanyapun di sesuaikan dengan nama tempat di nama gereja itu didirikan seperti
gereja Jawa, Gereja Protestan Kalimantan dan lain-lain. Setelah Indonesia
merdeka gereja-gereja itu bersatu seperti Dewan Gereja Protestan Indonesia
(DGI), dan DGI inilah yang menjadi wakil umat Kristen Protestan di Indonesia.
A.II Pendidikan Berlandaskan Kepentingan Penjajah
A.II.1 Pendidikan Zaman VOC
Jahe, Cengkih, Pala dan
Lada disebut rempah-rempah orang Eropa sudah lama mengunakan rempah-rempah dan
di Eropa rempah-rempah ini sangat mahal karena merupakan barang langka.
Orang Eropa tidah puas hanya membeli
rempah-rempah mereka ingin menguasai negeri penghasil rempah-rempah yang
artinya ingin menjajah seperti satu orang Portugis datang ke Malaka pada tahun
1511 kemudian ke Maluku sebagai penghasil cengkih orang Portugis ini tiba di
Ternate di terima oleh Sultan sebagai sekutu dagang.
Kemudian datang orang belanda dengan tujuan
hendak berdagang tetapi kemudian sambil berdagang mereka membawa misi
menyebarkan agama Kristen Protestan dengan tujuan memperluas pengaruhnya di Indonesia.
Belanda dengan VOC mendirikan sekolah di Ambon
pada tahun 1607 dengan mata pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Pada abad
ke- delapan belas belanda masih membatasi pendidikan bagi para pribumi yaitu
membatasi yang boleh sekolah adalah anak-anak Belanda dan orang Indonesia yang
beragama Protestan.
Pada tahun 1850 barulah Belanda mendirikan
sekolah di tiap keresidenan itupun disediakan untuk anak-anak belanda dan anak
para bangsawan. Untuk mencukupi pegawai rendahan selanjutnya ada kesempatan
untuk belajar tetapi kendalanya tidak ada guru dan kesulitan menggenai bahasa
pengantar. Daerah penyebarannya yaitu dipulau Ambon.
Pulau Banda, P. Lontar-Sangihe-Talaud di Pulau Jawa dan Batavia.
Pendidikan pada jaman kolonial Belanda sistim
pendidikan pada masa Belanda adanya politik Etis dan politik Devide at Inpera
politik Etis artinya penduduk asli dibolehkan sekolah di bolehkan melakukan
peribadahan tetapi di imbangi oleh muatan pengetahuan dan keterampilan yang
mendukung kepentingan Belanda.
Sistim pendidikan ada garis pemisah antara
orang Belanda dan orang pribumi.
Lembaga pendidikan sangat beragam meliputi
sekolah dasar, sekolah kejuruan, sekolah dokter, perguruan tinggi, hukum, ilmu
pemerintahan, perguruan tinggi teknik dan lain-lain. Penyelenggaraan pendidikan
di adakan : 1. Sekolah-sekolah di adakan
di halaman kabupaten, susunan kelas belum ada. 2. Adanya sekolah HIS (Hollands Inlands School)
sekolah ini untuk kaum bangsawan. Materi
pelajarannya menggambar, berhitung dan ilmu pertanian.
Tujuan pendidikan di jaman VOC Belanda rakyat
Indonesia
harus mengabdi kepada kepentingan penjajah Belanda dengan menyekolahkan
anak-anak Indonesia
dalam rangka menyiapkan tenaga murah untuk mengabdi kepada pemerintah dan untuk
melestarikan kelangsungan penjajah.
A.II.2. Pendidikan pada Masa Penjajah Jepang
Sistem pendidikan bangsa Jepang menghapus
system pendidikan belanda yang berazas penggolongan menurut bangsa dan setatus
sosial. Ternyata yang namanya penjajah sama saja antara orang Jepang (timur)
dengan penjajah Belanda (barat), yaitu mereka kejam, rakus, suka memeras dan
tidak berperikemanusiaan. Ibarat lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya.
Pengalaman pahit getir selama berabad-abad memicu bangsa Indonesia untuk
segera merdeka dan meningkatkan memperbaiki tarap hidup dengan belajar mandiri hidup rukun dan
bersatu padu.
Pada zaman Jepang di dirikan sekolah rakyat
(Kokumin Gakko) terbuka untuk semua golongan masyarakat tanpa membedakan status
sosial atau golongan. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Indonesia.
Mendirikan sekolah menengah umum kejuruan
sekolah tinggi yang bertahan sampai kemerdekaan.
Tujuan pendidikan diarahkan oleh Jepang untuk
mendukung penjajah dengan menyediakan tenaga kerja kasar (Romusa).
Penjajah Jepang berlangsung pada tahun 1942 –
1945.
Disekolah sisiwa memiliki latihan pisik baris-berbaris meniru tentara
Dai Nippon. Kesetiaan penuh kepada kaisar Jepang.
A.II.3.
Muhammadiyah
KH. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya
mengadakan pembaharuan Islam bersumber dari Mesir, Arab dan India, dimulai
dengan berdirinya Budi Utomo tahun 1908.
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 November 1912 di Kauman
Yogyakarta, dan didirikan Sekolah Rakyat tiga
tahun (Volk School). Selanjutnya mendirikan HIS
Muhammadiyah, Mulo, AMS dan HIK.
Misi utama Muhammadiyah menyebarkan agama
kemudian selanjutnya membuka dan menyelenggarakan pendidikan sebagai sarana
untuk mencerdaskan bangsa yang telah di bodohi pemerintah Belanda.
Dasar Muhammadiyah mengadakan pembaharuan di
bidang agama ingin mengeluarkan golongan Islam dari Isolasi (ketertutupan) dan
keterbelakang di bidang pendidikan dan bidang sosial, sekaligus menjebatani
kaum Islam abangan dengan kaum Islam priyayi (putih) yang kemudian oleh Hamka
ditiadakan yang ada hanya kaum Islam.
Muhammadiyah merupakan sistim pendidikan
modern karena telah menerapkan kurikulum. 50 % kurikulum muatan agama 50 %
kurikulum muatan umum.
A.II.4. Pendidikan Taman Siswa
Taman siswa
di dirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 1922. Taman
siswa berjuang di bidang pendidikan. Sekolah taman siswa tersebar di berbagai
tempat. Pendidikan Taman Siswa berdasarkan kebangsaan semaboyan taman siswa
ialah
Ing ngorso Sung tulodo artinya guru di depan
sebagai pemimpin harus mampu lewat sikap dan perbuatannya menjadikan dirinya
pada anutan Suri Tauladan.
Ing madya Mangun Karso artinya Seorang
Pemimpin di tengah-tengah (madya) anak-anak harus mampu membangkitkan semangat
berswakarsa, berkreasi pada anak-anak buahnya.
Tutwuru Handayani (guru dibelakang)
memberikan kekuatan (daya) artinya seorang guru harus mampu mendorong
murid-muridnya agar berani berjalan didepan dan sanggup bertanggung jawab.
Untuk melaksanakan pembangunan dibidang
pendidikan harus melalui Trikon
a. Kontinue : Terus
menerus
b. Konsentrasi : Sungguh-sungguh dengan perhatian
c. Konvergensi : Antara kebudayaan nasional di kebudayaan asing
menyatu, tapi tidak kehilangan Kepribadian Nasional.
Panca Darma
1. Kemerdekaan :
Sebagai disiplin diri sendiri (pendorong)
2.
Kodrat Alam : Manusia
merupakan mahluk yang tidak terpisahkan
dengan alam
3. Kebudayaan
: Manusia hidup pasti berbudaya berbuat,
berkarsa sesuai dengan kemajuan jaman.
4. Kebangsaan : Kebangsaan merupakan satu bangsa harus
merasa satu tetapi tidak bermusuhan dengan suku bangsa yang lainnya.
5. Kemanusiaan : Setiap manusia harus mewujudkan kemanusiaan
diwujudkan dengan kesucian hati dan cinta sesamanya terhadap makhluk tuhan
lainnya.
A.II.5. Pendidikan Maarif
Sistem Pendidikan
Basis pendidikan Maarif adalah pesantren,
yang juga merupakan basis utama pendidikan NU. Bertujuan memperluas dan
meningkatkan mutu pendidikan madarasah. Corak pendidikannya adalah pesantren
yang diformalkan, dengan hanya memuat pendidikan agama dalam kurikulumnya,
kemudian memasukan materi umum seperti Muhammadiyah.
Setelah Muktamar NU ke 4, penanganan
pendidikan diserahkan ke Maarif menyelenggarakan pendidikan semi formal,
coraknya berbeda dengan pesantren.
B.I. Pendidikan
Di Indonesia setelah Kemerdekaan
(1945-1969)
B.I.1. Tujuan pendidikan nasonal sejak 1945-1969, lima kali perubahan,
yaitu :
1.
SK Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
(PP&K), Mr Suwardi 1 Maret 1946, tujuan pendidikan nasional pada awal
kemerdekaan amat menekankan kepada penanaman jiwa patriotisme.
2.
Undang-undang No. 4 tahun 1950, tentang Dasar-dasar
Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah, Bab II Pasal 3 :
Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang
cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
3.
Undang-undang
No. 12 tahun 1945, mengulang rumusan UU No. 4/1950
4.
Kepres No. 145 tahun 1965, tentang nama dan rumusan
induk Sistem Pendidikan Nasional :
Tujuan pendidikan nasional kita baik diselenggarakan oleh pihak
pemerintahan maupun pihak swasta, dari
pendidikan Prasekolah s/d PT, supaya melahirkan warga Negara sosialis Indonesia
yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis
Indonesia, adil dan makmur, baik spiritual maupun material dan yang berjiwa
Pancasila yaitu : a). Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, b). Prikemanusian yang adil dan
beradab, c). Kebangsaan, d). Kerakyatan, e). Keadilan social, seperti
dijelaskan dalam Manipol Usdek.
5.
TAP MAPRS No. XXVII/MPRS/ 1966 tentang Agama,
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia Pancasilais
sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan
Undang-Undang dasar1945 dan isi UUD 1945.
6.
Rumusan tujuan pendidikan nasional kemudian diperluas
dan dipertajam dam GBHN 1973, seterusnya dipertahankan dengan hanya mengalami
sedikit perubahan, yaitu berupa pemanbahan sifat manusia Indonesia yang
hendak dibangun melalui pendidikan hingga GBHN tahun 1998 Tujuan pendidikan
nasional selanjutnya tertuang pula pada UU No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
B.I.2. Penanggung Jawab Pendidikan
1.
19 Agustus 1945 s/d 14 Nov 1945, Menteri pendidikan dan Pengajaran
yang pertama Ki Hajar Dewantara.
2.
Mr. Dr. T.G.S.G. Mualia, 14 Nov 1945 s/d 12 Maret 1946
3.
Mohamad Syafei, 12 Maret 1946 s/d 2 Oktober 1946
B.I.3. Sistem Persekolahan
1.Pada awal kemerdekaan melanjutkan
sistem pendidikan jaman Jepang pendidikan rendah, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi
2.
Akhir tahun 1960 terjadi perubahan bentuk kelembagaan,
misalanya SGB hilang menjadi SGA
3.
Berdirinya 42 PT sejak 1945-1969, UGM (1950), s/d
Sekolah Tinggi Denpansar (1969)
B.I.4. Jumlah Siswa
Sejak tahun 1945 terjadi lonjakan jumlah siswa dan tenaga kependidikan
SR (1945) = 2.523.000, (1950) = 4.926.000, (1969/1970) = 13.395.000.
BAB.II.
Pendidikan Di Indonesia Selama PJP I
Pendidikan Di Indonesia Selama PJP I
B.II.1. Sistem Pendidikan
1.
Pelita I s/d Pelita V pendidikan Indonesia
mengalami banyak perubahan dan kemajuan.
-
semakin luasnya
kesempatan memperoleh pendidikan
-
meningkatnya sarana/prasarana
pendidikan
-
semakin
mantapnya Sistem pendidikan Nasional – UU No. 2/1989
2.
Masalah s/d
akhir Pelita V
-
Kwantitatif =
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan (Pendas)
-
Kwalitatif = upaya peningkatan mutu pendidikan,
relevansi pendidikan dengan pembangunan, efektivitas dan efisiensi pendidikan.
3.
Disahkannya UU No. 2/1989 berikut perangkatnya PP No.
30/1990
4.
TK = (1969) = 320.000, akhir Pelita V = 1.604.000 siswa
Jl. Guru Tk (1969) = 7200, akhir Pelita V = 64.443
Jl. Sekolah (1969) = 5600, akhir Pelita V = 39.947
5.
SD/MI = Pelita I = 13 juta, akhir Pelita V = 29,5 juta
SLTP = Pelita I = 1,5 juta, akhir Pelita V = 6,89 juta
6.
PMU Pelita I = 0,7 juta, akhir, Pelita V = 4,1 juta
(SMU/Aliyah = 3,7 juta)
7.
PT Mahasiswa s/d
akhir pelita V = 650.000 (30 % PTN, 70 % PTS)
8.
PLS Kejar Paket
A = 5,3 juta
Kejar Peker B = 38.242
Kendala, tantangan dan peluang
1.
Kendala
Kemiskinan dan keterbelakangan masyarakat masih
rendahnya penghargaan pendidikan pada sebahagian kel masyarakat
Terbatasnya jumlah guru yang bermutu
Terbatasnya sarana dan prasarana
Manajemen sistem pendidikan yang belum terarah
menuju peningkatan mutu relevansi,efesiensi pendidikan
2.
Tantangan
2.1. belum mempunyai pend mengimbngi perubahan stuktur ekonomi
dari
pertanian dan jasa
2.2. masih rendahnya relevansi pendidikan
2.3.masih rendahnya dan belum meratanya mutu pendidikan
2.4 masih tingginya angka
putus sekolah dan tinggal kelas
2.5. masih banyaknya usia di atas 10 th yang buta huruf
2.6. masih kurangnya peran serta dunia usaha dalam pendidikan
3.
Peluang
keberhasilan wajib belajar 6 tahun sebagai
landasan Wajardikdas 9 tahun
semakin meningkatnya kesadaran masy akan
pentingnya pendidikan
semakin luasnya sarana komunikasi
semakin tersebar luasnya pend Swasta dan Negri
UU Sisdiknas No 2/1989 memberikan landasan kuat
sistem pemdidikan
PENDIDIKAN
DI INDONESIA
DEWASA INI
SISTEM
PENDIDIKAN
1.
Pelaksanaan Wajar Dikdas 9 tahun merupakan
prioritas utama pembangunan pendidikan PJP II (s/d 2020)
2.
Guna lebih mendekatkan mutu pendidikan, kurikulum
pendidikan diperbaharui sarana pendidikan dilengkapi, dan mutu guru
ditingkatkan
3.
Jumlah lulusan SLTP akan semakin meningkat
melanjutkan ke SLTA (konsekwensi Wajar Dikdas 9 tahun), menurut peningkatan
daya tampung SLTA
4.
Prioritas Pend Kejuruan adalah meningkatkan
relevansi dan mutu serta keahlian lulusan dengan kebutuhan masy, usaha dan
industri. Dikembangkannya Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
5.
Berdirinya BAN-PT, IKIP jaadi Universitas,
dikembangkannya BHMN PT